Himbauan Untuk Semua Elemen Masyarakat, Informasi Untuk Penegak Hukum.
Kejahatan nampaknya sudah semakin merajarela dimana-mana di setiap sudut kota di Indonesia. Di kota metropolitan terbesar ke 2 setelah Jakarta, Surabaya juga menjadi tempat reprosuksi kejahatan dan pelaku tindak kriminal. Salah satu kejahatan yang semakin berkembang adalah gendam/hipnotis. Berikut ini kami beberkan sedikit informasi tentang seseorang residivis pelaku tindak kriminal dengan cara hipnotis yang paling dicari di kota Surabaya dan sekitarnya.
Suku : Madura
NIK: 3578012604810002
No SIM: 810415143388
NPWP: 80.441.737.6-618.000
- Tinggi: 165cm
- Tempat/Tgl Lahir: Surabaya, 26-04-1981 (36th)
Ciri fisik: - Ada tato di tangan sebelah kiri
- Ada tato di bahu sebelah kanan
- Ada bekas tato di tangan sebelah kanan
- Kuku jempol kaki kanan hancur seperti dihantam martil, tapi menurut pengakuannya pernah disiksa polisi saat interogasi dengan cara menindih jempol kakinya dengan kaki meja, dan meja tersebut diduduki seorang anggota polisi bertubuh tambun.
- Kulit hitam.
- Rambut diwarna pirang.
- Mengenakan gelang di tangan kanan, kacamata oakley kw dan topi untuk menyamarkan wajahnya
1. Kolam pancing Bangkingan
2. Kolam pancing daerah Pacet, Mojokerto
3. Kolam pancing gresik semen            4. Kolam pancing pondok maritim. Di tempat ini dia juga pernah memperdaya korban.
Biasanya dia berangkat di pagi hari dan pulang sore hari sekitar pukul 17:00.Â
Di saat memancing inilah dia juga berpikir keras mengenai langkah-langkah apa yang akan diambil selanjutnya, baik rencana hipnotis dan rencana pelarian. Jadi seharusnya tempat-tempat inilah yang menjadi perhatian lebih dari pihak yang berwajib.
Jalur yang sering dilewatinya waktu masih tinggal di Griya Kebraon antara lain:
1. Rumah kontrakannya > Kebraon Indah Permai > Pondok Maritim > Asrama Dentrem 2 TNI AD > ke arah Wiyung.
2. Rumah kontrakannya > Pondok Maritim (melewati pom bensin) > ke arah Wiyung
3. Rumah kontrakannya > Melewati pom bensin pondok Maritim > Perempatan Balas Klumprik (ada Indomaret di sebelah kiri jalan) > ke arah Wiyung.
Disinyalir dia masih melewati jalur-jalur tersebut sesekali, diwaktu-waktu tertentu, misalnya pada dini hari dan mengarah ke daerah Kebraon. Hendra biasa keluar dari persembunyiannya antara Pk. 06:00 - Pk. 09:00 dan kembali Pk. 15:00 - Pk. 23:00 (bisa lebih larut) karena pada jam-jam tersebut sangat ramai. Sekali lagi ingat! Dia merasa lebih aman di tengah keramaian, karena bisa menyamarkan dirinya.
Nama Istri: Nurul Hidayatin
NIK: 3578145610820004
Tempat/Tgl Lahir: Surabaya, 16-10-1982
Tempat tinggal terakhir: Griya Kebraon Utara III, Blok AF/8, rumah kontrakan milik Ibu "K" yang bertempat tinggal di Griya Kebraon Utama Blok DI.
Rek BCA. 6720396686 a/n Hendra Marizal
Pin BBM: D6620684
Salah satu dari 4 ID Line Messenger : HenMa
Nomor - nomor yang diberikan pada calon korban untuk melakukan aksinya.
