Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sehari Melangkah, Bertualang ke Malang Satu Abad Lalu

19 April 2023   21:50 Diperbarui: 19 April 2023   21:52 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alun-Alun Tugu Malang foto: Arai Amelya

"Coba kalian perhatikan, bentuk tugu menyerupai bambu runcing, kan? Itu sebagai simbol senjata yang digunakan oleh masyarakat Indonesia saat memukul mundur penjajah Belanda,"

Sontak kami semua peserta rombongan langsung menatap monumen di depan kami lekat-lekat. Aku tersenyum getir karena selama tiga tahun bersekolah di SMP Negeri 3 Malang dan setiap hari melintasi Alun-Alun Tugu, sama sekali tak menyadari kalau bentuk tugunya adalah bambu runcing.

Bahkan akupun juga baru tahu jika tugu bambu runcing ini berdiri di atas empat 4 anak tangga dengan 5 sudut, serta 8 tingkat bintang dan 17 pondasi yang semuanya melambangkan Hari Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945.

Langkahku pun berlanjut, mengikuti sang tour guide yang akan membawa kami berjalan ke arah Splindid. Kutengok lagi ke Alun-Alun Tugu yang ternyata sudah berdiri sejak 20 Mei 1953 itu. Membayangkan bahwa di tempat aku berdiri tadi, Presiden Soekarno pernah berjalan di sana juga, saat meresmikannya untuk kali pertama.

Sejarah, memang sangat menyenangkan itu jika dibicarakan kembali.

Wisata Sejarah, Cara Terbaik Nikmati Kota Malang

Gedung Wisma Tumapel foto: Arai Amelya
Gedung Wisma Tumapel foto: Arai Amelya

Meskipun sudah sejak lahir hingga saat ini tinggal di Kota Malang, sejujurnya aku tidak terlalu cukup memahami sejarah tempat tinggalku ini. Untuk berlibur pun aku lebih memilih menikmati wisata alam di area Kota Batu atau Kabupaten Malang. Ya, Kota Malang memang bisa dibilang hampir tak punya spot pemandangan alam yang indah.

Namun aku akhirnya tahu apa yang paling menyenangkan untuk dilakukan di Kota Malang. Yap, berwisata sejarah.

Ada banyak sekali penyelenggara wisata sejarah di Malang yang bisa kalian nikmati dengan jalan kaki dalam waktu satu hari saja.

Seperti rute yang aku pilih kali ini, kami satu rombongan berkumpul di depan Stasiun Kota Baru Malang yang juga merupakan bangunan bersejarah sebagai titik awal. Diresmikan pada tahun 1940, gedung ini dirancang oleh ahli tata kota Malang, Herman thomas Karsten. Di mana bangunan stasiun ini menggunakan arsitektur gaya kolonial modern atau Nieuwe Bouwen.  

Mengambil jalan lurus ke arah Alun-Alun Tugu, persinggahan kami berikutnya adalah Wisma Tumapel yang ternyata saat berdiri tahun 1928 silam merupakan bagian dari hotel Splindid Inn. Tak heran kalau bangunan itu hingga saat ini memiliki nuansa gedung-gedung khas Eropa. Sayang Wisma Tumapel kini memang sudah tak difungsikan sehingga membawa kesan mistis di malam hari.

"Paroki Hati Kudus Yesus ini adalah gereja Katolik tertua di Kota Malang. Memiliki arsitektur Neo Gothic, bangunan ini berdiri sejak 4 Juni 1897 dan sudah jadi benda cagar budaya. Kedua menaranya menjulang setinggi 33 meter dan pernah dua kali runtuh tahun 1957 serta 1967,"

Gereja Paroki Hati Kudus Yesus foto: Arai Amelya
Gereja Paroki Hati Kudus Yesus foto: Arai Amelya

Lagi-lagi aku cuma melongo mendengarkan penjelasan sang tour guide. Siapa sangka bangunan gereja yang juga sering kulewati ini sudah berusia lebih dari satu abad. Bahkan saat kami menelusuri area Kayutangan, sisa-sisa bangunan lawas pun juga masih terasa meskipun sudah dialihfungsikan menjadi sejumlah cafe anak muda, seolah membawaku memasuki lorong waktu ke Kota Malang di masa lampau. Termasuk dengan bangunan kembar di perempatan Rajabally.

Ya, di perempatan yang menghubungkan Jalan Semeru dan Jalan Kahuripan ini memang identik dinamai Rajabally.

Namun penanda utamanya adalah gedung kembar di sisi kanan dan kiri jalan yang bertugas bak gerbang selamat datang Kota Malang. Adalah arsitek bernama Karel Bos yang pada tahun 1936 terbesit membangun gedung kembar di area ini. Di mana dulu bangunan di sisi utara adalah toko buku Boekhandel SLutter-C.C.T van Dorp Co. dan di sisi selatan adalah toko emas Tuwelier Tan. Sayang kini salah satu bangunan sudah diubah menjadi cafe hits yang ramai dikunjungi anak muda.

Lelah Berjalan di Malang? Hotel Santika Jawabannya!

Tentu masih banyak sekali bangunan bersejarah di Kota Malang. Termasuk Monumen Melati yang berada di poros Jalan Ijen.

Aku bahkan baru tahu jika di atas monumen setinggi tujuh meter itu adalah kelopak bunga melati. Pemilihan kelopak bunga melati sebagai ornamen utama monumen ditujukan sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi Sekolah TKR (Tentara Kemanan Rakyat) yang jadi cikal bakal TNI saat ini. Di mana Sekolah TKR yang kala itu bernama Sekolah Tentara Divisi VII Suropati memiliki simbol bunga melati.

Malang memang berbicara lewat jejak-jejak sejarah.

Genap berusia 109 tahun pada 1 April 2023 ini, hampir setiap sudut Kota Malang menjadi saksi bisu peradaban manusia sejak masa kolonial. Menikmati Malang lewat sejarah memang menyenangkan. Namun hanya sehari melakukannya jelas sebuah penghinaan. Kalian yang sedang berada di Kota Malang bisa terus bertualang di lorong waktu sambil tak lupa beristirahat sejenak di Hotel Santika Premiere Malang.

Tampilan kamar dengan akses kolam renang di Santika Premiere Malang
Tampilan kamar dengan akses kolam renang di Santika Premiere Malang

Berlokasi di Jl. Letjen Sutoyo No 79, Lowokwaru, Santika Premiere adalah hotel bintang empat di Kota Malang. Memadukan desain arsitektur tradisional Jawa dan sentuhan modern, menjadikan Santika Premiere sebagai tempat staycation yang tepat di Malang lantaran memberikan kesan refreshing yang menyenangkan.

Lantaran begitu tepat ada di jantung kota, kalian tidak akan kesulitan untuk melakukan penjelajahan sejarah jika singgah di Hotel Santika Premiere. Jadi, kapan kalian mau ke Malang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun