Mohon tunggu...
Tiara Indahputri Solihin
Tiara Indahputri Solihin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Paylater dan Gaya Hidup Konsumtif

14 September 2022   08:00 Diperbarui: 14 September 2022   08:02 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga. Secara sederhana, budaya konsumtif adalah perilaku boros dan berlebihan.  Budaya konsumtif adalah perilaku yang seharusnya dihindari karena dapat menimbulkan obsesi yang berlebihan terhadap barang dan jasa tertentu. 

Perilaku konsumtif tidak memikirkan akibat jangka panjang, dapat menghancurkan finansial seseorang karena perilaku boros yang dilakukan. Perilaku konsumtif selalu membeli produk dan jasa yang berlebihan dan belum tentu diperlukan. Perilaku konsumtif hanya berdasarkan keinginan dan tidak pernah puas, dan  itulah sifat yang mendasar dari manusia.

Keempat.  Hal ini juga berhubungan dengan pengambilan keputusan sebelum melakukan tindakan belanja.  Hal ini sering didorong oleh keinginan untuk memenuhi ego dan hasrat samata bukan pada kebutuhan. Perilaku konsumtif sering tidak rasional dan berlebihan serta tidak terencana dengan baik.    

 Kelima. Platform pemasaran digital memang menawarkan kemudahan yang merayu konsumen penggunanya. Jika tidak rasional sering menyebabkan kita membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mampu dibeli. 

Paylater memang memudahkan tetapi jika dilakukan terus-menerus dan tanpa perencanaan menyebabkan persoalan karena belanja melampaui anggaran dan sangat menganggu keadaan finansial. Paylater dikenakan bunga atau denda yang tinggi jika tidak segera dibayar lunas.

  

Solusi

Penggunaan paylater sangat tergantung pada penggunanya. Paylater tidak ada bedanya dengan pinjaman kredit yang menggunakan aplikasi dengan berbagai macam platform. Jadi prosesnya lebih cepat dan praktis dibandingkan dengan pinjaman kredit lainnya yang harus melalui proses pengajuan ke bank.

Paylater tidak sepenuhnya salah asalkan penggunanya bijak dan teliti dalam menggunakannya. Cara yang tepat adalah menabung dulu sebelum melakukan berhutang agar tidak terjadi penumpukkan hutang yang terlalu banyak. Konsumen juga memperhatikan kebutuhannya sebelum membelinya agar tidak terburu-buru berhutang dengan bunga yang tinggi.

Memang mudah melakukan paylater akan tetapi ada perjanjian yang harus ditepati oleh penggunanya.  Hutang yang dibayarkan akan dikenakan bunga sesuai dengan ketentuan. Oleh karenanya pengguna online shop harus bijak dan teliti dalam berbelanja. Solusi yang paling tepat adalah membuat rencana prioritas apa yang dibutuhkan dan bukan apa yang diinginkan.

Solusi yang lain adalah menjadi diri sendiri.  Harus dapat mengukur kemampuan keuangan diri sendiri.  Tidak perlu meniru selebgram atau selebriti. Apa lagi meniru teman dan tetangga.  Hal yang juga penting adalah belajar mengola keuangan dengan lebih baik dan mengenali diri sendiri.  Karena sejatinya kebahagiaan tidak perlu dipenuhi dengan perilaku konsumtif dan belanja berlebihan apalagi dengan sistem belanja paylater.  Berbudaya yang baik, dimana nilai budaya yang dianut akan menentukan perilaku hidup sehari-hari. ****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun