Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kisah Plester Luka, Pencuri Kehidupan dan Titanic

20 Januari 2022   02:02 Diperbarui: 20 Januari 2022   02:03 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Asuransi Kesehatan via Marca

'Plester lukanya dibawa, jangan sampai ketinggalan'

'Lupa lagi kan plesternya? Udah mama masukkin ke carrier langsung'

'Udah dicek belum plester lukanya? Masih cukup buat naik-turun puncak?'

Kalimat-kalimat seperti itu memang sering kali keluar dari mulut Ibu saya, di hari-hari saya hendak mendaki gunung,

Terlahir sebagai anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara, saya juga tidak tahu kenapa bisa suka mendaki gunung yang sebetulnya sangat-sangat melelahkan itu. Jauh lebih enak rebahan sambil nonton Netflix sebetulnya, daripada memaksa kaki melangkah selama berjam-jam dan sampai puncak yang dihadang kabut beku itu.

Dan setiap kali hobi hiking (anggap saja hobi meskipun baru beberapa gunung di Jawa) itu terjadi, Ibu saya selalu memastikan plester luka sebagai salah satu barang wajib. Ibu sama seperti Ayah saya, sangat tahu kalau putri semata wayangnya ini begitu lekat dengan luka sejak kecil.

Termasuk luka hati.

Sehingga ketika benda kecil yang bisa menempel di kulit itu sudah tersimpan aman di salah satu kantong carrier, mau tak mau saya memang lebih tenang. Ketika tangan atau kaki ini tergesek medan-medan terjal di gunung lebih lagi saat menuju summit attack, saya kerap kali menempelkan plester itu supaya luka tidak melebar dan makin perih.

Saya pernah terluka di bagian mata kaki karena terjerembab di salah satu kegiatan hiking saya bersama teman-teman beberapa tahun lalu. Waktu itu saya lupa tidak membawa plester luka yang seharusnya sangat penting tersebut. Alhasil luka itu harus ditutup ala kadarnya dengan tisu yang justru membuat luka makin melebar, serta darah mengucur hingga turun ke pos satu.

Apakah rasanya sakit?

Sudah pasti.

Bahkan ketika akhirnya bertemu dengan toko ritel modern dan membeli plester luka, rasa-rasanya sudah terlambat karena luka yang seharusnya kecil jadi melebar hanya karena pertolongan pertama yang tidak tepat.

Sejak saat itulah, saya selalu memastikan membawa plester luka saat hiking.

Yap, benda berwarna serupa kulit manusia yang bahkan tak pernah saya harapkan bakal dipakai ini justru mampu memberikan ketenangan batin ketika ada di lereng gunung.

Sebuah benda yang menurut saya tak berlebihan jika disamakan dengan asuransi.

Menghadang Pencuri Hidup Lewat Asuransi

Kalau membicarakan soal asuransi, tentu tak akan dilepaskan dari kisah-kisah sumbang yang membuatnya lebih dramatis daripada emosi Kinan saat tahu Aris ke Cappadocia dengan Lydia.

Bagaimana tidak? Ada beberapa perusahaan asuransi yang menjadi populer karena ketidakmampuannya membayar klaim, sehingga sekali lagi makin membuat pamor asuransi semakin anjlok sebagai produk keuangan.

Yang paling heboh di Indonesia sudah pasti Asuransi Jiwasraya yang disebut-sebut tak mampu membayar klaim pemegang polis selama beberapa tahun terakhir. Bahkan Kontan melansir kalau polis yang tak bisa dilunasi Jiwasraya hingga akhir tahun 2019 lalu menembus Rp12,4 triliun!

Kondisi itu akhirnya semakin menguatkan pendapat banyak orang yang tidak sudi memiliki asuransi entah asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kendaraan bermotor sampai asuransi lainnya. Pemikiran bahwa membeli asuransi sama halnya dengan mengeluarkan uang untuk kebutuhan yang tidak berguna semakin ramai didengungkan.

Namun, apakah memang seperti itu kenyataannya?

Apakah memang memiliki asuransi itu benar-benar tidak berguna?

Apakah benar membeli asuransi itu buang-buang uang?

Untuk menjawabnya, tak berlebihan kalau akhirnya saya anggap jika punya asuransi itu seperti memiliki stok yang aman untuk plester luka di kotak obat.

Tunggu, plester luka?

Yap, Lionel di blog pribadinya, cheerful.egg berpendapat bahwa plester luka memiliki fungsi serupa asuransi.

Pertama, asuransi memiliki tugas untuk membuat situasi yang buruk tidak makin menyebalkan.

Kalian tentu masih ingat bukan bagaimana saya pernah mengalami luka saat hiking dan tidak bawa plester luka? Luka yang awalnya kecil itu bisa saja makin melebar dan luka bercucuran karena tidak ditutup dengan tepat saat pertolongan pertama. Kondisi ini sama seperti saat kalian tak punya asuransi dan mendadak mengalami musibah, tapi karena ada asuransi maka setidaknya tak perlu dipusingkan dengan urusan biaya pengobatan.

Kedua, asuransi adalah produk keuangan yang tidak untuk selamanya.

Lagi-lagi sama seperti plester luka yang sudah pasti akan dilepaskan dan dibuang dari permukaan kulit, ketika luka itu sudah mulai berangsung sembuh. Sama halnya dengan asuransi yang ketika masa pertanggungannya usai, kalian bisa memperoleh manfaat berupa polis yang bisa diklaim sesuai dengan ketentuan pihak perusahaan penerbit asuransi.

dan Ketiga, kalian tak berharap bakal menggunakan asuransi.

Mudahnya, ketika kita harus menggunakan plester, itu artinya kita terluka bukan? Apakah ada manusia yang berharap dirinya terluka hingga berdarah? Tentu tak ada. Sama seperti fungsi asuransi itu sendiri, apalagi asuransi jiwa. Karena ketika uang polis pertanggungan itu cair dan kita menggunakan asuransi, itu artinya musibah telah datang dalam kehidupan. Sesuatu yang tak pernah diharapkan bakal terjadi.

Ahh, saya jadi ingat pendapat Joaquin Wilwayco sekitar satu dekade lalu.

Ahli finansial profesional independen itu sempat berpendapat bahwa kematian tak ubahnya seorang pencuri yang mengambil hal penting di kehidupan seseorang.

slide Joaquin Wilwayco
slide Joaquin Wilwayco

Bayangkan saja ketika seorang kepala keluarga meninggal dunia, kondisi muram ini akan memberikan tiga dampak 'kematian' pada keluarganya. Mulai dari istri yang kehilangan suami, anak-anak yang kehilangan sosok ayah hingga seluruh anggota keluarga tersisa kehilangan sumber penghasilan keluarga.

Memang, kehilangan yang pertama dan kedua jelas tak akan tergantikan. Namun untuk kehilangan yang ketiga, asuransi jiwa jelas bisa menjadi penghalang pencuri kehidupan itu beraksi.

Begitu sederhana, begitu tidak kita harapkan digunakan seperti plester luka, tapi begitu memberikan dampak penting.

Sebuah produk keuangan yang membuat saya benar-benar yakin bahwa asuransi adalah hal yang sangat kita butuhkan.

Beli Asuransi, Karena Kita Lebih Berharga Daripada Titanic

ilustrasi Asuransi Kesehatan via Marca
ilustrasi Asuransi Kesehatan via Marca

Sulitkah memberi asuransi?

Tentu tidak.

Apakah harus melakukannya sekarang juga?

Ya.

Ada pepatah yang bilang bahwa asuransi yang dibeli sepuluh tahun lebih awal itu jauh lebih murah daripada terlambat satu menit.

Dan jangan membuat saya tertawa dengan alasan membeli asuransi itu ribet dan buang-buang waktu, karena hei, sekarang semuanya bisa dilakukan secara online!

Cuma bermodalkan gadget dan akses internet, pembelian asuransi bahkan jauh lebih gampang daripada harus memilih minyak goreng di minimarket modern yang dipenuhi berbagai brand minyak itu.

Yap, melalui asuransi online kalian bahkan bisa mendapatkan produk sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pembayaran polis.

Jangan percaya dengan kata orang bahwa asuransi kesehatan online itu lebih mahal dan ribet, karena Allianz OptimAll membuktikan jika siapapun bisa mempunyai asuransi lebih efektif dan efisien.

Lewat produk unggulannya eAZyHealth, kalian bahkan bisa mendapat perlindungan lengkap untuk rawat jalan dan rawat inap dengan premi yang sangat terjangkau yakni mulai dari Rp80 ribuan per bulan.

