Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menangkap Cahaya di Boonpring Sanankerto, Mengurai Asa Hingga Arashiyama

11 November 2022   05:43 Diperbarui: 11 November 2022   05:48 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada yang menyalahkan betapa bangganya Djamaludin akan kehadiran Boonpring.

Pria yang dalam wawancaranya dengan Petisi pada November 2019 itu menjabat sebagai Kepala Dusun Andeman memang patut senang bagaimana Boonpring mengubah wajah Sanankerto. Ya, wilayah yang dulu begitu terisolasi dan bisa disebut tertinggal kini justru berubah menjadi sebuah wahana ekowisata unggulan di Malang Raya.

Perubahan total yang dialami Sanankerto terjadi saat ditetapkan sebagai Desa Wisata pada tahun 2017 silam. Dengan Boonpring sebagai magnetnya, Sanankerto mampu memberikan penghasilan kepada warganya dan menghentikan arus urbanisasi.

Dalam waktu tiga tahun, Boonpring mampu memangkas angka pengangguran karena banyak anak-anak muda Andaman dan Sanankerto pada umumnya, terlibat menjadi karyawan maupun merintis bisnis seperti warung makan yang menopang kegiatan wisata.

Di awal peresmiannya Boonpring meraup omzet Rp994 juta dengan 12 orang pedagang yang berjualan. Namun dalam waktu tiga tahun tepatnya pada 2019, Boonpring berhasil memperoleh omzet tahunan mencapai Rp4,2 miliar dan telah ada 75 orang pedagang. Dua tahun sejak peresmian, Boonpring menyumbang laba tahunan yang meningkat drastis dari Rp402,9 juta jadi Rp1,4 miliar.

Imbas yang lebih besar pun diperoleh Sanankerto karena Pendapatan Asli Desa tercatat Rp437 juta di tahun 2018, padahal di tahun sebelumnya 'hanya' Rp80,5 juta.

Sumber: Eko Widianto/Mongabay Indonesia
Sumber: Eko Widianto/Mongabay Indonesia

"Tahun 2014 dulu Boonpring cuma ladang yang hanya dikunjungi para pencari rumput. Tapi di tahun 2019 sudah ada lebih dari 200 ribu orang berkunjung setiap tahunnya,"

Kebanggalan lain yang diungkap Mohammad Subur sang Kepala Desa Sanankerto kepada Detik di tahun 2019, menunjukkan bagaimana Boonpring tak cuma sekadar ekowisata yang mampu menyihir para pengunjungnya. Namun lebih dari itu, tempat yang awalnya bernama Taman Wisata Andeman ini memberikan kesempatan untuk hidup lebih baik bagi seluruh masyarakat di dalamnya.

Tak heran kalau Boonpring memang menjadi magnet utama Sanankerto dalam meraih berbagai penghargaan nasional atau lokal. Terpilih sebagai satu dari 50 Desa Wisata Terbaik dalam ADWI (Anugerah Desa Wisata Indonesia) 2021 yang digelar Kemenparekraf adalah salah satu prestasi yang berhasil diraih.

Bahkan selama pandemi Covid-19 yang menggerus pariwisata Indonesia, Boonpring tetap mampu mengharumkan namanya. Di mana dalam Upacara Penghargaan RDPE ASEAN ke-5, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kerto Raharjo di Desa Sanankerto yang mengelola Boonpring berhasil memperoleh penghargaan Percepatan Pemulihan dan Penguatan Program ASEAN untuk Pembangunan Pedesaan Berkelanjutan dan Pengentasan Kemiskinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun