Jhon Piter Silalahi selaku Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Toba di awal Juli 2021 sempat mengutarakan kemuramannya lantaran kunjungan wisata yang anjlok ke Toba. Tak main-main, dari tahun 2019 ke 2020, wisatawan yang datang ke Toba menurun sampai 75%.
Lantas apakah ini artinya Toba sudah ditinggalkan?
Tentu saja tidak!
Rehat sejenak saat pandemi justru menjadi waktu bagi kita masyarakat Indonesia untuk saling bergandengan dengan warga di sekitar Toba. Bersama-sama mengembalikan kejayaan sang kaldera sumber air tanpa akhir tersebut.
Bagaimana caranya?
Dengungkan DSP Toba.
Bagi kamu yang tidak tahu, ini merupakan konsep pariwisata berkelanjutan yang tentunya ramah lingkungan dan berbasis alam serta budaya. Di mana didalamnya, terdapat upaya meningkatkan kapasitas sekaligus kompetensi SDM (Sumber Daya Manusia) terkait.
Sebagai penggerak wisata utama, pemerintah harus memberikan pelatihan dan standarisasi bagi masyarakat lokal Toba yang ada di spot-spot wisata. SDM yang berkualitas dan profesional tentu akan membuat wisatawan jadi luar biasa tenang dan nyaman melakukan berbagai atraksi wisata, termasuk watersport di perairan danau Toba itu.
Jangan hanya mengundang turis sebanyak-banyaknya, pemerintah harus menyiapkan fasilitas kehidupan di daerah-daerah penunjang danau Toba. Dimulai dari standar toilet yang bersih dan nyaman, penginapan, hingga tentunya akses jalan dan transportasi. Lagi-lagi libatkan betul masyarakat lokal Toba terutama kalangan muda untuk menguasai kemampuan standar pendamping wisata, sekaligus gaya hidup go green.
Dan ketika SDM itu sudah meningkat, pemerintah tinggal mencanangkan program ekowisata berkesinambungan. Ajak turis-turis itu ke berbagai area alami di sekitar Toba seperti air terjun Situmurun yang memiliki tujuh undakan memukau di tebing tepian danau Toba, bukit Holbung di pulau Samosir, takjub dengan obyek Batu Gantung di Kota Parapat, hingga berkunjung ke pulau tak berpenghuni di pulau Tulas Samosir.
Namun tak cuma sekadar berwisata alam saja, ekowisata juga mencakup interpretasi terhadap budaya masyarakat sekitarnya. Tempat terbaik tentu adalah Desa Tomok yang ada di wilayah timur Pulau Samosir. Di Tomok kamu bisa melihat rumah-rumah adat khas Batak termasuk makam-makam raja kuno hingga artifak peninggalan zaman megalitikum.