Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Upgrade Skill Lewat Tiga Proyek Skenario Saat Ramadan

3 April 2023   22:35 Diperbarui: 3 April 2023   23:11 1356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: Nick Morrison/UNSPLASH

"Treatmentnya udah oke, bisa langsung jalan ke skenario. Kalau lancar, semoga sebelum tengah tahun udah jadi dan bisa pra-produksi. Selamat, kamu udah jadi penulis skenario profesional,"

Aku menatap kalimat yang dituliskan oleh Ichwan Persada itu di aplikasi WhatsApp dengan berseri-seri.

Bagi kalian yang memang mengikuti perkembangan dunia film Indonesia, nama Ichwan Persada tentu pernah sekali atau dua kali diketahui. Mengawali karir sebagai seorang produser, Ichwan yang kini mengembangkan PH sendiri yakni Indonesia Sinema Persada tengah memulai langkahnya sebagai sutradara.

Namun yang membuat informasi ini terdengar gila adalah, Ichwan memilihku untuk berduet dengannya dalam proyek penulisan skenario debut film panjangnya.

Ya, kalian tidak salah baca.

Itu memang, aku.

Dunia film sebetulnya memang sudah menjadi salah satu tempat yang paling aku sukai sedari kecil. Namun tanpa kuduga hobi yang terdengar sederhana itu justru mulai kugeluti secara profesional sejak tahun 2021 silam. Dimulai dari aku mengikuti kelas skenario yang digelar oleh Ichwan secara online di WhatsApp, aku langsung diberi kepercayaan untuk terlibat dalam sebuah tim kecil mengerjakan skenario mini series sebuah brand minyak telon yang tayang di YouTube pada tahun 2022.

Kendati hanya skala kecil, melihat bagaimana aktor dan aktris itu mengucapkan dialog yang aku tulis di skenario dalam setiap adegan film, jelas membuatku puas. Aku seolah semakin dekat dengan mimpi menjadi seorang scriptwriter, sebuah profesi yang sudah kuincar betul sejak lulus SMA. Tapi terpaksa kandas saat aku memutuskan mengundurkan diri sebagai calon mahasiswa baru IKJ (Institut Kesenian Jakarta), dengan alasan tidak ekonomi.

Namun menggeluti profesi di industri kreatif secara tanpa berbekal 'orang dalam' dan karya yang berderet tentu membuat jalanku cukup terjal. Sejak penghujung 2022 kemarin, aku bahkan memutuskan untuk menjalankan impianku sebagai penulis skenario tanpa terlalu ngoyo, karena film masih bisa kunikmati sebagai penonton, tanpa harus menjadi sineas secara cepat.

Hingga akhirnya ketika bulan Ramadan tahun 2023 ini tiba, Ichwan mengajakku lagi untuk terlibat dalam penulisan skenario dua judul FTV yang bakal tayang di platform streaming Vision+, serta film panjang pertamanya sebagai sutradara berjudul SOLATA.

Memaksa Diri Untuk Upgrade Skill Secara Nekat

"Kalau mau jadi penulis skenario profesional, harus belajar untuk menghargai deadline selain berpikir kreatif dan inovatif. Kamu harus push diri kamu sendiri sampai batas dan bahkan melampauinya,"

Dua kalimat itu membuatku termenung cukup lama, usai sekuens skenario SOLATA yang kukirim pada Ichwan terkena banyak sekali revisi. Aku yang dulu membuat naskah teater tak pernah mengalami penolakan, kali ini harus belajar untuk mendengar pendapat Ichwan yang bertindak sebagai sutradara. Karena ternyata dalam proyek film, ada tiga pilar utama yang mempengaruhi sebuah naskah yakni produser, sutradara dan sang penulis.

Bagi seorang pemula sepertiku, revisi yang bisa dibilang membutuhkan pembongkaran total itu membuat semangat terasa anjlok. Keinginan untuk menyerah sempat terlintas, apalagi aku kemudian mengalami musibah kaki patah yang sempat membuat mood tak karuan.

Seolah tak membiarkanku menyerah, Ichwan bahkan memintaku untuk terlibat dalam proyek skenario dua judul FTV tepat di awal Ramadan ini.

cuplikan draft skenario untuk FTV yang kutulis saat Ramadan ini
cuplikan draft skenario untuk FTV yang kutulis saat Ramadan ini

Jujur, aku bukanlah penonton FTV yang tayang di TV swasta, apalagi di streaming lokal. Aku sempat menulis sinopsis untuk pengajuan judul FTV di sebuah TV swasta, tapi kemudian ditolak karena tidak sesuai dengan alur ceritanya. Bagiku, menulis ide cerita FTV tidaklah semudah yang kuduga dan membuatku harus melakukan banyak penyesuaian yang kadang cukup menghina nalarku.

Namun aku justru menerima penawaran dari Ichwan.

Hanya dalam waktu tiga hari saja, aku yang tergabung dalam sebuah tim kecil berisi empat orang harus menyelesaikan 90 halaman naskah cerita bergenre romantic comedy. Bisa ditebak, kami semua kacau. Deadline yang super mepet membuat kami mendorong kemampuan hingga mencapai batas. Kendati sudah selesai, draft skenario kami sampai empat kali revisi sebelum akhirnya tepat di pekan kedua Ramadan ini, resmi memasuki proses syuting di Bali.

Jangan tanya betapa puasnya aku saat tahu proses produksi tengah dimulai. Aku bahkan tak menyangka kalau aku yang dulu cuma penonton, sama sekali tak paham mengenai konsep 8 sekuens dalam penulisan skenario, kini sudah mengantongi tiga judul cerita yang dua di antaranya siap rilis.

Dan rupanya cerita mengerjakan skenario bak romusha itu membuatku tidak mendapatkan kesulitan berarti kala menyusun treatment untuk film SOLATA. Tanpa sadar, kondisi dan tekanan lingkungan membuat skill menulis skenarioku semakin meningkat. Siapa sangka, upgrade skill scriptwriter ini terjadi saat aku harus menahan haus dan lapar di bulan suci Ramadan.

Doakan, tiga judul skenarioku ini segera bisa ditonton dan  bisa diterima oleh penikmati film di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun