Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Memuja Angka Semesta Islam dari Kemegahan Istiqlal

8 April 2023   22:15 Diperbarui: 8 April 2023   22:43 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, menemukan masjid di Indonesia jelas bukan hal yang sulit. Apalagi di pulau Jawa yang merupakan pusat konsentrasi masa, masjid seolah menjadi bangunan wajib yang dapat dijumpai dalam jarak yang cukup dekat.

Hanya saja jika ditanya, mana masjid yang paling kusukai?

Rasa-rasanya aku tak akan kesulitan dengan menjawab secara mantap yakni Masjid Istiqlal.

Masjid nasional yang berada di ibukota Jakarta ini memang sudah sangat lama begitu kusukai. Bahkan sedari aku kecil dulu, aku sering melihat kemegahan Istiqlal langsung dari dalam lewat acara live sholat Idulfitri atau Iduladha. Beberapa kali aku berkunjung ke Jakarta entah untuk hiburan atau bekerja, belum sekalipun aku memasuki pelataran masjid yang konon menjadi bangunan ibadah Muslim terbesar di Asia Tenggara itu.

Hingga akhirnya pada September 2022 kemarin, aku berkesempatan untuk mengunjungi Istiqlal pada kali pertama bersama temanku. Itupun jadwal ini begitu kupaksakan karena pada malam harinya kami akan melakukan penerbangan pulang ke Surabaya.

Berangkat dari kawasan Tebet dan singgah di Monas, kami memilih naik TransJakarta listrik sebelum akhirnya berhenti tepat di salah satu pintu Istiqlal. Usai menyantap nasi goreng di para penjual makanan di luar pintu Istiqlal, akupun masuk ke masjid itu. Kebetulan juga kunjunganku adalah hari Jumat, jadi aku menunggu sambil makan hingga para jamaah membaur keluar dari Istiqlal.

Ketika langkahku berjalan semakin mendekati masjid itu, apa yang kulihat untuk kali pertama adalah tempat ibadah yang sangat besar. Hampir setiap sudut Istiqlal dipenuhi oleh geometrik unik yang jika diterjemahkan merupakan penjelasan dari kosmologi Islam itu sendiri. Sebuah hal yang sangat istimewa mengingat Istiqlal diciptakan oleh seorang Batak Protestan bernama Frederich Silaban.

Matematika Islam dalam Masjid Istiqlal

Ada satu tulisan Nasaruddin Umar selaku Imam Besar Masjid Istiqlal, mengenai angka-angka yang secara jenius melambangkan semesta Islam. Aku tak tahu apa yang dipikirkan Frederich kala itu, hanya saja bagitku, angka-angka dan matematika bisa menjadi alternatif lain dalam menyibak rahasia alam dan keberadaan Sang Maha Satu.

"Mohon maaf, kakak agama apa ya? Karena kalau masuk Istiqlal harus berkerudung dan berpakaian sopan tertutup untuk perempuan,"

Langkahku terhenti, pupus sudah keinginan untuk memasuki Istiqlal dan mengabadikan berbagai sudut masjid terutama dari bagian dalam. Alhasil karena terlanjur masuk di Istiqlal, aku tak ingin meninggalkannya begitu saja. Aku memilih berjalan dan mengelilingi masjid istimewa ini. Memuja sentuhan geometrik dari fasadnya yang ternyata punya makna mendalam bagi Islam.

Pada dasarnya Istiqlal berdiri tak seperti masjid-masjid pada umumnya di eranya pada tahun 1978 itu. Masjid ini memakai gaya arsitektur formalisme baru internasional, sehingga seluruh tembok dan lantai masjid yang namanya dalam bahasa Arab bermakna Kemerdekaan itu berlapis marmer dan berhiaskan ornamen geometrik dari baja antikarat.

Namun yang paling menonjol adalah plaza yang luar biasa luas di bagian dalam sehingga membuat Istiqlal mampu menampung hingga 200 ribu jamaah.


Terdiri dari dua bangunan yakni bangunan utama dan bangunan pendamping, rupanya ini dianggap sebagai perlambang hubungan kehidupan seorang Muslim di dunia yakni hablum minallah dan hablum minannaas. Sedangkan untuk keseluruhannya, Istiqlal terdiri dari lima lantai yang serupa dengan lima waktu sholat wajib dalam sehari atau Rukun Islam.

Angka tujuh juga berbicara di dalam fasad Istiqlal lewat tujuh gerbang untuk memasuki ruangannya dan dinamai berdasarkan Asmaul-Husna, nama-nama Allah SWT yang mulia. Namun kalau kalian perhatian lebih jauh, tujuh juga melambangkan tujuh lapisan langit yang harus dilewati Nabi Muhammad SAW saat peristiwa Isra' Mi'raj.

Rasullullah juga memiliki tempat tersendiri di Istiqlal kala Silaban memilih menopang masjid itu dengan 12 tiang, sesuai hari kelahiran Nabi Muhammad yakni 12 Rabiul Awal. Terakhir, coba tengadahkan kepala kalian pada satu-satunya minarat (menara masjid) yang dimiliki Istiqlal itu. Hanya terdiri dari satu minarat, itu merupakan sebuah lambang Esa bagi Sang Maha Mutlak, Allah SWT.

Bisa dibilang hampir setiap angka yang bercerita dari Istiqlal membuatku semakin mengagumi masjid ini. Sebuah masjid nasional yang berdiri sebagai lambang toleransi. Kuharap, ada banyak penduduk negeri ini yang bisa singgah dan memunajatkan harapan kepada-Nya di dalam Masjid Istiqlal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun