Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Istiqlal, Geometrik, dan Sang Maha Mutlak

23 Maret 2023   20:41 Diperbarui: 23 Maret 2023   20:42 1185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: Wonderful Indonesia

Di hari pertama Ramadan ini, aku sebetulnya tak punya banyak kegiatan. Sudah resmi lepas dari status budak korporat semenjak tahun 2016, tanpa terasa sudah tujuh tahun lamanya aku menjalani hidup sebagai seorang freelancer.

Tak ada yang pernah menduga kalau kegemaranku menulis akan membuatku merasakan terlahir kembali lewat profesi bernama blogger. Karena sudah meyakinkan diri menggeluti profesi itu sejak 2020, menghabiskan hari-hari di rumah, bekerja dari kamar atau nongkrong di coworking space adalah keseharianku, selain tentunya bisa menjelajah dan traveling tanpa cemas kehabisan jatah cuti tahunan.

Termasuk saat Ramadan kali ini.

Aku memilih untuk mengisi Ramadan di tahun 2023 dengan mengintip ribuan foto-foto yang kusimpan di hard disk portable. Dan ternyata foto pertama yang menghentikanku adalah kunjunganku ke Istiqlal pada bulan September 2022 silam.

Masjid Islami yang Sangat Aritmatik

Bicara soal Istiqlal, bagiku adalah bicara matematika.

Ya, masjid luar biasa yang kebetulan juga didesain oleh arsitek luar biasa yakni Friedrich Silaban itu menyimpan banyak sekali angka-angka dalam kosmologi semesta Islam.

Kalau boleh menyadur dari tulisan Nasaruddin Umar selaku Imam Besar Masjid Istiqlal, angka yang merupakan bagian dari matematika adalah cara lain untuk menjelaskan konsep Keesaan Tuhan. Tak melulu bicara soal hitung-menghitung, matematika bisa menjadi alternatif lain dalam menyibak rahasia alam dan keberadaan Sang Maha Satu.

Kembali lagi ke Istiqlal, pesona bangunan yang disebut-sebut sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara itu tak lain karena sentuhan geometriknya. Ya, Istiqlal berdiri tak seperti masjid-masjid pada umumnya di eranya pada tahun 1978 itu. Menggunakan gaya arsitektur formalisme baru internasional, Istiqlal  mempunyai dinding dan lantai berlapis marmer dan berhiaskan ornamen geometrik dari baja antikarat.

Namun yang paling menonjol adalah plaza yang luar biasa luas di bagian dalam sehingga membuat Istiqlal mampu menampung hingga 200 ribu jamaah.

Tetapi seperti yang kubilang tadi, angka begitu bercerita di Masjid yang bermakna Kemerdekaan ini. Ya, Silaban si putra Batak yang beragama Kristen Protestan itu merancang Istiqlal dengan aritmatik Islami yang membuat kita tak akan berhenti berbincang hingga setengah abad berlalu.

foto: Wonderful Indonesia
foto: Wonderful Indonesia

Yang pertama, Istiqlal terdiri dari dua bangunan yakni bangunan utama dan bangunan pendamping. Di mana kedua bangunan ini dianggap sebagai perlambang dua hubungan penting dalam hidup seorang Muslim yakni hablum minallah dan hablum minannaas. Berlanjut ke bangunan Istiqlal yang terdiri dari lima lantai, tak perlu banyak berkisah kalau itu adalah perwakilan dari lima rukun Islam maupun lima waktu sholat sebagai tiang agama seorang Muslim.

Angka tujuh juga berbicara di dalam fasad Istiqlal lewat tujuh gerbang untuk memasuki ruangannya dan dinamai berdasarkan Asmaul-Husna, nama-nama Allah SWT yang mulia. Tentu tak berlebihan kalau angka tujuh dalam semesta Islam bukan sebagai angka biasa, karena peristiwa Isra' Mi'raj menjabarkan perjalanan Nabi Muhammad SAW menembus tujuh lapisan langit sebelum akhirnya mengetuk pintu 'Arsy.

Rasullullah juga memiliki tempat tersendiri di Istiqlal kala Silaban memilih menopang masjid itu dengan 12 tiang, sesuai hari kelahiran Nabi Muhammad yakni 12 Rabiul Awal. Terakhir, coba tengadahkan kepala kalian pada satu-satunya menara yang dimiliki Istiqlal itu. Dilapisi marmer setinggi 66,66 meter, angka matematika itu adalah lambang dari total 6.666 ayat di dalam Al-Quran.

Sungguh, bukankah matematika yang bercumbu dengan Islam mampu menghasilkan sebuah karya yang sangat istimewa? Lantas, sudahkah kalian temukan rumus lain di hari pertama Ramadan ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun