Mohon tunggu...
Arai Jember
Arai Jember Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Katakan Dengan Tulisan Jika Tak Sanggup Berlisan

Menulis itu investasi. Setiap kebenaran tulisan adalah tanaman kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bangga Menjejakkan Kebaikan

15 September 2022   15:45 Diperbarui: 15 September 2022   16:47 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Siapa saja yang mengerjakan dalam Islam sunnah yang baik, ia mendapat pahalanya dan pahala orang yang mengikuti dirinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Siapa saja yang mengerjakan amal yang buruk, ia mendapat dosanya dan dosa orang yang mengikuti dirinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun." (HR. Muslim)

Demikian hadist yang disampaikan baginda Nabi, yang memberikan pesan penting bagi manusia untuk memilih yang terbaik. Mengerjakan kebaikan lalu menginspirasi banyak orang dengan kebaikan serupa ataukah mengerjakan keburukan dan menjadi awal ditirukannya perbuatan buruk oleh orang lain.

Baik ataukah buruk dari perbuatan yang dipilih, kelak akan menjadi kenangan bagi pelakunya. Bukan hanya saat masih hidup, namun juga ketika sudah meninggal. Ada jejak yang membekas dan memberi efek lanjutan bagi pelaku. Kebaikan terus mendapat aliran pahala dari pengikutnya, sedangkan keburukan juga akan mendapatkan ganjaran sebanyak mereka yang menirunya.

Oleh karena itu, sudah menjadi kelaziman bila muslim lebih memilih meninggalkan jejak kebaikan. Sebanyak-banyaknya menabung kebaikan sebab hakikat ajal tibanya adalah kepastian, tidak dapat diprediksi manusia secara pasti kapan akan datang. Namun sekalinya datang sama sekali tidak bisa dinegosiasikan untuk dimajukan ataukah dimundurkan barang sesaat (lihat QS Ali-Imran ayat 145).

Mereka yang meyakini bahwa kematian adalah gerbang menuju akhirat, akan sangat peduli pada setiap lakunya. Karena sejatinya mereka yakin bahwa ganjaran akhirat akan diberikan oleh Allah secara sempurna bagi yang menginginkannya (lihat QS Asy-Syura ayat 20). Hanya saja menjadi aneh bila masih ada saja mereka yang belum sadar dengan hal ini.

Tak sedikit yang terlena mengejar dunia, hingga tidak ambil pusing bila banyak merugikan orang lain. Memasang tarif mahal untuk sesuatu yang dibutuhkan banyak orang. Mendominasi sumber daya tertentu untuk kroni dan golongannya semata, sehingga berakibat pada sulitnya khalayak mendapatkan hak yang sama.

Lebih aneh lagi ada yang rela menstigma ajaran agama demi tahta dan harta dunia. Ada pula yang melabeli negatif gelombang hijrah yang menyerukan pada penerapan Islam dalam kehidupan. Menarasikan miring bagi yang meyakini Islam sebagai solusi permasalahan kehidupan. Namun di satu sisi ada yang sangat akrab dengan ajaran Barat. Kendati berseberangan dengan Islam pun tetap saja diterima atas nama kemodernan.

Akibatnya sebagian orang yang ingin belajar Islam, ingin lebih jauh mengenal aturan Tuhannya menjadi bimbang. Memiliki pergumulan mental antara menuju ketaatan atau berhadapan dengan ragam komentar menjatuhkan. Sehingga ragu-ragu untuk ambil bagian dalam proyek amar makruf nahi munkar, kurang menggebu dalam menjejakkan kebaikan.

Maka, stigma apapun yang berusaha menghalangi kebaikan selayaknya tidak masuk dalam list beban pikiran. Sebab hakikat memulai kebaikan, mengenalkan pada Islam, menyebarkan indahnya Islam sejatinya adalah ikhtiar mengikuti Nabi dalam meluaskan risalah Islam. Menampakkan Islam sebagai kesempurnaan aturan bagi kehidupan.

Dan menjejakkan kebaikan dengan mengikuti yang Nabi Muhammad sampaikan adalah kebanggan bagi muslim. Sebab diperintahkan bagi yang beriman. "Sungguh inilah jalanKu yang lurus. Karena itu ikutilah jalan itu. Janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalanNya. Yang demikian diperintahkan oleh Allah agar kalian bertakwa." (TQS. Al-An'am ayat 153). []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun