Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Sumba Sampai Magelang, Ibu-Ibu Penggerak Energi Terbarukan

18 Juni 2024   09:36 Diperbarui: 18 Juni 2024   09:37 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal Bumi yang sudah tua, tentu tak akan bisa dilepaskan dari sumber-sumber energi fosil yang semakin lama semakin habis, tapi justru memiliki dampak buruk bagi perubahan iklim dunia lewat emisi GRK (Gas Rumah Kaca). Demi mengatasi perubahan iklim tersebut, pemerintah Indonesia bahkan menerapkan target NDC (Nationally Determined Contribution) sebesar 31,9% pada tahun 2030 mendatang.

Komitmen Indonesia agar mampu mencapai NZE (Net Zero Emission) pada tahun 2060 demi menciptakan Bumi yang lebih baik untuk dihuni itu akhirnya merujuk pada satu solusi besar, pendayagunaan EBT (Energi Baru Terbarukan). Dari banyaknya sumber EBT, bioenergi yang terdiri dari biomassa, biogas, dan bahan bakar nabati dipilih sebagai generator utama. EBT memang dianggap sebagai solusi utama penghenti emisi karbon yang membuat iklim Bumi semakin tidak terkontrol seperti cuaca panas ekstrem.

Dan tahukah kalian, perempuan khususnya para IRT (Ibu Rumah Tangga) memiliki peran yang luar biasa besar untuk menggunakan EBT yang membantu Bumi jadi lebih baik.

Biogas, Sumber EBT yang Sudah Lama Dipakai Perempuan

Menurut Jisman P Hutajulu selaku Plt Dirjen EBTKE seperti dilansir website resmi Dirjen EBTKE, biogas yang menjadi bagian dari bioenergi bisa jadi pengganti bahan bakar fosil di semua sektor terkait pembangkit listrik. Tak hanya itu saja, biogas juga bisa dimanfaatkan oleh sektor industri, komersil, transportasi, hingga rumah tangga. Tak main-main, pada tahun 2023 ternyata bioenergi memberi kontribusi hingga 60% dari total bauran energi nasional.

Di Indonesia sendiri, biogas yang dimanfaatkan berasal dari penguraian sampah organik baik sisa makanan atau kotoran hewan ternak seperti sapi. Saat menjadi bahan bakar pengganti, biogas terbukti lebih murah, lebih ramah lingkungan, dan tentunya lebih mudah dikontrol. Biogas dari kotoran sapi diproses secara alamiah dengan bakteri anaerob yang memecah molekul organik kotoran, jadi kumpulan gas metana, karbondioksida, serta sedikit karbonmonoksida, nitrogen, dan hidrogen.

foto: Polije
foto: Polije

Cerita mengenai manfaat penggunaan biogas juga dilakukan oleh Linda, seorang Ibu rumah tangga di Waingapu, ibukota Sumba Timur. Bahkan Linda bisa dibilang selangkah lebih maju karena dirinya memperoleh manfaat ekonomi lewat penjualan ampas biogas alias bio-slurry cair ke para petani. Linda tentu sama dengan warga-warga di bukit kecil itu yang memiliki reaktor biogas sendiri, karena mampu menghasilkan bio-slurry, serta memakai biogas sebagai pengganti LPG, seperti dilansir dari website resmi Program Biogas Rumah (BIRU).

Tak berbeda dengan Linda, Endang juga menjadi Ibu rumah tangga lain yang sudah terbiasa memakai biogas. Perempuan asal Desa Gayam, Kabupaten Bojonegoro itu bahkan sudah menggunakan biogas sejak tahun 2014 silam, berkat olahan limbah ternak sapi. Menurut Endang, sudah hampir satu dekade dirinya sama sekali tidak pernah membeli gas LPG atau pupuk kimia lantaran ampas biogas bisa jadi pupuk bio-slurry.

Dalam penuturannya kepada Jawa Pos, Endang mengakui kalau dia mengolah biogas setiap dua hari sekali karena hanya punya dua ekor sapi. Tak hanya dipakai untuk kompor di dapur, biogas itu juga dimanfaatkan Endang sebagai sumber penerangan lampu.

Kisah soal biogas bahkan mencapai lingkup lebih luas ditemukan di Dusun Bangsal, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Melalui kelompok Ibu-Ibu petani bernama Kartika Manunggal, perempuan-perempuan petani dan peternak itu bahkan sudah tidak membutuhkan LPG dan pupuk kimia berkat biogas. Bahkan untuk bio-slurry, dipakai para Ibu-Ibu untuk menyemai bibit sayuran sampai budidaya jamur.

Cerita Oxfam, Terus Dukung Perempuan Demi Transisi Energi Adil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun