'Anak perempuan itu jangan kebanyakan main game, mau jadi apa? Mau kayak cowok?'
'Anak perempuan itu main masak-masakan saja, atau boneka. Jangan nge-game yang berantem atau balapan!'
Kalimat-kalimat seperti itu mungkin bukanlah hal asing bagi anak-anak perempuan, terutama jika mereka dibesarkan dalam keluarga yang masih memegang teguh budaya patriarki yang sangat kental.
Paradigma bahwa anak perempuan harus diajarkan permainan yang lembut dan tidak mengkhianati kodrat mereka sebagai makhluk yang indah, tentu tak bisa disalahkan. Hanya saja membatasi ruang gerak mereka berdasarkan asumsi, padahal si anak memiliki kemampuan berkembang tentu adalah sebuah kejahatan yang bisa dilakukan setiap orangtua.
Orangtua sudah seharusnya menjadi support system terbaik baik bagi anak-anak perempuan untuk bisa memilih impiannya.
Bahkan sekalipun mungkin mimpi itu terdengar tidak masuk akal seperti menjadi seorang gamer, bisakah setiap orangtua tetap memberikan dukungan tanpa ujung?
Tentu untuk menjawab pertanyaan ini tidaklah bisa disamakan pada setiap orangtua.
Apalagi KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) beberapa tahun lalu sempat mendukung upaya pemerintah untuk memblokir belasan game online lantaran adanya korelasi kuat dengan kasus kekerasan anak. Tentu hal ini seolah menguatkan alasan banyak orangtua melarang anak-anak mereka kecanduan game online, lebih lagi pada anak perempuan.
Tapi apakah memang semua game online selamanya mendatangkan hal buruk?
Jawabannya adalah tidak.
Sisi Positif Nge-Game yang Harus Diketahui Orangtua
Seolah menjawab kegalauan setiap orangtua antara membiarkan anak-anak bermain game sebagai bagian dari 'dunianya' atau melarang demi 'masa depan yang lebih baik', Evangeline I. Suaidy,MSi pun angkat bicara. Psikolog yang pernah berbincang dalam acara coaching clinic Cosmos di Kidzania, Pacific Place, Jakarta Selatan itu menegaskan bahwa orangtua sebaiknya tidak melarang anak untuk bermain.
Dilansir Kompas, Evangeline memaparkan bahwa bermain game dalam batas normal dan seimbang mampu memberikan dampak positif bagi anak entah laki-laki atau perempuan. Baginya, game yang memiliki berbagai jenis genre ini mampu mengasah keterampilan, kecekatan, fokus dan keuletan pada anak.
Bahkan untuk beberapa game online yang bisa dimainkan di smartphone, sudah menggunakan pengantar bahasa Inggris yang sedikit banyak, membuat anak mempelajari kosakata bahasa asing. Karena bagaimanapun untuk memenangkan permainan, anak haruslah memahami perintah berbahasa Inggris tersebut sekaligus mendorong mereka untuk rajin membaca.
Tanpa disadari pula, game online yang lagi-lagi dimainkan secara tepat dan tidak berlebihan akan turut mengasah kemampuan spasial anak yang berkaitan dengan kecerdasan gambar dan bervisualisasi. Menurut Evangeline, kedua hal itu bisa mempengaruhi kemampuan menghitung dan motorik halus buah hati.
Game online pada dasarnya adalah sebuah aktivitas tanpa batas yang ternyata ikut menstimulasi otak anak sebagai pemain dalam proses berpikir, mengembangkan kreativitas hingga strategi agar bisa memenangkan tantangan. Bahkan orangtua pun diperbolehkan terlibat menemani buah hati bermain yang ternyata ikut meningkatkan keakraban.
Dengan berbagai hal positif di atas, orangtua sudah seharusnya tidak menutup peluang buah hati yang memang memiliki ketertarikan atas game. Tak peduli laki-laki atau perempuan, karena dalam dunia game, tak ada batasan siapapun yang ingin bermain, gender apapun memiliki posisi yang sama karena game adalah saluran hiburan yang tidak dibuat hanya untuk pria saja.
Cerita Sukses Perempuan Indonesia Sebagai Gamer Handal
Lantas, apakah ada gamer sukses yang merupakan perempuan?
Jawabannya adalah sangat banyak.
Bahkan di Indonesia sendiri, gamer yang sudah semakin profesional dan menjajaki profesi sebagai atlet eSport bukanlah dominasi para pria saja. Hal ini tentu menjadi sebuah kabar menggembirakan mengingat eSport dipandang sebagai salah satu lahan pekerjaaan yang sangat menjanjikan di masa depan.
Tak main-main, menurut Ricky Setiawan selaku CEO GGWP.id kepada Bisnis, saat ini ada lebih dari 44,2 juta pemain game eSport di Indonesia. Dibandingkan negara kawasan Asia Tenggara lainnya, atlet eSport di Tanah Air mengalami pertumbuhan hingga 37%. Dengan rentang usia 13-24 tahun, anak-anak muda ini bahkan memperoleh penghasilan dalam jumlah menggiurkan berkat nge-game, terutama setelah mengikuti kompetisi bergengsi.
Salah satu tim eSport tersukses yakni EVOS, bahkan memiliki divisi game yang seluruhnya merupakan atlet perempuan yakni EVOS Galaxy Sades. Fokus dalam game Point Blank (PB), tim ini bahkan pernah jadi juara ketiga kompetisi PBIWC (PB International Women Championship). EVOS Galaxy Sades jelas berisi perempuan-perempuan jago nge-game yang sudah punya banyak prestasi mentereng tingkat global.
Ada Indri Sherlyana alias Clarity yang sempat dua kali berturut-turut menjuarai PB Ladies Championship 2017-2018, lalu Priscilia Angelica si Cronoz, hingga Nabila Sultahan yang sudah bermain game sejak kelas lima SD. Nabila yang populer dengan nickname Nabbsky ini bahkan sudah banyak gelar juga dengan tim FF Gaming.
Selain anggota EVOS Galaxy Sades, negeri ini sebetulnya juga masih memiliki banyak sekali atlet-atlet perempuan eSport yang berprestasi dan tentunya sukses secara finansial.
Nama-nama seperti Monica Carolina (Nixia), Ridha Audrey (Dreyzilla) dari tim FF Gaming, Maria Rasandy (Cyrus) dari EVOS, Larissa Rochefort, Kelly Boham si manager TEAMnxl>, Clara Kartika yang populer sebagai caster Mobile Legends: Bang Bang Profesional League Indonesia sampai Sarah Olivia Santoso atau Sarah Viloid adalah beberapa perempuan muda negeri ini yang membuktikan bahwa dunia game juga mampu mendatangkan kemandirian finansial bagi perempuan.
Tentu sederet nama itu juga seolah menguatkan anggapan bahwa game tidak selamanya memberikan dampak buruk. Jika dilakukan secara tepat, seimbang dan tanpa mengganggu kehidupan sehari-hari, game bisa menjadi jalur kesuksesan wujudkan dari rumah.
Ya, rumah sebagai tempat terbaik untuk anak-anak berkembang bisa menjadi tempat awal mereka menempa kemampuan diri dalam dunia game. Lagi-lagi, anak perempuan pun memiliki hak yang sama besarnya untuk mewujudkan mimpinya sebagai gamer, karena buktinya ada banyak sekali atlet eSport perempuan sukses di negeri ini.
Tentu untuk mewujudkan impian anak-anak perempuan jadi gamer handal, dibutuhkan tempat terbaik dalam mengasah kemampuannya.
Kini orangtua tidak perlu cemas lagi, IndiHome sebagai #InternetnyaIndonesia baru saja meluncurkan program LEAD (Limitless eSport Academy). Seperti namanya, LEAD ini adalah akademi eSport yang bertugas untuk mencari, membina, mendidik sekaligus melatih talenta-talenta baru atlet eSport negeri ini, agar bisa menjadi pribadi tangguh, berkarakter, profesional dan tentunya sukses baik di tingkat nasional atau internasional.
Menurut Dyah Rasyida sang srikandi gamer IndiHome dalam pemaparannya di webinar hari Jumat (15/10) siang kemarin, LEAD ini merupakan peran dan dukungan Telkom sebagai BUMN bagi ekosistem eSport. Bukan hanya meluncurkan paket games saja, IndiHome juga ingin terlibat langsung dalam perkembangan era digital terutama dunia eSport yang mkin menjanjikan.
Ditempa di dalam ekosistem game yang profesional, anak-anak perempuan tentu bisa mewujudkan asa dalam menatap masa depan yang menjajikan sebagai gamer. Orangtua pun tak perlu cemas karena akhirnya buah hati tercinta memperoleh tempat terbaik untuk bisa berjalan di jalur mimpinya, demi sebuah kebahagiaan dan kesuksesan finansial.
Jadi, kata siapa nge-game itu selalu buruk?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H