Bisa dibilang kalau pameran tunggal yang dia lakukan pada tahun 2014 silam adalah titik awal bagaimana Batik Bantengan bisa dikenal. Mendapatkan apresiasi yang sangat positif dari pemerintah setempat, Anjani yakin kalau Batu yang merupakan kampung halamannya, akan mampu memiliki produk kriya unggulan lewat Batik Bantengan.
Popularitas Batik Bantengan yang perlahan terus meningkat, membuat Anjani mengubah kandang ayam milik keluarganya menjadi sebuah galeri mungil tempatnya memamerkan karya.
"Meskipun punya galeri dan jualan batik, saya itu bukan pebisnis, saya bukan tukang perintah. Karena itu saya sebisa mungkin menjalin hubungan baik dengan para pengrajin batik. Bagi saya, mereka semua adalah keluarga. Di lain pihak, tujuan utama saya dengan Batik Bantengan adalah melakukan regenerasi pembatik. Karena itu saya fokus untuk mengajarkan cara membatik pada anak-anak kecil dan remaja," cerita Anjani kala kami berjalan di sepanjang jalan kebun menuju gazebo-gazebo pembuatan batik lainnya.
Tak heran kalau sejak menggelar pameran tunggal, Anjani tumbuh menjadi perempuan muda yang begitu menginspirasi. Puncaknya di tahun 2017, PT Astra International menghubungi Anjani lantaran dirinya terpilih sebagai salah satu Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards (SIA) lewat kategori Kewirausahaan.
Namun empat tahun kemudian, kegelapan muncul dalam hidup Anjani.
Sang suami, Netra Amin Atmadi, berpulang di awal tahun 2021.
Hantaman yang bertubi-tubi pun dialami Anjani Sekar Arum. Kematian Netra di kala pandemi Covid-19 yang sudah membuat omzet Batik Bantengan turun drastis membuatnya terpuruk. Bahkan hingga enam bulan lamanya, dirinya tidak melakukan produksi sama sekali karena tak ada orderan yang masuk imbas wabah corona. Dalam duka kepergian suami, Anjani dituntut untuk bangkit dengan tegap.
"Seluruh DP yang sudah masuk waktu itu terpaksa harus dikembalikan. Saat itu, banyak orang mengira kalau Batik Bantengan Anjani sudah tidak ada," kenang Anjani sambil menghentikan langkahnya.
Kubiarkan dirinya melamun sejenak. Sepoi-sepoi angin melewati kami berdua sehingga membuat suasana semakin sejuk.
"Saya mencoba meyakinkan diri bahwa sebagai seorang Ibu tunggal, saya harus kuat demi buah hati. Perlahan, dibantu teman-teman dan juga Astra, kami membangun Batik Bantengan lagi. Bahkan untuk jangka panjang, galeri ini akan tumbuh semakin besar menjadi Kampung Wisata Edukasi Batik Cilik," pungkas Anjani dengan cukup percaya diri.