Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menangkap Keindahan Al-Quran dari Mereka yang Tak Bisa Mendengar

9 April 2023   20:44 Diperbarui: 9 April 2023   21:08 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai kitab suci umat Islam, Al-Quran memang memiliki untaian ayat yang sangat indah. Sejak diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW lewat perantara Malaikat Jibril, kemurnian Al-Quran akan terus dijamin hingga Hari Penghakiman kelak. Tentu setiap kali bulan suci Ramadan seperti ini, kalian akan jauh lebih sering mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran.

Wajib bagi Muslim untuk membaca, memahami dan mengamalkan seluruh ajaran Islam di dalam Al-Quran. Bahkan ada beberapa di antaranya yang begitu menamba menjadi seorang penghafal Al-Quran atau yang kerap disebut sebagai hafiz. Siapapun boleh mempelajari ilmu Tahfiz sehingga berhak disebut sebagai hafiz. Namun bagaimana jika calon penghapal Al-Quran adalah mereka yang mengalami kekurangan dalam indera pendengar atau tunarungu?

Masih bisakah mereka melantunkan ayat suci Al-Quran itu dengan tepat jika memiliki kekurangan dalam tubuhnya?

Jawabannya adalah sangat bisa.

Bahkan, ada sekolah Tahfiz di negeri ini yang fokus mengajarkan metode menghapal Al-Quran bagi mereka kalangan tunarungu.

Dan melalui kesunyian dalam hidup mereka, para tunarungu luar biasa ini menyuarakan merdunya ayat suci Al-Quran kepada dunia.

Pesantren Tahfiz di Indonesia: Dari Yogyakarta ke Jakarta

para santri Darul A'shok foto: Jauhari Wawan S/Detik
para santri Darul A'shok foto: Jauhari Wawan S/Detik

Berada di daerah Kayen, Depok, Yogyakarta sana, ada sebuah institusi yang disebut-sebut sebagai pondok pesantren pertama bagi kalangan tunarungu. Bernama Madrasah Tuli Darul A'shom, nuansa berbeda akan langsung kalian rasakan saat berkunjung karena mayoritas santri yang menempuh pendidikan di dalamnya adalah tunarungu, sehingga menggunakan gerakan tangan sebagai cara berkomunikasi.

Adalah Abu Kahfi yang saat ini berstatus sebagai pemimpin sekaligus pendiri Darul A'shom. Saat Jawapos mewawancarainya, Kahfi menjelaskan jika inisiatifnya mendirikan pondok pesantren Tahfiz khusus tunarungu adalah lantaran dirinya memiliki cukup banyak teman tunarungu. Barulah di tahun 2009 saat dirinya bertemu dengan seorang tunarungu yang ingin belajar lebih banyak soal Islam tapi tak mampu memperoleh akses dan fasilitas, membuat cikal bakal Darul A'shom pun mulai didiskusikan

Butuh sepuluh tahun lamanya untuk Ustaz Abu, sampai akhirnya resmi mendirikan Darul A'shom lewat berbagai perjuangan tak biasa. Kini sudah ada sekitar 129 santri yang mengikuti program Tahfiz di Darul A'shom.

"Pondok ini awalnya berdiri di Bantul. Tapi pada 19 September 2021, kami pindah ke Kayen. Santri kami macam-macam ada laki-laki dan perempuan bisa dari sekitar Yogyakarta atau dari Jawa Tengah, Kalimantan, Sumatera sampai Jabodetabek. Yang termuda usianya masih 6,5 tahun waktu masuk dan tertua sudah 28 tahun. Selain mengaji di tiga waktu, para santri ada kajian hadis dan dibekali pendidikan formal biar punya ijazah sampai Paket C. Pengajaran di sini dimulai dari mengenalkan huruf hijaiyah lalu membaca, menguraikan dan menyambung huruf baru menghapal Al-Quran dan diajarkan fiqih keilmuannya,"

Perjuangan Abu untuk memberikan ilmu Islam yang setara kepada kaum disabilitas memang sangat menginspirasi. Bahkan di Jakarta pun ada tempat serupa yang bernama Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfiz Difabel KH Luthfi Fathullah yang bisa ditemui di wilayah Manunggal Jaya, Cilandak, Jakarta Selatan.

Dipimpin oleh Ahmad Sholeh, Ponpes Tahfiz Difabel KH Luthfi Fathullah memang mengutamakan pendidikan agama bagi para santri yang tunarungu karena selama ini hak dasar mereka entah pendidikan atau beragama, sulit diperoleh. Dilansir Medcom, mayoritas para santri di Ponpes Tahfiz Difabel KH Luthfi Fathullah memang berasal dari kawasan Jabodetabek dengan usia rata-rata 13-19 tahun.

Sama sekali tidak mematok biaya pendidikan sepeserpun, santri yang berada di Ponpes Tahfiz Difabel KH Luthfi Fathullah memang bisa berasal dari latar belakang ekonomi apapun. Karena para santri adalah kaum tunarungu, pengajar di Ponpes Tahfiz Difabel KH Luthfi Fathullah sampai melakukan pembelajaran langsung ke Dahrul A'shom.

para santri Ponpes Tahfiz Difabel KH Luthfi Fatullah foto: Detik
para santri Ponpes Tahfiz Difabel KH Luthfi Fatullah foto: Detik

Tujuannya? Untuk makin memahami kemampuan dan kemauan para santri Ponpes Tahfiz Difabel KH Luthfi Fathullah. 

Tak heran kalau akhirnya metode baca para santri di sini memang sama dengan yang diajarkan Ustaz Abu dan pengajar lain di Darul A'shom. Di mana para santri wajib menghapal tiap huruf hijaiyah yang dituliskan oleh guru mereka di papan. Gerakan tangan dan mulut dari sang pendidik inilah yang akan dipelajari dan dipahami santri tunarungu sehingga mereka bisa menjadi calon-calon hafiz masa depan.

Tentu apa yang hendak dihembuskan oleh Madrasah Tunarungu Darul A'shom dan Ponpes Tahfiz Difabel KH Luthfi Fathullah adalah bukti bahwa Islam merupakan agama untuk semesta yang tidak membedakan pengikutnya. Semoga apa yang diusung oleh kedua lembaga pendidikan itu cukup menginspirasi kita semua di bulan Ramadan kali ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun