Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Empat Titik Air Mata untuk Tiga "Dongeng" Maman Suherman

5 Maret 2018   16:56 Diperbarui: 5 Maret 2018   17:10 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompal : Kompasianer Palembang

Mendengar kisah anak-anak di Timur Indonesia yang kesulitan mengakses buku, membuat saya merasa telah melakukan dosa besar. Ampuunn !! Saya bertobat. Saya janji mulai sekarang akan memperlakukan mereka dengan lebih berperikebukuan. Setidaknya kalau lemari-lemari itu tak kuat lagi menampungnya, buku-buku itu masih layak disumbangkan.

Titik air mata pertama saya terbit, untuk anak-anak entah di mana, yang begitu rindukan buku dalam peluk mereka.

Ramalan Punahnya Indonesia Karena Hoax

"Hoax dibuat oleh orang pintar yang jahat, dan disebar oleh orang baik yang bodoh," kata Kang Maman.

Ratusan nyawa bisa hilang dibantai hanya karena sebuah hoax. Hoax selalu menimbulkan perpecahan, dan tidak ada yang terlalu besar untuk tak hancur oleh perpecahan itu. Uni Soviet misalnya. Lihat nasib negara superpower di masa lalu itu kini. Punah. Hanya tinggal sisa-sisa mereka yang tercerai dan memilih jalan sendiri-sendiri.

Dan, suka tidak suka, faktanya Indonesia perlahan namun pasti tengah melangkah menuju ke arah itu. Salah satu indikasinya, adalah betapa mudahnya masyarakat kita ikut andil dalam penyebaran hoax. Asal share dan langsung ambil kesimpulan tanpa check and re-check kebenarannya. Begitu mudahnya masuk dalam perangkap ujaran kebencian. Begitu mudahnya kita membenci mereka yang punya pilihan berbeda. Yah, hanya butuh sedikit orang pintar nan jahat untuk mematik apinya, lalu sebanyak mungkin orang baik tapi bodoh untuk menyiram bensinnya. Dan whuuuzzzzz, Indonesia akan hangus terbakar oleh masyarakatnya sendiri.

Namun ini semua masih bisa dicegah. Salah satunya dengan turut berperan sebagai penggiat literasi. Tulari semua orang dengan virus membaca, sehingga mata mereka terbuka untuk dapat melihat dunia lebih luas. Masa angka kasus narkoba Indonesia lebih tinggi ketimbang indeks membaca masyarakatnya?

Air mata kedua pun menitik, seiring doa bagi negeri. Tuhan, dalam segenap perbedaan yang ada ini, satukanlah kami.

Re: Behind The Scene

Sebetulnya saya ingin berteriak pada Kang Maman ketika beliau mulai berkisah tentang perempuan yang jadi judul novelnya ini, "Oy, Kang!!!! Bukumu yang itu belum kubaca! Jangan spoiler kenapa?!"

Ya. Saya biasanya akan kesal setengah hidup pada orang yang membocorkan cerita dalam buku dan film dari awal sampai akhir. Namun lagi-lagi, Kang Maman adalah sebuah pengecualian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun