Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Korupsi Sumber Tulisan, Selangkah Lagi Menuju Plagiarisme

28 Maret 2018   09:01 Diperbarui: 28 Maret 2018   10:00 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompal : Kompasianer Palembang

Barusan melintas status seseorang yang --setelah saya intip profilnya sekilas-- kaya'nya sih penulis. Tapi saya tidak kenal dan tidak berteman. Status itu melintas karena di-share seorang teman yang penulis juga.

Statusnya keren, dan panjang. Cerita dan pengalaman soal penghasilan dan seluk beluk seorang penulis. Tapi yah, seperti yang saya duga ... Status itu bukan tulisan dia. Di akhir status dia tulis "sumber : Kompasiana".

Judul yang sudah berganti dari tulisan asli (screenshoot pribadi)
Judul yang sudah berganti dari tulisan asli (screenshoot pribadi)
Sementara itu, nama penulis aslinya yang jelas-jelas tertera di akun Kompasiana di mana tulisan awal berada ... ga disinggung sama sekali. Saat saya telusuri, tulisan itu aslinya ternyata berjudul "Penghasilan Penulis Indonesia, Berapa?"karya Pak Bambang Trim tahun 2014 silam.

Saya tidak tahu ada berapa total kompasianer (penulis dan pemilik akun Kompasiana) saat ini, tapi saya yakin angkanya sudah mencapai angka puluhan (atau malah ratusan) ribu. Dengan fakta demikian banyaknya Kompasianer ini, lalu kemudian hanya mencantumkan "sumber : Kompasiana", kok gimana ya ... rasanya kurang sreg saja, begitu.

Sama seperti ketika dibawain pecel lele enak oleh seseorang, terus kita nanya beli dimana (karena pengen beli sendiri saking enaknya), terus dijawab sama yang bawa "di pinggir jalan." Tanpa mau menjelaskan sama sekali pinggir jalan apa sebalah mana. (Apa sih ini analoginya? :D ).

Mungkin kalo ybs berasal dari kalangan yang awam dengan dunia literasi, saya masih maklum. Tapi ketika yang melakukannya sesama penulis, saya berpikir itu hanya sedikit lagi menuju tindak plagiarisme.

Berawal dari mengorupsi sumber tulisan, tapi tetap menikmati segenap respon yang didapat. Dalam kasus yang saya bahas ini, si pembuat status mendapat cukup banyak react dan komentar "izin share ya".  

Perasaan ini, kalau terus dipupuk bisa bikin kecanduan lho. Ya nggak usah munafik lah, pasti ada rasa senang-senang gimanaaa gitu kalau postingan kita menuai banyak respon, kan? Apalagi saat di tengah kesuntukan dan kesesakan masa-masa deadlock jelang deadline.

Kalau orang-orang di jaringan pertemanannya tahu kalau ybs jelas jelas penulis yang punya akun di kompasiana juga, misalnya. Tentunya akan sangat mudah terjadi kesalahpahaman, berpikir kalau itu memang tulisan asli si pembuat status (padahal cuma copast). Dibagikan sekian banyak orang, dipuji sana-sini karena memang tulisan itu bagus. Kebanggaan semu semacam ini lho yang sering sekali meracuni nurani para plagiator.

Pertama mungkin copast cuma nulis "sumber : Kompasiana", terus besok copast lagi "sumber : Mbah Google", besoknya copast lagi juga "sumber : Internet". Besok-besok-besok-besoknya lagi apa coba? "Sumber : alam semesta"?

Balik lagi ke status orang ini, yang menarik perhatian banyak audience. Bagaimana kalau salah satu dari mereka ternyata ikut-ikut copast untuk disebar di grup-grup WA atau line ... lalu di ujung nulisnya cuma "sumber : status temanku". Terus makin tersebar lagi, lagi, dan lagi, dan jangan heran sumbernya terus sudah berubah lagi jadi, "dari grup sebelah".

Aaarrrrggghhhh, sebelah mane, cuuuyyy????

***
Well, mungkin dalam ini saya lebay, overthinking, atau malah suudzhon. Tapi saya tahu, plagiarisme itu awalnya ya selalu dimulai dari hal-hal kecil begini.

Saya akui, dulu juga sering begini kok. Nemu tulisan kece di grup langsung copast dan langsung disebar... meski ga pernah mengaku-ngaku itu tulisan saya, tapi saya juga ga pernah mau repot nyari tahu penulis asli (apalagi kalau dapetnya juga cuma "dari grup sebelah").

Sampai, ya sampai saya ngerasain sendiri ... betapa nggak enaknya tulisan saya di sebuah blog ...ternyata entah bagaimana bisa sampai ke saya lagi bertahun-tahun kemudian, tapi di ujung tulisannya bukan lagi "sumber : Ara (atau xxx.wordpress.com), melainkan "DARI GRUP SEBELAH"

Jadi lewat uneg-uneg yang kaya'nya kepanjangan ini, saya pengen ngajak yang kebetulan betah baca sampai habis untuk lebih "punya hati"-lah sama penulis asli. Bukan nggak boleh copast kok, tapi bisa kan buat nggak menghilangkan nama penulis aslinya?

Kita kok kelihatannya gampang naik darah menghakimi orang-orang yang ketahuan plagiat .... Tapi tanpa sadar, hal-hal sepele yang kita lakukan seringkali malah ikut mendukung tindakan tolol ini.

Yuk, mulai dari diri sendiri untuk mulai stop korupsi sumber tulisan. Memang, korupsi sumber belum bisa dikatakan sebuah tindak plagiarisme, tapi percayalah ... itu cuma selangkah lagi.

Teriring salam bersama irisan timun dalam cuka pempek dan jamur kuping di mangkuk tekwan.

Arako.

Kompal : Kompasianer Palembang
Kompal : Kompasianer Palembang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun