Karena diingatkan teman untuk terus menulis, menjadi penulis untuk diri sendiri dan kemudian mendapat bacaan ayat Al Quran lima ayat pertama (Qs. Al-Alaq;1-5) yang diturunkan pertama kali dari Allah Ta'ala melalui Malaikat Jibril kepada Muhammad --sebelum ia menjadi Nabi dan Rasul- yang sekaligus juga pemberitahuan kepada Muhammad sebagai seorang utusan Allah Ta'ala (bc. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam). menghubungkannya dengan ayat lainnya pada ayat pertama surat Al Qalam, mendapatkan hikmah, karenanya saya kemudian menulis tulisan ini.
Lima Ayat yang tercantum dalam kitab suci Al Quran Surat Al-Alaq ayat 1-5 itu dan ditafsirkan oleh para penafsir Alquran dalam bahasa Indonesia itu adalah;
- “Bacalah, dengan menyebut nama Tuhan-mu yang menciptakan-mu”.
- “Menciptakan manusia dari Segumpal darah”
- “Bacalah, dan Tuhan-mu-lah yang maha pemurah”
- "Yang mengajarkan-- manusia dengan perantaraan QALAM”
- “Mengajarkan-- kepada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya’.
Setelah mencermati ke lima ayat tersebut. Yang menjadi atensi saya adalah ayat ketiga dan keempat. Ada satu kata yang belum saya mengerti arti dan maknanya, yaitu QALAM walaupun kata ini sudah sering saya dengar dan kadang juga sering menyebut-nyebutnya dalam pengamalan sifat 20 Allah Ta'ala yaitu 'Al Qalam mukalliman bil qalaami' yang diartikan Yang Maha Berkata bersama perkataannya dengan sifat berkata-Nya.
Iyaa!. Ada kesinambungan ayat, 'Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan QALAM' dengan apa yang saya sebutkan dalam pengertian Qalam pada pengamalan sifat 20 itu. Yaitu Allah Ta'ala mengajarkan dengan Maha Berkata-Nya.
Namun ada yang menarik jika kata Qalam ini saya hubungkan dengan surat Al Qalam yang notabenenya kata Qalam sama dengan kata yang menjadi fokus perhatian saya. QALAM. - Dalam Quran surat Al Qalam ayat satu disebutkan;
'Nuun; walqalami wa maa yasturuun'. Artinya 'Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan?'. -.
Disini Qalam atau tepatnya WAL-QALAMI diartikan oleh para penafsir dengan 'pena". Jadi Qalami dalam praktek sifat 20 Allah Ta’ala diartikan berkata miliki sifat berkata dan dalam surat Al Qalam ayat satu disebut dengan 'pena'. Jadi disifatkan seperti alat tulis. Menjadi menarik jika dilihat dari fungsi pena sebagai alat tulis. Dan yang ditulis adalah yang dikatakan dan kemudian terlihat ada pertanyaan, “Apa yang mereka tuliskan?.
Sampai disini saya sadar bahwa apa yang saya katakan dan melalui alat tulis kemudian saya tuliskan dan akhirnya menjadi tulisan adalah telah Allah Ta'ala tugas dan fungsikan kepada manusia. Jadi setiap manusia yang diciptakan dari segumpal darah, telah memiliki potensi dasar untuk berkata-kata – qalam – dan dengan pena –qalami – untuk dipakai menulis terhadap apa-apa yang Allah Ta’ala ajarkan pada manusia yaitu untuk menjawab pertanyaan Allah Ta’ala, ma-yasturuun? -- Apa yang mereka tulis?. Ini juga menjadi standar etik dan moral bagi penulis untuk tidak menulis apa-apa yang tidak diajarkan oleh Allah Yang Maha Qalam.
Tulislah apa yang telah Allah Al-Qalam Mutakalliman bil Qalami terhadap apa yang telah ajarkan padamu, karena itu adalah kebaikan untuk-mu dan bagi orang yang membacanya --pembaca-, jangan menulis yang tidak Allah ajarkan padamu, karena itu tidak diperintahkan oleh Tuhan-mu, bisa jadi itu menjadi hal-hal yang sia-sia – kebohongan-- tidak mendatangkan kebaikan untuk diri sendiri apa lagi untuk orang lain yang membacanya.
--
Semoga bermanfaat ...