Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sumpah Palapa, Dedolarisasi dan Lahirnya ASEAN Sebagai Pusat Dunia

20 Juni 2023   13:01 Diperbarui: 20 Juni 2023   13:12 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kala itu Indonesia masih berbentuk Majapahit.  

Tentu dari banyaknya kisah kerajaan-kerajaan kuno di Indonesia, mustahil kita tidak menyebut Majapahit. Ratusan tahun lalu, monarki terbesar dalam sejarah Indonesia tersebut juga menjalin hubungan yang sangat baik dengan para Mitreka Satata (negara sahabat) seperti Kerajaan Champa (Vietnam), Siam (Thailand) atau Burma (Myanmar).

Berpusat di Jawa Timur, Wilwatikta mencapai puncak kejayaannya di masa kekuasaan Hayam Wuruk pada tahun 1350 -- 1389 dengan sang Mahapatih, Gajahmada. Ketika diangkat menjadi Patih Amangkubumi Majapahit, Gajahmada mengucap Amukti Palapa sebagai janjinya untuk menyatukan seluruh kepulauan Nusantara di bawah panji kebesaran Majapahit.

Amukti Palapa adalah embrio dari ASEAN.

Kitab Pararaton dan Encyclopaedia Britannica (2015) meyakini kalau Gajahmada berhasil menyatukan kepulauan kala itu. Di mana menurut Negarakertagama, kekuasaan Hayam Wuruk terbentang dari Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya (Malaysia), Kalimantan, Filipina (Kepulauan Sulu), Manila (Saludung), Sulawesi, Papua, Tumasik (Singapura), Maluku sampai area Nusa Tenggara melalui program kerja politik Gajahmada.

Jika dilihat dari kacamata masa kini, tentu itu adalah hampir sebagian besar wilayah negara-negara ASEAN.

Berabad-abad sejak Sumpah Palapa digaungkan, kini ASEAN adalah kawasan yang beranggotakan Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja dan Timor Leste. Tak ada sang Maharaja yang memimpin, atau Mahapatih di batas samudera dengan pasukan Bhayangkara, tetapi ke-11 anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara itu memiliki mimpi yang sama.

Menjadi sebuah Epicentrum of Growth.

Berperan penting bagi kawasan dan dunia, ASEAN tak hanya sekadar motor perdamaian, tapi juga pusat pertumbuhan ekonomi masa depan.

Pertanyaannya, apakah itu bisa?

QRIS, Katalisator Tembus Batas Geografi ASEAN

asean-64913f014addee0dde011344.png
asean-64913f014addee0dde011344.png
Setelah pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak tahun 2020 hingga akhirnya dicabut statusnya pada 2023 ini, perekonomian di Bumi memang kembali bergejolak. Meskipun begitu banyak pihak yang menatap pesimis tahun ini karena ancaman resesi ekonomi global. Bahkan untuk 2023 saja, pertumbuhan ekonomi di dunia hanya akan mencapai level 2,6%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun