Entah karena belum dielektrifikasi dan masih menggunakan armada kereta lokal lama, pembelian tiket Commuter Line Bandung Raya di aplikasi Access by KAI masih masuk kategori "Kereta Lokal".
Tetap Nyaman, Meski Masih Banyak Kekurangan
Naik Commuter Line Bandung Raya memberi pengalaman berbeda dengan Commuter Line yang pernah saya jajal di Yogyakarta, tepatnya saat melakukan perjalanan ke Prambanan dan Solo beberapa tahun lalu.
Armada Commuter Line Bandung Raya masih menggunakan armada kereta lokal pada umumnya. Interiornya sama persis dengan kereta ekonomi jarak jauh pada umumnya dengan kursi saling berhadapan. Berbeda dengan Commuter Line Yogyakarta yang interiornya memang didesain untuk penumpang berdiri.
Plusnya, penumpang yang kebagian tempat duduk bisa menikmati fasilitas "meja kecil" dan stop kontak yang terpasang di dekat jendela. Minusnya, jadi menyulitkan pergerakan penumpang yang berdiri karena sempit. Kereta sudah sesak oleh kursi-kursi yang tertata dalam formasi 3-2.
Saat saya dan suami naik dari Kiaracondong, kereta penuh sesak oleh banyaknya penumpang. Saya harus berdiri karena sudah tidak kebagian tempat duduk. Untunglah hal itu tidak berlangsung lama karena sebagian besar penumpang kemudian turun di Stasiun Bandung. Kemungkinan mayoritas penumpang tersebut adalah warga yang tinggal di pinggiran kota dan ingin menikmati akhir pekan di kota Bandung.
Alhasil, selama sisa perjalanan ke Padalarang, saya dan suami bisa duduk dengan nyaman. Bahkan bisa bebas berpindah-pindah kursi karena banyak yang kosong.
Sepanjang perjalanan, saya menikmati pemandangan barisan pegunungan yang tampak dari kejauhan dari balik jendela kereta. Saya juga melihat sejumlah proyek untuk jalur kereta cepat yang masih terus dibenahi.