Atau bisa juga langsung ke rumah sakit langganan jika berobat, dan cek apakah ada poli psikiatrinya. Rumah sakit umum daerah maupun swasta biasanya sudah menyediakan layanan kejiwaan.Â
4. Tenangkan Diri, Anggap Seperti ke Dokter Gigi
Mekanisme konsultasi ke psikiater  tak ubahnya seperti ke dokter pada umumnya. Sama saja kok. Psikiater itu memang dokter, tepatnya dokter spesialis kejiwaan (SPKj).Â
Alur berobatnya sama dengan jika kita pergi ke dokter gigi. Bedanya jika ke dokter gigi kita harus khusus ke poli gigi, kalau ke psikiater ke poli jiwa.Â
Pendaftaran dan proses menunggu antrean berobat tinggal sesuaikan dengan klinik/rumah sakit masing-masing. Jika bingung, tanya saja pada satpam atau pusat informasi.Â
5. Psikiater bukan PsikologÂ
Meski sama-sama profesional menangani masalah kejiwaan, dua profesi ini berbeda. Keduanya bisa mengidentifikasi masalah kejiwaan yang kita alami meski dengan pendekatan berbeda.Â
Jika sekiranya hanya mau curhat berpanjang-panjang atau "butuh didengarkan", bisa ke psikolog. Sementara psikiater yang latar belakang pendidikannya adalah dokter, akan mengidentifikasi dari sisi medis.Â
Umumnya psikiater dibutuhkan jika kondisi psikis benar-benar sudah mempengaruhi kondisi fisik sedemikian rupa. Saya waktu itu memutuskan langsung ke psikiater karena sudah mengalami gangguan tidur dan kelelahan yang luar biasa parah (padahal bisa dibilang nyaris tidak melakukan kegiatan apapun yang melelahkan). Â
6. Perkirakan Biaya
Biaya mahal memang jadi masalah utama orang-orang enggan berobat. Namun di kota saya, Palembang, berobat ke psikiater terhitung sama saja biayanya dengan berobat ke dokter spesialis yang menangani penyakit fisik.Â