Saya baru baca berita di kompas.com tentang insiden penyiraman air panas 6 ekor anak anjing di Jakarta. Meskipun menurut berita tersebut, ada dugaan lain bahwa anjing-anjing malang itu bukan disiram air panas, namun diminumi cairan kimia. Kasus tersebut sampai sekarang masih ditangani pihak kepolisian.
Penyiksaan terhadap hewan bukan terjadi kali ini saja. Rasanya masih segar juga dalam ingatan kasus kucing yang dicekoki ciu beberapa waktu lalu. Terlebih untuk saya yang rajin mem-follow akun-akun sosmed pecinta satwa.
Berita penganiayaan seperti itu semacam sudah jadi makanan sehari-hari. Mulai dari guguk yang dibacok, meong yang diikat buah zakarnya dengan kabel tie, sampai berbagai hewan lain yang dikuliti tanpa dibunuh terlebih dahulu.
Berita-berita yang sering sekali bikin saya nangis sesenggukan dan galau berhari-hari. Sungguh, kadang nggak sampai otak saya ini mikir kenapa manusia bisa sekejam itu.
Mengapa kasus penganiayaan hewan terus terjadi?
Pembiaran. Ya sepertinya karena kultur masyarakat kita sendiri juga. Tidak bisa dipungkiri, hampir semua kita memang menganggap hewan adalah makhluk yang lebih rendah derajatnya sehingga pantas diperlakukan seperti apapun.
Sejak kecil, kita terbiasa melihat ayam dibiarkan makan karet gelang, anjing dilempari batu, kucing ditendang lalu disiram, monyet dirantai atau dipukuli, capung yang ditangkap untuk kemudian diikat lalu diterbangkan lagi bak layang-layang.
Perilaku-perilaku tersebut dianggap sangat biasa atau malah lucu. Padahal kalau dipikir ulang, manfaatnya apa sih? Apakah kita, manusia ini benar-benar bisa puas dan bahagia melihat makhluk lain tersiksa segitunya?
Kalau memang tujuannya mengusir atau tidak ingin didekati hewan tersebut, kan sebetulnya bisa dilakukan dengan lebih "beradab"? Atau kalau memang menginginkan kematian hewan-hewan tertentu untuk berbagai tujuan, bisa kan ya dilakukan dengan cara yang sesingkat-singkatnya tanpa harus mempermainkan atau menyiksanya terlebih dahulu?
Belakangan ini, perilaku animal abuse kian menjadi. Saya beberapa kali menemukan sejumlah foto atau video di sosmed yang menunjukkan tindak penyiksaan hewan, namun pelakunya justru merasa bangga. Tak sedikit yang justru seperti menantang reaksi netizen. Makin marah netizen, makin girang pula mereka.
Hei. Ini bukan perkara sepele lho. Dilansir hipwee dot com, data kasus penyiksaan hewan yang masuk ke organisasi CLOW (Cat Lovers In The World) selama 2016-2018 di Indonesia mencapai 820 kasus. Ini baru data kucing di satu organisasi, entah bagaimana di organisasi pecinta satwa lainnya.
Perilaku animal abuse ini patut diwaspadai, terutama jika pelakunya sengaja dan tidak menyesal atas perbuatannya. Tindakan menyiksa hewan secara sengaja atau yang disebut Intentional Animal Torture and Cruelty menurut ilmu psikologi biasa dilakukan oleh mereka yang memiliki gangguan kepribadian antisosial.
Hal ini diperkuat pula oleh Dr. Phillp Kavanagh yang dalam studinya mengatakan bahwa sifat psikopat berhubungan dengan keinginan seseorang menyakiti hewan dengan sengaja. Singkatnya, gangguan jiwa, Cuy!
Nggak ada orang yang jiwanya normal dan sehat-sehat saja mau repot-repot menyiksa hewan sedemikian rupa dengan sengaja.
Penegakan Hukum yang (Masih) Lemah
Sebetulnya undang-undang kita sudah mengatur soal penyiksaan hewan ini. Seperti pada pasal 302; 406; 335; 170; 540 KUHP dan Undang-undang Peternakan dan Kesehatan Hewan no. 18 Tahun 2009, pasal 66 dan 67 misalnya.
Namun kebanyakan laporan kasus penganiayaan hewan seringkali mandeg di tengah jalan. Jarang sekali ada kasus penganiayaan hewan yang sampai ke persidangan.
Dalam hal ini sepertinya memang harus kembali ke kita sendiri selaku masyarakat untuk berkomitmen menyetop perilaku tak beradab semacam ini. Memangnya mau sampai kapan terus-terusan menyiksa hewan? Percayalah, ga akan ada untungnya sama sekali. Ga takut apa kalau di kehidupan lain nanti bakal disiksa balik?
Berikut langkah-langkah sederhana yang mungkin bisa kita lakukan:
Tumbuhkan kesadaran bahwa hewan juga makhluk Tuhan. Menyiksa mereka secara sengaja adalah dosa.
Jika belum mampu menyayangi, maka setidaknya jangan pernah menyakiti
Bagi sebagian kita, hewan kadang tak berharga, menakutkan, atau menjijikkan. Namun bagi sebagian orang lain, sejumlah hewan terasa lebih dari keluarga. Makhluk yang menyelamatkan seseorang dari kesepian dan titik terendah dalam hidup. Hormati ini.
Tegur pelaku jika melihat kejadian penyiksaan, jangan dibiarkan. Terlebih jika pelakunya anak kecil.
Awasi orang-orang dekat kita, jika ada yang punya kecenderungan menyiksa hewan, tidak ada salahnya periksa kondisi kejiwaannya
Ada yang mau ditambahkan Kompasianers sekalian? Bisa tulis di kolom komentar.
Semoga kita semua terus diberkati dengan masih pada semua makhluk dijauhkan dari perilaku macam ini. Amin.
Salam dari Tepian Musi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H