0812-1747-7435
0813-3023-3103
0857-4894-8119
0815-1549-0080
0858-9560-2500
0812-8753-5619 (masih aktif, disaat-saat tertentu)
Riwayat Keluarga
Menurut informasi dari tetangganya dan seorang korbannya, bapaknya (W) yang bekerja sebagai satpam di Perum Kebraon Indah Permai dan berdomisili di Kebraon II, Gg. Mundu adalah mantan jaksa (dipecat). Ia dan istrinya pernah dipenjara karena kasus judi dan memfasilitasi judi (menggunakan rumahnya sebagai arena judi). Kepada calon korban Hendra selalu mengaku bahwa bapaknya adalah pensiunan jaksa, bukan jaksa pecatan. Ternyata selain bapak dan ibunya, adik Hendra Marizal (Doni) juga pernah ikut berkolaborasi dengan Hendra dalam melakukan tindak kriminal penipuan dan penggelapan (informasi yang diterima adalah kasus sembako). Perlu diketahui bahwa Hendra Marizal adalah residivis kasus yang sama.
Modus Operandi Hendra & Komplotannya.
1. Membuat calon korbannya lemah secara mental atau dengan kata lain membuat calon korbannya ketakutan dengan kisah masa lalunya sebagai perampok toko emas di daerah Blauran, Surabaya. Mengaku bahwa dirinya sadis, pernah memotong telinga seorang preman yang menganiaya anak buahnya. Padahal sebenarnya dia bukan bos yang punya anak buah.
2. Selalu menunjukkan/membawa celurit dan mandau (senjata khas suku dayak) kepada calon korban. Tujuan utamanya seperti yang tersebut pada nomor satu, yaitu melemahkan mental calon korbannya.
3. Selalu mengaku kenal dekat dengan pejabat TNI, POLRI, KPK, BIN, Dirjen Bea Cukai, dan instansi pemerintahan yang lain. Tujuan utamanya adalah menegaskan bahwa dia adalah bagian dari mereka dan dia bukan orang sembarangan. Selain mengaku dekat dengan orang-orang penting, dia juga kerap mengaku bahwa dia adalah anggota aktivis Geranat (Gerakan Anti Narkotika), anggota aktivis Kontras, pengacara, intel dan duta anti kriminal polsek Karangpilang dalam waktu bersamaan.
4. Hidupnya selalu berpindah-pindah, kontrak rumah dari wilayah satu ke wilayah lain, sejauh ini masih di wilayah Jawa Timur. Biasanya dirumah padat penduduk, dan lokasinya tidak terlalu jauh dengan komplotannya.
5. Selalu berusaha untuk menawarkan bantuan apa saja sesuai kebutuhan calon korban (meskipun korban tidak memintanya), dari situ dia mulai melakukan aksinya menggunakan gendam/hipnotis. Dari kebutuhan korban akan bantuannya tersebut dia mulai menguras harta korbannya secara bertahap.
6. Selalu meminjam/meminta copy KTP/SIM/identias lain korbannya, indikasinya untuk melancarkan aksi kejahatannya. Salah satunya untuk registrasi kartu SIM yang digunakan dalam berkomunikasi.
7. Selain 6 modus diatas, modus lainnya adalah berakting, bahkan menagis didepan korban jika perlu, menceritakan tentang masa lalunya yang kelam, disia-siakan oleh ibunya, ibunya pilih kasih, dsb. Itu semua untuk menarik simpati korbannya. Dua metode, yang satu dengan menakuti calon korban, yang kedua dengan menarik simpati calon korban.
8. Ketika dia berperan sebagai pengacara maka dia seolah-olah akan membantu korbannya untuk membuat draft BAP sesuai dengan perkara yang dihadapi korbannya. Disini dia mulai menguras harta korbannya, mulai dari biaya pendaftaran perkara IDR 100.000, lalu IDR 350.000 untuk suap jaksa, hingga suap hakim senilai IDR 1.000.000. Kira-kira masuk akal atau tidak jumlah nominal untuk suap hakim?... Jawabannya anda pasti bisa melogika sendiri.
Disisi lain untuk meyakinkan korban bahwa dia bagian dari peradilan, dia juga berupaya untuk mengajak korban menemui rekan paniteranya (bisa di PN Surabaya, PN Bangil, dsb.). Korban tidak boleh mengikutinya untuk masuk ke ruangan tempat dia jajian dengan rekannya, alasannya sangat tidak masuk akal "hanya dia yang boleh bertemu dengan teman paniteranya yang bernama boy" (kami yakin ini juga nama fiktif) padahal kejadian yang sebenarnya, korban disuruh menunggunya di kantin pengadilan, lalu dia berjalan ke lantai 2 seolah-olah bertemu dengan rekannya, padahal hanya nongkrong sebentar di lantai 2 sambil menghabiskan sebatang rokok dan kembali menemui korban, seolah-olah sudah bertemu dengan rekannya dan mengatakan bahwa saat itu rekannya belum bisa ditemui karena sedang sibuk. Sekali lagi... Itu semua dilakukan untuk meyakinkan korbannya saja.
Misalnya:
- "saya sudah anggap kamu saudara sendiri"
- "saya sudah anggap sampean kakak saya sendiri"
- "saya sudah anggap sampean orang tua saya sendiri"
Dari semua keterangan korban bisa ditarik kesimpulan modus utamanya adalah 8 poin diatas, secara spesifik berbeda-beda antara korban yang satu dengan korban yang lain. Apa yang tertulis disini adalah modus operandi yang sama yang dilakukan pada calon korbannya (saat mencari korban) dan setelah menjadi korban.
Fakta dan Indikasi
Memanfaatkan tetangganya sendiri TG, yang masih duduk di bangku SMP, untuk melancarkan aksinya dengan cara memaksa anak tersebut untuk menimpali dan mengiyakan setiap perkataan bohongnya kepada calon korban/korbannya. Hingga semua korban menyangka bahwa TG adalah kaki tangan Hendra Marizal dan terlibat dalam semua aksi kejahatannya semasa tinggal di Griya Kebraon Utara Blok AF, Surabaya.
Didalam rumah dia menyimpan mandau, celurit, t-shirt turn back crime warna biru gelap (keluaran pertama POLRI), sepatu dinas TNI/POLRI, juga celana dinas harian polisi, joran pancing warna pink, hanya itu saja yang bisa dilihat dengan jelas salah satu korban saat diundang kerumahnya. Pada calon korban dia selalu mengaku lulusan S1 jurusan hukum (setelah artikel ini release, mungkin dia akan mengaku lulusan dari jurusan lain,  bahkan mungkin akan  mengaku lulusan S2) padahal hanya lulusan SMA. Istrinya lulusan SMK  perawat.
Mengaku banyak kenal dengan pejabat TNI/POLRI/BIN, salah satunya Kapolsek Karangpilang, saat dia menyatakan hal itu bulan April 2016 pasti kapolseknya masih Bp. Eko Widodo. Untuk meyakinkan korbannya, dia biasanya menelpon seseorang (yang bisa dipastikan berakting) sebagai kapolsek/kapolres/danramil, dsb. Selain mencatut nama kapolsek Karangpilang - Surabaya, dia juga membawa-bawa nama Sulton (entah benar ada atau cuma fiktif) anggota satreskrim polsek Karangpilang (sesuai dengan perkataannya), bahkan ketika chat via BBM dengan korbannya, entah kenapa tiba-tiba dia mengirim foto seorang jenderal TNI-bintang tiga, bernama Dedi (foto terlampir), padahal percakapan dalam BBM tersebut tidak membicarakan perkara yang berbau militer sama sekali, semua ini agar korban yakin bahwa dia bukan orang sembarangan. Bahkan semua photo profile dalam Line messenger yang digunakannya menggunakan foto/atau gambar yang bertema polisi atau militer.
Istrinya turut berperan serta dalam proses penipuan. Saat korban dalam pengaruh hipnotis dan sedang berada di rumahnya, peran si istri adalah meyakinkan setiap apa yang diceritakan suaminya (Hendra) pada korban. Bapak si istri ini adalah seorang purnawirawan TNI yang tinggal bersama kakaknya bernama Denis di jalan Saritama V, Balongsari, Tandes
Hendra kerap mengaku bahwa dia dan teman-temannya mengkonsumsi pil koplo. Ini akan menjadi nilai tambah untuk pihak kepolisian jika bisa mengungkap dan menangkap komplotan gendam/hipnotis ini. Spesialisasinya gendam/hipnotis. Ada unsur penipuan, penggelapan, intimidasi, dan obat-obat terlarang.
Tidak peduli korbannya dari keluarga kaya atau kurang mampu. Jika korbannya dari keluarga kurang mampu, maka dia akan membuat korban tersebut berhutang.
Setelah dia kabur dari Griya Kebraon Utara III, blok AF/8, Surabaya, ada kiriman kulkas baru pada malam harinya. Siapa penerimanya? Apakah salah satu tetangga di Griya Kebraon Utara III diberi kuasa untuk menerimanya? Atau dibawa kembali oleh kurir?
Kejanggalan Yang Ditemukan.
- Jika ada masalah gangguan keamanan/perseteruan antar tetangga di wilayah tempat tinggalnya, dia mengaku akan melakukan tindakan awal terhadap korban, yaitu membuat BAP, padahal dia bukan polisi. Korban diwawancara di rumahnya, bukan di kantor polisi.
- Jika ada korban luka/memar dia menyarankan agar segera visum ke rumah sakit atas namanya, sangat tidak masuk akal untuk prosedur/proses visum et revertum hanya dengan menggunakan namanya saja.
- Mengaku bisa menciduk orang dan memberinya pelajaran dengan memenjarakannya selama satu minggu (minimal harus 7 hari atau sama dengan 1 minggu) di polsek Karangpilang - Surabaya dengan biaya perhari IDR 100.000 (untuk uang makan tahanan dan polisi yang menjaga tahanan). Padahal jika polisi memenjarakan seseorang tanpa alasan yang jelas selama 1x24 jam, maka institusi penegak hukum tersebut bisa dituntut. Ditambah lagi ada minimal lama penahanan, sudah macam beli baju grosiran saja yang ada jumlah minimal pembeliannya.
- Selalu mengumbar cerita menakutkan pada korban bahwa dia bisa santet, padahal cuma bisa melakukan gendam/hipnotis. Dia mengaku punya acil yang super sakti. Acilnya (sebutan untuk paman bagi orang dayak) bisa terbang dari Kalimantan ke Jakarta dalam waktu 1 jam dari pertapaannya di puncak gunung untuk pergi kondangan. Padahal Nabi Muhammad butuh waktu lebih dari tiga hari untuk melakukan Isra'Miraj dan beliau menggunakan bantuan Buraq, bukan terbang seperti Superman. Mengaku jika mandau terlepas dari sarungnya, berarti harus ada darah yang tumpah, tapi ketika salah seorang korban mengeluarkan mandau dari sarungnya, tidak terjadi apa-apa dengannya bahkan mandau tersebut masih kinclong (mungkin setelah baca artikel ini mandaunya dibuat berkarat seolah-olah sudah digunakan untuk membacok orang atau menyembelih ayam).
Skenario, Investigasi dan Sinkronisasi Keterangan Korban
Diantara semua kasus ada yang unik, yaitu dengan skenario adu domba korbannya (apabila terjadi cross check antara korban yang satu dengan yang lain). Korban SHD dan U diyakinkan Hendra dengan menelpon korban LW (speaker phone aktif), arah pembicaraanpun sebenarnya tidak dipahami oleh LW sehingga dia hanya mengiyakan saja setiap perkataan Hendra sehingga korban SHD dan U percaya dengan Hendra.