Nominal yang tentu jauh lebih murah daripada biaya beli boba tea dan pesan kopi kekinian lewat ojek online selama satu minggu.

screenshot-2022-01-19-235304-61e8420a80a65a0bda7cf7f2.jpg
screenshot-2022-01-19-235304-61e8420a80a65a0bda7cf7f2.jpg
Sebagai produk Asuransi Kesehatan Individu, eAZyHealth memang mampu Lebih OptimAll. Untuk kebutuhan Rawat Inap. Misalnya saja, kebutuhan untuk kamar perawatan, penggunaan ICU, kunjungan dan konsultasi dokter spesialis, pembedahan, perawatan sebelum dan sesudah rawat inap, ambulan, keberadaan perawat pribadi sampai santunan kematian punya nominal pertanggungan mulai dari Rp100 ribu hingga Rp25 juta dan tak terbatas dalam setahun.

Menggiurkan?

Tentu saja!

Karena produk unggulan Allianz OptimAll ini memang bak plester luka berkualitas tinggi yang bisa dengan ampuh menghentikan pendarahan, sehingga tak membuat musibah menjadi menyebalkan.

Apalagi asuransi kesehatan online yang satu ini juga ditawarkan lewat website resmi Allianz, sehingga kalian bisa melakukan pembelian semudah check-out barang di marketplace. Sang sales online akan membantu dalam melakukan proses pembelian polis bagi setiap calon nasabah, termasuk meminta kelengkapan data dan menjelaskan benefit produk. Untuk pembayarannya bahkan bisa transfer lewat virtual account, kartu kredit hingga berbagai pilihan metode pembayaran digital lainnya.

Tak perlu cemas buang-buang waktu, karena prosedur ini jika lancar bisa dilakukan dalam waktu sepuluh menit, jauh lebih cepat daripada penantian episode terbaru anime Attack on Titan yang cuma dirilis sekali tiap pekan itu.

Bahkan Allianz OptimAll juga menawarkan fasilitas dokter online lewat layanan Allianz eAZy Med yang bekerjasama dengan Halodoc. Lewat layanan ini, kalian bisa bebas bertanya kepada dokter umum maupun dokter spesialis soal gejala penyakit, hingga pembelian obat online.

Meyakini betapa bergunanya memiliki asuransi online, memang sama seperti keberadaan plester luka.

Sebagai manusia, kita jelas tak boleh terlalu congkak dan merasa tubuh ini kebal terhadap berbagai ancaman kematian seperti penyakit menular hingga kecelakaan naas.

Jangan sampai kita seperti Philip Franklin sang Wakil Presiden White Star Line, perusahaan kapal asal Inggris yang membuat Titanic. Berstatus sebagai kapal terbesar di dunia kala itu, Franklin begitu sesumbar kalau tak akan ada yang menenggelamkan Titanic.

kapal Titanic yang berlayar tahun 1912
kapal Titanic yang berlayar tahun 1912

Sebuah kebohongan besar karena lima hari usai berlayar, Titanic sang raksasa lautan itu karam pada 15 April 1912 usai menabrak gunung es. Menewaskan lebih dari 1.600 orang, Titanic terbelah dua dan terkubur di dasar Samudera Atlantik.

Kerugian tampaknya benar-benar dialami perusahaan White Star Line, bukan?

Tentu tidak karena ternyata Titanic sudah diasuransikan ke Lloyd, salah satu perusahaan asuransi ternama, dengan nilai pertanggungan yang luar biasa fantastis. Tak main-main, Lloyd harus menanggung nilai lambung Titanic sebesar US$5 juta. Karena terlalu besar, Lloyd sampai menggaet 70 perusahaan asuransi lainnya (termasuk Allianz) untuk bahu-membahu melunasi total klaim White Star Line yang mencapai US$12 juta (sekitar US$278 juta di tahun 2010).

Sekali lagi, bukti bahwa asuransi memang sebagai pelindung atas ketidakpastian, satu-satunya hal yang pasti di dunia ini.

Jadi, kalau kalian sama seperti saya merasa tak punya fisik sekuat Titanic, segera temukan plester luka asuransi kesehatan online terbaik sekarang juga sesuai dengan kebutuhan.

Jangan sampai kebiasaan menunda membeli asuransi kesehatan, membuat kalian gedandapan saat musibah terjadi. Sehingga akhirnya malah bedol tabungan yang sudah dikumpulkan demi biaya DP rumah.

Yuk, jangan biarkan image sebagai milenial si generasi yang (katanya) tak pintar finansial ini terlalu lekat dengan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun