Bayangkan diri anda harus menunggu, dan telah lama duduk menunggu di lounge, atau ruang tunggu. Sesekali Anda terus melihat jam, kemudian melirik jam lagi. Anda merasa gelisah, tidak bisa diam, duduk sebentar kemudian bangkit berdiri, dan mulut sering bergumam. Hal ini sering terjadi di tempat dan kejadian seperti berikut:
- BandaraÂ
- di stasiun kereta api,Â
- di stasiun atau halte bus,Â
- di stasiun pompa bensin,Â
- mengantri di toko swalayan,Â
- menunggu di layani di restoran,
- menunggu bertemu dokter di rumah-sakit,Â
- menunggu sembuh dari derita penyakit, dan lain sebagainya.
Apa, dan bagaimana yang anda rasakan ? Banyak orang sering kali, merasa kesal, jengkel, mau marah.
Yup, umumnya bagi banyak orang, menunggu dapat sangat, sangat menjengkelkan orang. Berapa banyak waktu yang telah dihabiskan untuk menunggu ? Menunggu dan menunggu membuat penantian menjadi suatu cobaan yang berat. Seorang pengarang bernama Alexander Rose pernah berkata. "Separuh penderitaan dalam kehidupan adalah menunggu"
Negarawan Amerika Benjamin Franklin, mengakui bahwa menunggu itu memang mahal, ia pernah mengatakan "Times is money" alias waktu adalah uang.
Itulah sebabnya kalangan pebisnis mencari jalan untuk menghindari penundaan waktu yang tidak perlu selama proses kerja berjalan, sehingga lebih banyak produktivitas yang dihasilkan dalam waktu yang lebih sedikit dan hasilnya mendapatkan profit yang lebih besar dan menguntungkan.
Belajar caranya menunggu ?  Ya. Mengetahui caranya menunggu adalah satu hal yang harus kita pelajari. Mengetahui caranya menunggu adalah suatu pelajaran yang  penting yang wajib dipelajari. Sifat sabar menunggu bukanlah bawaan kita dari lahir. Tidak semua orang suka menunggu dan tidak selalu bisa bersabar untuk  menunggu.
Kanak-kanak pada umumnya, biasanya tidak suka menunggu. Contoh: Adi yang masih sekolah di TK, setiap pulang sekolah suka marah dan uring-uringan, bila makan siangnya belum tersedia.Â
Adi akan ngomel teriak marah-marah, kenapa makanan nggak ada. Beranjak sudah sekolah di SD, Adi mulai mengerti, bahwa kadang-kadang dia harus menunggu untuk mendapatkan apa yang dimaui dan diinginkannya.
Karena menunggu merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Mengetahui caranya menunggu dengan sabar sewaktu diperlukan adalah cerminan orang yang sudah matang atau sudah dewasa. Dengan daya pikir, maka hasilnya dapat terhindar dari masalah akibat menunggu.
Bayangkan satu contoh kasus: Budi ada rencana menghadiri rapat bisnis di daerah Mega Kuningan, sedangkan dia terjebak macet di daerah Semanggi, Budi tidak mau sabar bermacet-ria, dia berupaya supaya tidak telat tiba di tempat on time, jadi dia nekad putuskan untuk menerobos kemacetan lalulintas, berkendara dengan cara zig-zag mendahului kendaraan di depannya, risikonya adalah nyawa bisa jadi taruhan.. ih ngerinya .
Tidak dapat disangkal sifat tidak sabar menunggu, katanya menunjukkan sikap yang sombong. Menunjukkan dirinya terlalu penting untuk terus menunggu. Seringkali apa yang akan terjadi ? Pasti akan muncul masalah, sebab untuk orang yang berlaku sombong banyak orang yang tidak berkenan dan bersimpati.
Biasanya akan terasa lebih  mudah untuk menunggu, jika memang yang kita tunggu-tunggu itu sebanding dengan penundaan, jika yang ditunggu-tunggu itu pada akhirnya akan pasti datang.
Ya, menunggu adalah fakta kehidupan yang tak terhindarkan di beberapa kota-kota besar dunia dewasa. Ini.
Beberapa tips dan saran bagaimana mengurangi stres akibat menunggu lama
- Rencanakan di muka, jika tahu nantinya, anda harus menunggu.
- Bersiaplah untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat
- Siapkan bahan bacaan, jika ternyata akan menunggu
- Sewaktu menunggu, gunakan kesempatan itu untuk bercakap-cakap dengan orang lain, dan berbagi hal-hal yang membina
- Sesekali pejamkan mata untuk rileks, atau berdoa.
Penulis tidak bermaksud untuk menggurui, tulisan ini dimaksudkan untuk memotivasi diri sendiri, agar sabar menunggu pemulihan dari operasi bedah di lutut yang belum lama dilakukan.
Sukses menunggu adalah soal sikap dan pemikiran ke depan
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H