Dari pintu masuk kapal, sudah terlihat para penumpang, yang mengisi ruang-ruang kosong dari pembelian tiket layanan non seat, bahkan lorong kamar kelas dua yang saya tempati sudah penuh ditempati oleh mereka dengan layanan non seat.Â
Saya sangat maklumi, bukan karena mereka tidak punya uang tapi karena layanan seat ekonomi dan kelas yang sudah penuh, dan hanya kapal laut yang bisa mengangkut warga antar pulau-pulau kecil wilayah Indonesia Timur, dan tentunya kondisi kapal juga masih memungkinkan mengangkut warga, masalah yang muncul hanyalah kebutuhan air tawar yang tidak mencukupi kebutuhan penumpang, inipun masih bisa diatasi oleh pihak kapal dengan menyediakan air laut untuk keperluan mengkakus
Akhirnya, Sinabung berangkat juga meninggalkan pelabuhan Banggai, teringat 6 tahun lalu, ketika saya kunjungi daerah ini, dengan kapal yang sama, Sinabung  belum bisa bertengger dipelabuhan banggai seperti sekarang ini. Sinabungnya hanya berlabuh 100 meter dari bibir pantai dan pelabuhan kayu biasa, naik tangga kapalnya sangat beresiko jatuh ke laut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H