- Mengaku kenal dengan orang bea cukai kepada korban LW, dan bisa membantu mengurus/mempermudah proses penerimaan barang kiriman dalam jumlah besar tanpa harus melalui prosedur cukai. Lalu meminta korban untuk melakukan pembayaran sebesar IDR 50.000.000 sebagai uang pelicin agar paket cepat keluar dari bea cukai Batam. Padahal paket tersebut legal dan dokumennya lengkap, lalu untuk apa uang pelicin?...
Dia juga memberikan nomor kontak 2 orang bea cukai yang katanya adalah kenalannya, sebagai berikut:
0812-4980-7747 a/n Pak Didik - Bea Cukai, setelah ditelusuri dari korban yang lain (SZ) ternyata nomor atas nama Pak Didik ini adalah nomornya sendiri.
0815-4654-2044 dan 0857-768-6213 a/n Pak Darmaji - Bea Cukai
- Menurut pengakuan korban, LW (49) yang berdomisili di Griya Kebraon Blok AL, tukang hipnotis ini juga meminta uang yang totalnya mencapai IDR 30.000.000 untuk keperluan transport Jakarta-Batam-Jakarta sekaligus untuk biaya pengurusan sertifikat "bersih" dari paket yang bersifat teror yang dikeluarkan oleh BIN (Badan Intelejen Negara). Padahal semua barang yang akan keluar/masuk Indonesia gerbangnya adalah custom bandara/pelabuhan meskipun ada indikasi yang bersifat teror sekalipun. Segawat itukan sampai BIN ikut campur urusan paket?
- Selain menguras harta korbannya, tukang hipnotis ini juga terindikasi melakukan penggelapan. Diindikasikan mengambil alih mobil korbannya, dengan dalih membantu mengurus surat-surat kendaraan. Sangat dimungkinkan jika kemudian kepemilikan mobil baru itu diatas namakan dirinya. Dalam kasus ini LW masih sebagai korbannya. Selain uang IDR. 15.000.000 yang katanya untuk mengurus BPKB, LW pun harus rela kehilangan Honda Mobilio dengan plat nomor L 1772 JI (diduga ini adalah plat nomor palsu, karena surat kepemilikan mobil masih dalam proses) warna putih hadiah dari pembelian 1 unit smartphone samsung grand prime.
- SZ (48) pemilik rental mobil di daerah Kemlaten Baru juga pernah mengalami hal serupa dengan korban lain, modusnya sama, hal penipuan dan penggelapan (untuk kali ini barang elektronik), dimana Hendra Marizal ini menawarkan jasanya untuk pengurusan lelang barang elektronik, namun seiring waktu berjalan 2 - 3 bulan barang tidak kunjung datang, sedangkan SZ telah memberikan uang sebesar IDR 8.500.000. Merasa ada kejanggalan, lalu korban mendatangi rumah kontrakan Hendra dengan saudaranya yang notabene adalah seorang polisi. Hasilnya? ... Uang dikembalikan, dan ketika didatangi korban, Hendra hanya bisa bersembunyi dalam kamar mandi. Lalu celurit dan mandaunya kenapa tidak digunakan untuk melawan korban kalau dia memang jagoan?...
- Ada kejanggalan dari ibu pemilik kontrakan yang ditempati Hendra Marizal ketika salah seorang korban menanyakan copy KTP Hendra untuk mencatat NIK yang tertera (bukan memintanya). Pemilik kontrakan menyatakan bahwa copy identitas Hendra tidak ada/tidak memilikinya. Padahal untuk kost saja penyewa kamar harus memberikan copy KTP pada pemilik rumah. Lalu ketika ditanya nomor telepon Hendra dia mengatakan sudah tidak tersimpan/menyimpan, menurut kami itu sangat aneh. Sehingga banyak spekulasi yang bermunculan dari korban tentang pemilik rumah ini. Bahkan sudah dijelaskan, jika seseorang terbukti melindungi pelaku tindak kriminal, maka orang tersebut bisa dijadikan tersangka.
Jumlah korban disinyalir bisa lebih dari 10 orang. Jumlah kerugian tiap korban berbeda-beda, mulai IDR 2.000.000 hingga IDR 300.000.000.
- Bahkan teman sekolahnya semasa SMA diperdayanya juga di Taman Bungkul, Surabaya dengan total kerugian sebesar IDR 2.000.000.
Daerah-daerah yang perlu diwaspadai sebagai tempat pelarian Hendra Marizal antara lain:
Gresik, Menganti-Gresik, Sidorajo, Sukodono-Sidoarjo, Mojokerto, Trawas-Mojokerto, Bangil, Pasuruan, Jombang, Lawang, Purwodadi, Malang. Atau tarik saja garis lintasan dari Surabaya hingga Malang, di kabupaten dan desa-desa kecil yang ada dalam lintasan itulah kemungkinan besar dia akan bersembunyi. Pilihannya sebagai tempat pelarian semakin mengarah ke barat yang memiliki potensi calon korban yang sangat banyak. Pertanyaannya, apakah dia bisa bergerak jauh dari komplotannya di daerah Kebraon dan sekitarnya?
Suka menghabiskan waktu di mall-mall dan acara-acara karnaval yang ada di Surabaya bersama dengan anak-istrinya. Dia berpendapat bahwa dalam keramaian dia aman.
Informasi Lain Yang Belum Terkonfirmasi
Tentang keberadaan guru gendamnya yang berdomisili di desa pesapen, sumur welut. Seorang perempuan, ahli lintrik. Apa itu lintrik? Silahkan anda cari informasinya dengan google.
Di wilayah militer Kodam V Brawijaya juga mulai menjadi sasaran tindak kejahatan hipnotis. Pelakunya juga bernama Hendra, mengaku sebagai anggota raider batalyon setempat, melakukan aksi berdua dengan temannya dengan mengendarai motor. Sejauh ini belum diketahui pasti apakah ini adalah Hendra yang sama. Penjual soto dan penjual lontong kupang sudah menjadi korbannya dengan kerugian IDR 600.000, kami yakin masih banyak korban lain di wilayah militer Kodam V Brawijaya selain dua penjual makanan tadi.
Saat ini di kota Surabaya tingkat kejahatan dengan gendam/hipnotis sudah dalam taraf yang menghawatirkan, tapi seolah tidak tersengar gaungnya, karena masih banyak korban yang enggan melapor ke polisi dengan berbagai macam alasan. Kejahatan macam ini semakin berkembang karena mudah untuk melumpuhkan mangsanya tanpa menyentuhnya sedikitpun, penghasilan mereka dari gendam juga luar biasa, sampai ratusan juta, bahkan milyaran, selain itu pelaku juga bisa mendapatkan motor dan mobil mewah tanpa harus mengeluarkan tenaga dan resiko perlawanan korban seperti rampok dan begal.
Bagaimana dengan pihak kepolisian, TNI dan bea cukai yang telah dibawa-bawa namanya?...
Menurut kami ini sudah sangat merugikan institusi-institusi tersebut dan sangat keterlaluan. Seolah-olah petingginya ikut bermain dalam komplotan hipnotis Hendra Marizal sebagai backing tindak kriminal yang dilakukannya.
Mohon sebarkan artikel ini agar pelaku segera tertangkap, korban dan polisi bisa terbantu dengan sekelumit informasi ini. Waspada bagi perangkat kampung (RT/RW), termasuk pemilik rumah kos/kontrakan/apartemen sewaan jika ada orang yang akan mengontrak rumah di wilayahnya. Pastikan untuk selalu meminta copy identasnya dan langsung laporkan kepada perangkat kampung.
Semua dihimpun berdasar keterangan korban. Jika ada yang menjadi korban, segeralah lapor polisi tentang kasus yang dialami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H