Mohon tunggu...
Rae Arani
Rae Arani Mohon Tunggu... -

There's nothing new under the same sun.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Oh, Kasihan Brunei... Oh, Kasihan Zuhairi & Cheppy...

11 Juni 2015   12:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:06 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menarik melihat kiprah tim sepakbola negeri jiran, Brunei Darussalam di ajang SEA Games 2015. Bukan karena prestasinya gemilang, justru sebaliknya, tim ini menjadi bulan-bulanan negara lain di Grup B.

Mengawali perjalanan dengan dibantai Vietnam 0-6, Brunei juga harus menelan kekalahan di pertandingan kedua melawan Laos, sekaligus memberikan kemenangan pertama bagi Laos sepanjang perhelatan SEA Games. Di pertandingan ketiga, Brunei kembali mengulangi hasil di pertandingan sebelumnya dengan kalah 1-2 melawan "adik bungsu"-nya, Timor Leste.

Brunei harus menarik napas dalam-dalam di pertandingan ke-4 karena mereka kembali dibantai, kali ini oleh Thailand dengan skor 0-5. Akhirnya lengkap sudah penderitaan mereka pasca dikalahkan Malaysia 0-2 di pertandingan terakhir.

Lima pertandingan, lima kekalahan. Dua kali memasukkan, 17 kali kebobolan. Benar-benar tidak ada yang istimewa penampilan Brunei, kalau tidak mau dibilang mengenaskan. 

Namun bisa menjadi istimewa jika kemudian kita menyandingkan "prestasi" Brunei tersebut dengan pernyataan Zuhairi Misrawi dan Cheppy T. Wartono yang merupakan anggota tim transisi. Kedua politikus PDIP tersebut kompak menyebut sepakbola Brunei sebagai contoh bagaimana sanksi FIFA bisa berujung manis. Berkali-kali mereka menyebut prestasi Brunei melejit pasca disanksi FIFA.

Pertanyaannya, prestasi apa yang sudah Brunei torehkan sejauh ini? Kalau acuannya prestasi mereka di SEA Games 2015, rasanya persepakbolaan kita memang sedang tancap gas maju. Ya, maju menuju jurang.

Bagaimana mungkin nasib sepakbola Indonesia diserahkan kepada orang-orang yang tidak kompeten. Orang-orang yang bahkan untuk menetapkan benchmark saja ngawur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun