Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mengenal Fujoshi dan Fenomena di Baliknya

21 Januari 2019   10:21 Diperbarui: 23 April 2021   17:03 8916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya juga penggemar, ada yang sekadar mengagumi dalam porsi wajar, ada yang luar biasa fanatik dan garis keras. 

Saya sendiri paling suka yang berbau psikologis, karena paling relevan dengan alam pelangi yang sering saya temui di dunia nyata. Hal ini membuat saya lebih memahami apa yang ada di pikiran manusia homoseksual. Bukan untuk mendukung, tapi terbukti sangat membantu saya untuk tidak berlarut membencinya.

Fenomena Kebablasan?

Nah, seperti yang sudah disinggung dalam tayangan Net TV dan patut menjadi pemikiran kita bersama sekarang adalah, ketika bocah-bocah SMP dengan pede dan bangganya mengaku sebagai fujoshi. Bahkan tidak sedikit pula yang merambah sebagai pengarang baik yang diposting di media sosial pribadi mau pun lewat platform kepenulisan online macam wattpad atau fanfiction. 

Sementara, kami para fujoshi dewasa justru kebanyakan malah mati-matian menyembunyikan hobi nyeleneh kami ini. Saya pribadi, meski tidak terlalu menutup diri terkait identitas ke-fujoshi-an, sebelum ini rasanya tidak pernah sengaja koar-koar bilang ke seluruh dunia. Tadinya saya pikir malah cuma saya yang nyeleneh, ternyata banyak juga yang satu frekuensi.

Saya tahu, kultur masyarakat kita berbeda dengan Jepang. Membicarakan hal seperti ini masih dianggap tabu. Yah, intinya kami sudah tahu bagaimana seharusnya bersikap lah. Tahu apa itu malu. Saya juga selalu pilih-pilih dengan siapa kalau mau membicarakan tentang konten Boys Love. Obrolan dengan komunitas sesama fujoshi pun biasanya hanya dilakukan di grup privat. 

Anak-anak di bawah umur yang terjun ke dunia fujoshi jelas tidak pantas. Sama seperti halnya kalau mereka mengonsumsi konten-konten orang dewasa lainnya. 

Dear, Bapak-bapak dan ibu-ibu yang saat ini mungkin mengkhawatirkan anaknya, saya cuma pengen bilang, sia-sia lho kalau mau melarang konten-konten ini masuk ke Indonesia. Ibaratnya seperti menghadang tsunami pakai payung. Kominfo mungkin sudah merasa keren karena sudah memblokir sejumlah situs yang dianggap berbahaya. 

Tapi saya pengen cerita, tempo hari waktu tumblr masih diblokir, seorang anak kelas 6 SD ngasih tahu saya soal soal VPN dan ngajari saya membuka situs yang diblokir itu cuma dalam hitungan detik. Kelas 6 SD lho, Pak, Bu. Dia jelas sudah selangkah lebih pintar soal internet dibanding saya.

Membuka blokiran itu ternyata amat sangat gampang. Apalagi cuma sekadar menemukan konten Boys Love, lha situs situs komik online-nya saja sama dengan kalau mereka baca Naruto atau Shinchan. Eh, bicara komik, adakah yang sadar kalau cerita Cardcaptor Sakura dan Chibi Maruko Chan juga mengandung unsur Boys Love? 

Unsur Boys Love dalam komik Chibi Maruko Chan * dok.pri
Unsur Boys Love dalam komik Chibi Maruko Chan * dok.pri
Anak-anak nggak selamanya bisa diawasi, Pak, Bu. Sama kaya kawan-kawan saya dulu pinter banget ngumpetin file .3gp di HP, anak-anak sekarang juga gampang menyembunyikan apapun yang mereka baca atau tonton kalau mau. Mereka juga makin piawai berbohong untuk menutupi entah apa yang dilakukannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun