Mohon tunggu...
Arsad Rahim Ali
Arsad Rahim Ali Mohon Tunggu... Administrasi - Epidemiolog, Nutritionist, Perencana Pembangunan Daerah dan Citizen Journalist Blog

Bekerja ditingkat Kabupaten

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apa yang Awal pada Awaluddin Ma'rifatullah?

9 September 2020   18:56 Diperbarui: 30 April 2021   16:10 13063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Awaluddin ma'rifatullah, "Ada sebagian pandangan yang mengatakan bahwa awal beragama adalah ma'rifatullah dan kemudian bersyariat." Dalam ibadah islam, "Apakah memang demikian?" Simak tulisan berikut.

Awaluddin ma'rifatullah itu terdiri dari dua kata. Pertama; Awaluddin. Kedua; Ma'rifatullah.

Apa arti Awaluddin?
Kata awaluddin artinya awal beragama (Islam) dimaknai sebagai awal dari seseorang diwajibkan melaksanakan syariat agamanya. Diketahui dengan pengenalan diri untuk beragama sesuai fitrahnya. Siapa yang mengenal diri sesuai fitranya maka dia islam. Dan berlaku baginya syariat Islam ketika seseorang sudah aqil baligh sebagai tanda kesempurnaan dirinya akan fitrahnya.

Apa arti Ma'rifatullah?
Ma'rifatullah artinya mengenal Allah Ta'ala. Maknanya dalam "Awal beragama" disesuaikan dengan fitrah manusia disebut dengan ma'rifat insan atas kesempurnaan ciptaanNya. Dan itu dimulai sejak seorang insan sudah aqil baligh sebagai tanda kesempurnaan insan sesuai fitrahnya. Sehingga awaluddin ma'rifatullah itu dimulai dari kesempurnaan diri, "Sungguh Allah telah menciptakan manusia dengan keadaan yang sempurna" (qs. At tin; 4)

Dari arti awaluddin dan ma'rifatullah, bila digabung menjadi satu pengertian, "Siapa yang mengenal dirinya maka kemudian dia akan mengenal Tuhannya". Titik awalnya atau starnya adalah aqil baligh, wajib baginya mengenal dirinya bersyariat agama atas kesempurnaan diri. Dan wajib baginya mengenal Tuhannya atas kesempurnaan ciptaanNya. "Balagha asyuddah" [QS. al-Ahqaf: 15, ) yang diciptakan dalam keadaan Dewasa (aqil baligh)

..... Ada sebagian pandangan yang mengatakan bahwa awal beragama adalah ma'rifatullah dan kemudian bersyariat. .......

Mengartikan dan memaknai pernyataan ini dapat dicermati dengan, hadist, "Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah keislaman. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani" (HR. Bukhari-Muslim).

Hadist ini dapat dilihat dari dua sudut pandang pertama,"Sesuai fitrah seseorang sudah mengenal Tuhannya, sebagaimana Allah Ta'ala telah memperkenalkan diriNya pada alamul arwah setiap insan ketika ditiupkan ruh padanya, "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.(qs. Taha 14). 

Dan konteks ini seseorang secara fitrah sudah mengenal Allah Ta'ala dan kepadanya sudah diwajibkan untuk melaksanakan syariat. "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (QS. Ar Ruum: 30)

Posisi Fitrah!
Dalam posisi fitrah sudah mengenal Allah Ta'ala maka tiada penting lagi mengenal Allah Ta'ala karena secara fitrah sudah ia kenal. Kewajiban selanjutnya adalah syariat dan kemudian mengenal Allah Ta'ala untuk memastikan bahwa syariatnya sudah sesuai dengan apa yang diperintahkan dan dilarang, inilah yang disebut dengan ma'rifat a'fal (Mengenal Allah Ta'ala  atas perbuatan yang diperintahkan dan yang dilarang)

Kedua; "Orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani." Dalam posisi ini maka yang ditekankan adalah mengenal Allah Ta'ala terlebih dahulu kemudian diwajibkan padanya bersyariat. Seperti halnya mereka para non muslim sesuai penjelasan nabi, "Engkau akan datang pada suatu Ahli Kitab. Karena itu, hendaknya yang pertama-tama engkau serukan kepada mereka ialah beriman kepada Allah. Apabila mereka telah mengenal Allah, maka beritahulah mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam" (HR. Muslim-sahih)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun