Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Filsafah Minang dan Masjid yang Tak Berkubah

24 Maret 2023   21:38 Diperbarui: 24 Maret 2023   21:46 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak seperti masjid-masjid kebanyakan di Indonesia yang berkubah karena mengikuti gaya arsitektur Timur Tengah, Masjid Raya Sumatera Barat memiliki atap berbentuk gonjong pada keempat sisinya, seperti khasnya rumah adat Minangkabau, rumah gadang.

Jika masjid-masjid kuno di tanah Jawa kebanyakan memiliki atap segitiga bertingkat sebagai bentuk akulturasi budaya Islam dan Hindu, maka atap gonjong pada Masjid Raya Sumatera Barat adalah akulturasi Islam dengan adat Minangkabau.

Ya, desain atap Masjid Raya Sumatera Barat ini mengejawantahkan betul falsafah adat suku Minang, 'Adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah', yang bermakna adat dan agama merupakan dua hal yang selalu berdampingan. Namun cerita yang diurai tidaklah itu saja. Karena empat sudut lancip pada bagian atapnya ini didesain sang arsitek Rizal Muslimin yang terinspirasi dari bentangan kain empat kabilah suku Quraisy saat hendak meletakkan batu Hajar Aswad di Kabah.

Dosen Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan di Universitas Sydney itu memang mempunyai prinsip bahwa perkembangan arsitektur di masa depan ini tak harus meninggalkan sentuhan tradisional. Bahkan Rizal mempunyai gagasan jika seni dan kerajinan budaya lawas bisa memberikan sumbangsih saat mendesain bangunan.

Sudah terpikat sejak lama pada bentuk rumah gadang, Rizal pun menampilkan atap gonjong pada Masjid Raya Sumatera Barat yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan geometrik bujur sangkar seperti khasnya rumah ibadah.

Tak cuma indah dipandang, struktur bangunan masjid ini juga dibuat luar biasa kokoh karena konon mampu tahan gempa hingga 10 SR, meskipun ruang utamanya dibangun tanpa tiang penyangga.

ornamen Minang di sekeliling bangunan masjid foto: Azhar Masood
ornamen Minang di sekeliling bangunan masjid foto: Azhar Masood

Namun yang jauh lebih membuatku sangat terpesona juga selain sudut-sudut tajam geometrik yang begitu indah, Masjid Raya Sumatera Barat ini dihiasi berbagai ornamen khas adat Minangkabau. Kepada Republika, Sayuti selaku Ketua LKAAM Sumatera Barat menegaskan kalau ornamen di masjid itu sudah melewati diskusi panjang antara para buya dan konsultan.

Contohnya seperti ornamen berbentuk segitiga enam sudut, itu bermakna tiga tungku sajarangan tiga tali sapilin yang merupakan simbol senantiasa memegang teguh Rukun Iman. Lalu juga di bagian dinding tempat meletakkan Alquran terdapat ukiran empat sudut yang dalam budaya Minangkabau merupakan tau di nan ampek, atau perlambang empat kitab suci umat beragama yakni Alquran, Injil, Taurat dan Zabur. Bisa juga dikaitkan dengan adat nan ampek yaitu adat nan subana adat, adat nan diadatkan, adat nan taradat, serta adat istiadat.

Sungguh, negeri ini butuh lebih banyak masjid-masjid yang memadukan tradisi adat dengan semesta Islam. Seolah mengajak kita untuk memenuhinya setiap kali Ramadan tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun