Lihat. Lihatlah Kompal. Bukan cuma Islam, Kristen, Buddha, atau Batak, Jawa, padang, Palembang asli dan etnis tionghoa. Dokter, bankir, pengacara, guru, mahasiswa, wiraswasta, hingga pekerja serabutan juga ada. Bercanda bebas saja asal tetap pegang batasannya. Beda pandangan, ide, dan pendapat sudah biasa.
Berdebat dan saling ngambek sesekali juga tak mengapa. Apalagi kalau cuma pilihan jagoan pilkada ... tidak perlulah itu ditanya.
Semoga Kompal tetap seperti ini. Saling menghormati yang benar-benar berangkat dari hati. Tidak perlu koar-koar berjanji cinta damai tanpa diskriminasi. Namun biarlah mengalir murni dari kesadaran diri.
Catatan dariku, yang tak habis bersyukur telah menjadi bagian dari Kompal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H