Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hiruk Pikuk Si Alkisah dari Zamrud Khatulistiwa

6 Februari 2024   21:11 Diperbarui: 6 Februari 2024   21:29 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PLTS Likupang | foto: Liputan6

Kalian hanya perlu memilih destinasi wisata berkelanjutan yang memang mengembangkan konsep wisata dengan dampak jangka panjang. Baik berimbas pada segi sosial, budaya, ekonomi dan tentunya lingkungan. Terberkatilah kita yang tinggal di Indonesia karena destinasi wisata sustainable yang mengedepankan eco-tourism ini sangat banyak.

Misalnya di tempat tinggalku yakni Malang, kalian bisa datang ke CMC (Clungup Mangrove Conservation) di Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Setidaknya ada enam pantai yang bisa kalian pilih yakni Clungup, Gatra, Sapana, Mini, Batu Pecah dan Tiga Warna. Favoritku adalah pantai Tiga Warna karena kalian bisa snorkeling untuk menikmati keindahan samudera bawah laut di pantai selatan Kabupaten Malang.

Namun tak hanya keindahan laut yang bisa kalian dapat di pantai Tiga Warna.

Pantai Tiga Warna | Dokpri
Pantai Tiga Warna | Dokpri

Karena dalam setiap tiket masuk sebesar Rp10 ribu ke pantai Tiga Warna, akan didonasikan untuk penanaman satu bibit bakau di area mangrove CMC. Artinya, kalian berwisata sambil juga melestarikan lingkungan. Bahkan untuk konsep wisata berkelanjutan, setiap satu rombongan pengunjung yang wajib terdiri dari 10 orang, harus membawa tour guide lokal demi perekonomian desa.

Sejak berkunjung ke CMC, akupun jadi lebih mengutamakan destinasi eco-tourism sebagai incaranku.

Mulai dari hutan mangrove Margo Mulyo di Balikpapan, Kalimantan Timur, hingga Desa Wisata Bahoi di Kecamatan Likupang Barat, Sulawesi Utara sana. Bahkan saat aku ke Bahoi, aku juga menanam bibit bakau sembari melintasi area hutan yang dipenuhi akar-akar pasak sonneratia alba di sepanjang bibir pantai Tanah Minahasa.

Jalanku sebagai seorang sustainable traveler juga berlanjut saat aku ke Nusa Tenggara Barat (NTB) sana. Singgah di TWA (Taman Wisata Alam) Gunung Tunak di Mertak, Kabupaten Lombok Tengah, aku ikut melepaskan belasan bibit-bibit penyu di tepi Pantai Bile Sayak bersama rekan-rekanku, sebelum kemudian lagi-lagi ikut menanam bibit bakau di area Gunung Tunak.

Tapi, apakah untuk menjadi seorang sustainable traveler haruslah berkunjung dulu ke tempat wisata eco-tourism?

Tentu tidak.

Hal lain yang lebih sederhana kulakukan adalah dengan senantiasa membawa botol minum sendiri saat bepergian, demi mengurangi ketergantungan pembelian air mineral dalam botol yang meningkatkan sampah plastik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun