Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bangun Gaya Hidup Membaca ala Budaya Tachiyomi Jepang

4 November 2021   07:06 Diperbarui: 4 November 2021   07:38 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Antonio Tajuelo/ Flickr

Menurut M Syarif Bando selaku Kepala Perpusnas, UNESCO menetapkan standar bahwa minimal harus ada tiga buku baru untuk setiap orang per tahun. Yang membuat rasio literasi Indonesia memang masih jauh di bawah rata-rata.

Apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara maju Asia Timur seperti Korea Selatan, China dan Jepang, mereka ternyata rata-rata punya 20 buku baru setiap orang per tahunnya. Tak heran kalau akhirnya penduduk negara-negara itu sudah memiliki gaya hidup gemar membaca yang seolah-oleh memang telah jadi budaya mereka dari generasi ke generasi.

Mengikuti Jejak Jepang Untuk Biasa Membaca Lewat Tachiyomi

 Shuichi
 Shuichi

Dari banyaknya negara-negara Asia Timur yang masyarakatnya punya minat baca sangat tinggi, saya tertarik untuk membahas Jepang. Ada alasan sendiri kenapa manga di Jepang seolah menjadi devisa negara, karena memang penduduk Jepang begitu mengapresiasi berbagai karya tulis dan gambar lewat membaca.

Lantaran begitu gemar, membaca bahkan seolah jadi gaya hidup karena jadi bagian tak terpisahkan sehari-hari.

Bagaimana bisa Jepang seperti itu?

Harian nasional Jepang Yoshiko Shimbun pernah menjelaskan soal ini. Di mana menurut laporan mereka, kebiasaan membaca bagi masyarakat Jepang sudah dipupuk sejak sekolah. Di mana para guru mulai jenjang pendidikan paling dasar, mewajibkan muridnya untuk membaca minimal 10 menit sebelum kegiatan belajar dilakukan.

Karena sudah dimulai sejak dini, kebiasaan membaca ini pun terus berkembang dan makin menguat ketika remaja, dewasa hingga lansia dalam sebuah perilaku bernama tachiyomi.

Berasal dari dua kata yakni tachimasu (berdiri) dan yomimasu (membaca), tachiyomi bisa dartikan sebagai membaca sambil berdiri. Yap, coba kalian lihat di toko-toko buku Jepang yang selalu berisi anak remaja, orang-orang dewasa hingga lansia asyik membaca entah majalah, komik, buku pelajaran sampai buku apapun sambil berdiri.

Bukannya marah atau merasa rugi, para pemilik toko buku bahkan menyediakan buku khusus dan ada yang masih tersegel untuk para pelaku tachiyomi ini. Dengan fakta bahwa toko buku di Jepang luar biasa menjamur, bisa kalian bayangkan betapa tingginya minat baca masyarakat Negeri Matahari Terbit tersebut.

Era Serba Internet, Membaca Tetap Dikebut

Ada yang bilang bahwa minat baca di Indonesia mengalami penurunan karena hadirnya teknologi internet yang makin canggih, sehingga buku ditinggalkan. Sebetulnya itu tidak tepat karena coba lihat Jepang yang meskipun menjadi negara maju dengan teknologi yang jauh lebih canggih daripada Indonesia, kalian masih bisa menemukan orang-orang melakukan tachiyomi dan tenggelam dalam buku bacaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun