Mohon tunggu...
Aranyaka Ketindan
Aranyaka Ketindan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Media Publikasi Kelompok KKM 101 di Desa Ketindan Kecamatan Lawang Kabupaten Malang

Penulis kolektif dari sekumpulan mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Budidaya Maggot BSF, Solusi Penanganan Sampah Organik dan Benefitnya Bagi Lingkungan

10 Januari 2023   15:07 Diperbarui: 10 Januari 2023   23:30 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa KKM UIN Malang, Koordinator TPST Ketindan, dan Peternak Maggot BSF/dokpkri

Mendengar kata maggot bagi sebagian orang awam mungkin masih terdengar asing di telinga.  Maggot merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau dalam bahasa latin disebut Hermetia illucens. 

Seperti yang telah disebutkan bahwa maggot merupakan larva lalat yang awalnya dari telur dan berkembang menjadi pupa yang kemudian menjadi lalat dewasa. Bentuknya mirip ulat, berbuku dengan ukuran larva dewasa antara 15-22 mm dan berwarna kehitaman.  

Akhir-akhir ini, maggot BSF menjadi topik menarik di berbagai media publikasi. Informasi tentang budidaya dan peluang pasar maggot BSF dapat dengan mudah ditemukan. 

Maggot BSF sudah menjadi komoditi yang diperjual-belikan baik offline maupun online dengan harga yang cukup menggiurkan. Bermodalkan pakan dari sampah organik rumah tangga, bukan tidak mungkin peluang bisnis budidaya maggot ini akan mendatangkan pundi-pundi rupiah jika ditekuni sekaligus menjadi solusi dari permasalahan sampah organik di lingkungan tempat tinggal.

Budidaya maggot tidak terlalu sulit untuk dilakukan, karena maggot berkembang biak dengan alami sehingga mudah didapatkan. Maggot mampu bertahan hidup pada lingkungan tropis maupun subtropis, sehingga potensi mengembangbiakannya sangat mudah dilakukan di Indonesia yang memiliki iklim tropis.  Perkembangbiakan maggot berada pada media yang beraroma fermentasi sehingga lalat BSF tidak mengundang penyakit. 

Lalat BSF tidak menimbulkan bau busuk dan bukan sumber pembawa penyakit, karena memiliki zat antibiotik alami dalam tubuhnya. Maggot BSF dapat dimanfaatkan atau dijual dalam bentuk maggot segar, maggot kering, telurnya, maupun produk turunannya seperti tepung maggot, pelet maggot, dll. Maggot mengandung protein yang tinggi yaitu sekitar 30-60%, sehingga cocok dimanfaatkan sebagai pakan ternak, seperti ayam, burung, dan ikan.  

Bagi sebagian orang, budidaya maggot BSF merupakan potensi yang menggiurkan untuk dikembangkan. Saat ini, maggot memiliki peluang usaha yang sangat besar, mengingat usaha peternakan dan perikanan yang membutuhkan maggot juga sedang meningkat. Hal ini dikarenakan maggot disebut sebagai pakan yang sangat baik untuk usaha peternakan dan perikanan. 

Dalam beternak, pakan merupakan hal yang tidak boleh dilewatkan. Kualitas hewan ternak dapat ditentukan dari pemberian pakan yang baik. Banyak jenis pakan ternak yang berkualitas unggul dijual di pasaran. Salah satu nya merupakan hasil budidaya maggot BSF yang dikembangkan masyarakat. 

Maggot biasanya diberikan untuk beberapa jenis hewan seperti unggas atau ikan. Maggot memiliki kualitas unggul sebagai pakan ternak karena mengandung nutrisi yang bagus untuk hewan ternak. 

Peternakan atau perikanan dengan skala yang besar tentu mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk pakan ternak yang berkualitas. Dengan menggunakan maggot sebagai pakan ternak, maka biaya yang dikeluarkan untuk pakan ternak dapat ditekan sehingga bisa menambah keuntungan.

Gambar Maggot BSF/dokpri
Gambar Maggot BSF/dokpri

Selain diperuntukkan untuk pakan ternak alami, maggot juga memiliki kemampuan untuk menguraikan sampah organik. Keberadaan maggot tentunya sangat mampu memberikan keseimbangan lingkungan khususnya pada pengelolaan sampah. Kondisi sampah yang semakin hari semakin menumpuk dapat dikurangi dan ditekan dampaknya melalui budidaya maggot. 

Maggot hidup dengan cara memakan limbah organik. Kemampuan maggot dalam menguraikan sampah terbilang cepat. Setelah menetas, maggot membutuhkan sampah organik sebagai makanan untuk bertahan hidup. Maggot bukan serangga jenis hama sehingga pengembangbiakannya untuk menguraikan sampah termasuk aktivitas yang ramah lingkungan.

Menurut undang-undang No. 18 Tahun 2008, pengelolaan sampah adalah suatu kegiatan sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. 

Permasalahan dalam pengelolaan sampah timbul dari sumber penghasil sampah itu sendiri. Misalnya sampah dari aktivitas rumah tangga yang dihasilkan setiap harinya baik sampah organik maupun anorganik dengan penanganan yang tidak dipilah ditambah dengan kebiasaan dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian diangkut, lalu dibuang. Permasalahan terjadi pada penanganan sampah yang belum optimal sehingga permasalahan sampah menjadi semakin kompleks di Indonesia.

Pengurangan sampah dapat dimulai dari sumbernya yaitu dengan pembatasan timbulan sampah dengan cara konsumsi sesuai dengan kebutuhan sehingga sampah yang ditimbulkan menjadi lebih sedikit. Solusi lain yang dapat dilakukan yaitu kegiatan daur ulang yang dikenal dengan istilah 3R (reduce, reuse, recycle). 

Berdasarkan data KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) tahun 2018, bahwa komposisi sampah di Indonesia sebanyak: 57,68% sampah organik; 15,71% sampah plastic; 10,58% sampah kertas; 3,06% sampah logam; 12,97% sampah jenis lainnya. Berdasarkan hal tersebut, bisa dilihat bahwa sampah organik merupakan sampah paling banyak dihasilkan. Hal ini berarti bahwa pengelolaan sampah organik mengambil porsi penanganan yang lebih besar daripada pengelolaan sampah jenis lainnya.

Dari hal demikian, diperlukan solusi untuk pengelolaan sampah organik dengan cara mengurangi timbulan pada sumbernya dan daur ulang. Pemanfaatan kembali atau daur ulang sampah organik yang telah banyak dilakukan umumnya yaitu dibuat pupuk organik atau kompos. Dan yang saat ini sedang dikembangkan adalah untuk pakan maggot BSF. Upaya-upaya pengelolaan sampah organik tersebut dapat menjadi salah satu solusi dalam menangani sampah sebelum sampah masuk TPA. 

Dengan beragam manfaat yang didapat, maka budidaya maggot BSF dapat dijadikan sebagai suatu ladang keuntungan, karena tidak perlu perlakuan khusus dalam merawatnya. Siapapun bisa mengembangkan budidaya maggot ini. Sumber makanan untuk maggot pun tidak sulit didapatkan cukup dari sampah atau limbah orgaik. Selain dapat menguraikan sampah organik, maggot bisa dijadikan pakan ternak yang memiliki kualitas yang sangat bagus, karena mengandung nutrisi yang baik bagi pakan ternak.

Survey Budidaya Maggot di Singosari/dokpri
Survey Budidaya Maggot di Singosari/dokpri

Maka dari itu, salah satu desa di Kecamatan Lawang, yaitu Desa Ketindan berencana untuk mengembangkan budidaya maggot BSF yang memiliki banyak manfaat ini. Dengan bantuan mahasiswa KKM UIN Malang, rencana awal tadi diharapkan dapat teralisasikan segera. Dimulai dari observasi terlebih dahulu ke tempat daerah budidaya maggot BSF, yaitu Singosari milik Bapak Dian. Dari tempat tersebut didapatkan banyak ilmu mengenai budidaya maggot, mulai dari fase telur sampai menjadi lalat dewasa. 

Setelah itu, mahasiswa KKM UIN Malang dan Bu Yayuk selaku koordinator TPST Desa Ketindan bekerja sama dalam budidaya maggot BSF ini. Pertama-tama membeli telur dari lalat BSF, lalu di kembangbiakkan sendiri. Tak lupa juga dilakukan controlling atau pengecekan setiap harinya. Setelah telur menetas dan menjadi larva atau maggot, disiapkan media tumbuh dari dedak dan diberi pakan dari sampah organik atau sisa sayur dan buah yang telah basi. Terkadang juga diberikan sayur dan buah yang fresh seperti pisang dan kol.

Dari kegiatan tersebut bisa menjadi sebuah program kerja dari mahasiswa KKM UIN Malang. Setelah berhasil membudidayakan maggot BSF ini, mahasiswa KKM UIN Malang berniat mengadakan penyuluhan atau forum diskusi kepada para warga Ketindan mengenai budidaya maggot BSF. Dan diharapkan bisa membantu mengatasi permasalahan sampah organik yang ada di TPST atau TPA Desa Ketindan. Selain itu, bila maggot BSF sudah siap nanti dapat diperjual-belikan dan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian baik individu warga maupun Desa Ketindan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun