Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Para Kartini Juru Selamat Bumi dari Ujung Samudera

20 Juni 2024   15:58 Diperbarui: 20 Juni 2024   16:08 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ecobrick yang sudah dicat ulang dan jadi gerbang rumah/dokpri

Ecobrick yang sudah dicat ulang dan jadi gerbang rumah/dokpri
Ecobrick yang sudah dicat ulang dan jadi gerbang rumah/dokpri

Dalam penjelasannya, ecobrick yang dibuat oleh Ibu-Ibu Dasawisma ini memiliki bobot yang berbeda mulai dari 2,5 ons sampai 4 ons. Tentunya semakin berat ecobrick yang dihasilkan, maka semakin besar pula beban yang harus ditumpu. Aku bisa menemukan di sepanjang Dusun Lenggoksono itu, tiang-tiang gerbang rumah yang terbuat dari ecobrick atau beberapa properti seperti tempat duduk. Bahkan beberapa sampah plastik didaur ulang juga menjadi handbag maupun dompet yang memiliki nilai ekonomis dan menambah penghasilan.

Tidak berhenti di ecobrick saja, kemampuan para Kartini Lenggoksono ini dalam mengolah sampah di rumah-rumah mereka juga terwujud lewat POC (Pupuk Organik Cair). Untuk POC-nya sendiri, terbuat dari limbah-limbah organik rumah tangga yang sengaja diendapkan dalam wadah-wadah bekas cat. Barulah kemudian setelah 15 hari diendapkan, cairan POC dibawa ke kebun-kebun mereka untuk dijadikan pupuk.

"Karena Lenggoksono ini kan jauh dari pusat Kabupaten Malang, jadi kalau kami harus beli pupuk dulu malah berat di ongkos. Akhirnya ya kami bikin pupuk sendiri lewat POC ini. Baunya memang tidak sedap, tapi sangat bermanfaat buat tanah-tanah kebun," lanjut Hartining bangga.

Lagi-lagi aku terdiam.

Sebuah langkah yang mereka anggap kecil itu justru memberi dampak yang sangat besar bagi Bumi.

Wadah-wadah POC di Lenggoksono/dokpri
Wadah-wadah POC di Lenggoksono/dokpri

Bayangkan berapa banyak BBM untuk kendaraan bermotor yang bisa dihemat dari pengurangan pembelian pupuk kimia di Malang? Jika itu diperhitungkan secara eksponensial dalam waktu satu tahun saja, bukankah hal kecil yang tampak sederhana itu memberikan dampak ke Bumi lantaran mampu mengurangi dampak perubahan iklim?

Ya, di saat kita masyarakat perkotaan masih belum bisa melepas ketergantungan dari sumber-sumber energi fosil, para Ibu-Ibu di Lenggoksono sudah melakukan transisi energi secara sederhana lewat ecobrick dan POC sebagai solusi masalah lingkungan. Hal ini adalah wujud nyata dari Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Dimulai pada tahun 2015, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) adalah 17 tujuan global dengan 169 capaian yang terukur dengan tenggat yang ditentukan PBB demi kemakmuran manusia dan Bumi di masa depan.

Di mana 17 tujuan itu adalah tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, kehidupan sehat dan sejahtera, pendidikan berkualitas, kesetaraa gender, air bersih dan sanitasi layak, energi bersih dan terjangkau, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, industri, inovasi, dan infrastruktur, berkurangnya kesenjangan, kota dan komunitas berkelanjutan, konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, penanganan perubahan iklim, ekosistem laut, ekosistem daratan, perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh, serta kemitraan untuk mencapai tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun