Dilengkapi bordiran-bordiran tempel manual yang lahir dari desain Dewi sendiri, daster-daster itupun menjadi salah satu komoditi UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) asli Malang yang diburu banyak orang.
Menggunakan brand ZAMA Homewear yang berasal dari inisial keempat anaknya, Dewi mengusung mimpi yang luar biasa. Memberdayakan perempuan menjadi salah satu roda penggerak perekonomian bangsa dari rumah-rumah mereka.
ZAMA Homewear, Lahir dari Keluarga Untuk Dunia
"Saya itu dari kecil suka menjahit. Karena almarhum Ibu pernah berpesan kalau anak perempuannya itu harus bisa menjahit, meskipun tidak jadi penjahit," cerita Dewi memulai perbincangan panjang kami saat kota Malang mulai diguyur hujan.
Diresmikan bersamaan dengan ulang tahunnya yang ke-44 yakni pada 28 Desember 2017, ZAMA Homewear bukanlah usaha pertama yang digeluti oleh Dewi. Percikan jiwa bisnisnya bahkan sudah dimulai saat masih duduk di bangku SMA dan berlanjut saat kuliah.
Keinginannya yang besar untuk memiliki usaha sendiri meskipun sudah punya profesi tetap, membuat Dewi memulai bsinis rumah kos pada tahun 2013. Namun penghasilan pasif sebagai ibu kos membuat perempuan dengan background accounting ini merasa kurang tantangan.
Hingga akhirnya sang putra sulung yang berprofesi sebagai content creator melontarkan ide agar sang Bunda memulai bisnis fashion.
"Fashion ini kan bukan bisnis yang membosankan, karena kita bisa bebas menuangkan inovasi. Apalagi Malang Raya adalah daerah wisata, banyak turis datang yang tentunya mencari oleh-oleh. Saya ingin menciptakan produk yang bisa membuat mereka ingat Malang, tapi tidak mudah busuk dan tahan lama. Saya akhirnya memilih fashion dengan produk daster bordir yang tentunya tidak kuno,"
Bukan cuma sekadar coba-coba, Dewi bahkan membangun ZAMA Homewear dengan begitu serius. Meskipun awalnya masih skala kecil, ZAMA memiliki pondasi yang sangat kuat sejak awal pendiriannya.
Dibantu oleh anak-anaknya, Dewi mendirikan ZAMA dengan empat elemen utama. Mulai dari founder & designer yang adalah dirinya, jajaran produksi yang dipercayakan kepada para mitra penjahit di Sumberpasir, bagian digital marketing karena ZAMA dijalankan online sejak awal, serta tentunya content management yang diserahkan sepenuhnya sang putra sulung, Naufal Zuhdi.
"Saya memang berkomitmen membangun sistem manajemen bisnis yang profesional. Termasuk urusan desain yang benar-benar yang saya pikirkan, keunikan yang ditonjolkan, value yang ditawarkan, harga jual, segmen pasar, sampai packaging. Tidak apa-apa ZAMA masih kecil. Tapi dia harus menjadi produk yang unik dan dilirik banyak orang," cerita Dewi penuh semangat.