Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Welirang, Mendaki Gunung Lagi dan Sembuh Depresi

28 April 2023   18:47 Diperbarui: 28 April 2023   18:50 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pendaki menuju puncak Welirang foto: Arai Amelya

"Ayolah Rai, ikut aja. Udah lama kan kamu nggak naik gunung lagi sama kita? Temen-temen semuanya kangen sama kamu,"

Aku terdiam membaca pesan online yang dikirimkan oleh rekanku, Guntur saat itu. Cukup lama aku membacanya sebelum akhirnya kubalas dengan kesediaanku ikut pendakian lagi.

Ya, gunung memang adalah bentang alam yang paling kusukai di dunia ini. Sekitar satu dekade terakhir, aku sudah memijak ke beberapa gunung yang ada di area tempat tinggalku seperti Semeru, Arjuna, Panderman, Penanggungan, Bromo hingga Ijen. Hanya saja ketika tahun 2017 silam, aku benar-benar kehilangan minatku untuk mendaki.

Depresi memakan mentalku.

Menghancurkan seluruh mimpi dan keberanianku, hingga aku bahkan sama sekali tak tertarik mendaki gunung, menulis, atau menonton film lagi, tiga hal yang sangat kubanggakan pada diriku.

Dua tahun lamanya aku menjadi seorang pesakitan yang harus bolak-balik Rumah Sakit Jiwa, menjawab berbagai pertanyaan, menulis berbagai pengalaman, bercerita keseharian dan meminum obat-obat terlarang yang jelas tak bisa kubeli di apotek dekat rumah.

Aku bahkan tak pernah menduga bisa terjerumus ke lubang depresi.

Jika kalian bertanya padaku, 2017-2019 bisa dibilang sebagai tahun kemuraman dalam hidupku. Bahkan saat itu aku merasa kalau aku tak akan bisa kembali ke diriku yang dulu.

Aku, sudah menyerah dengan hidupku.

Hingga akhirnya di awal tahun 2020, sahabat-sahabatku mengajakku untuk ke Yogyakarta. Perjalanan itu adalah kali pertama aku keluar rumah setelah dua tahun lebih memilih berdiam di kamar. Aku mulai menemukan keberanianku hingga akhirnya aku membeli domain dan menjalani kegiatan yang pernah kutinggalkan, kepenulisan, lewat menjadi seorang blogger.

Profesi baru sebagai blogger membuatku kembali berani bermimpi. Dan saat itulah aku bersedia membuka diri lagi dengan mereka yang pernah kutinggalkan serta kuhindari.

Hampir dua tahun setelah aku dinyatakan sembuh dari depresi, ajakan untuk kembali menjejak gunung datang.

Kami di Lembah Lengkehan, siap membangun tenda foto: Arai Amelya
Kami di Lembah Lengkehan, siap membangun tenda foto: Arai Amelya

Beberapa hari setelah Idulfitri tahun 2022, Guntur mengajakku untuk mendaki Gunung Welirang.

Berdiri tegak setinggi 3.156 mdpl, Welirang jelas bukan gunung yang mudah untuk kulalui. Apalagi aku terakhir kali melakukan pendakian adalah tahun 2016, sehingga praktis selama enam tahun otot kaki dan seluruh tubuhku tak pernah merasakan kerasnya alam gunung.

Namun tetap saja, ajakan Guntur itu kuiyakan dan aku berjumpa kembali dengan rekan-rekan pendakianku yang lama.

Aku sebetulnya tak akan berharap bisa mendaki Welirang dengan nyaman, karena tubuhku yang sudah semakin tua jelas tak pernah diajak berolahraga.

Kami berangkat dari Pos Sumber Brantas yang kebetulan di Kota Batu. Ada perasaan senang yang tak bisa kuungkapkan saat aku mengeluarkan kembali carrier, sepatu gunung, matras, sleeping bag hingga trekking pole lamaku. Cukup lama mereka berdebu di gudang dan hampir-hampir tak pernah kusentuh.

Berada di wilayah Taman Hutan Raya Raden Soerjo, Welirang jelas punya jalur hutan belantara yang begitu rimbun dan sangat sejuk. Seperti yang kutebak, otot-otot kaki dan jantungku langsung berontak karena pos-pos awal Welirang ini langsung mendaki, dengan jalur datar yang sangat minim.

Lantaran ini merupakan pendakian pertamaku kembali, aku bersyukur seluruh rekanku benar-benar menungguku. Mbak Sylvi, Mas Otus, Guntur dan Djombie, semua masih seperti yang kuingat. Mereka sama sekali tak mau meninggalkanku yang setiap sepuluh langkah meminta berhenti itu.

Baru memulai pendakian sekitar pukul sebelas siang, kami pun tiba di Lembah Lengkehan untuk melakukan camping pada pukul empat sore. Lantaran untuk menuju puncak Welirang masih harus melintasi sekitar satu puncak gunung lagi, kami memilih untuk beristirahat dan melakukan perjalanan esok pagi. Seperti kebiasaan kami ketika bermalam di gunung, kami akan berkumpul di depan tenda dan saling berbicara sambil menatap langit. Di Lembah Lengkehan itu, bintang berbinar jauh lebih terang dan tanpa diganggu oleh polusi lampu penduduk atau suara-suara di daratan.

Sebuah kesunyian yang hanya dimiliki oleh gunung dan alasna kuat kenapa aku sangat mencintainya.

Awalnya aku berniat untuk membatalkan rencana menuju puncak Welirang karena enggan merepotkan rekan-rekanku. Namun ternyata tekad mereka untuk bisa mencapai puncak bersamaku jauh lebih kuat. Hampir tiga jam lamanya kami melakukan perjalanan dari Lembah Lengkehan hingga sampai puncak Welirang.

Jangan tanya betapa bangganya diriku saat ada di puncak. Lautan awan yang begitu kurindukan itu kembali bisa kulihat, meskipun harus bertahan di tengah bau sulfur yang menguar dari kawah Welirang. Dari kejauhan, aku bisa melihat beberapa gunung lain seperti Arjuno, Anjasmoro dan tentunya Semeru yang luar biasa gagah itu.

Kawah Gunung Welirang foto: Arai Amelya
Kawah Gunung Welirang foto: Arai Amelya

Seperti dialog Genta (Fedi Nuril) dalam film 5 CM (2012) yang sangat termahsyur itu, akupun tak bisa menahan senyum dan jantung yang berdegap antusias saat berada di puncak Welirang. Ya, suara yang berdentum dari dadaku adalah debar yang pernah begitu menguasai masa-masa mudaku:

"Kalian semua, dapat salam dari Indonesia,"

Indonesia, kali ini aku tak akan menyerah lagi dengan hidupku. Aku ingin melintasi banyak puncak-puncak yang menghiasi tubuhmu, bercumbu pada keindahan mayapadamu, sampai aku lupa rasanya menyerah. Ya, aku akan selalu bangga berwisata di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun