Mohon tunggu...
Arai Jember
Arai Jember Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Katakan Dengan Tulisan Jika Tak Sanggup Berlisan

Menulis itu investasi. Setiap kebenaran tulisan adalah tanaman kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Bukan Salah Cintanya, Melainkan Tidak Tepat Caranya

14 Februari 2022   14:35 Diperbarui: 14 Februari 2022   14:37 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: peakpx.com

Rutinitas tahunan apa yang terjadi di hari ke-empat belas bulan kedua? Yup mayoritas sudah pernah tahu berkaitan hari khusus yang diidentikkan dengan perasaaan kasih sayang. Padahal asal muasalnya masih belum pasti, karena ada beberapa versi yang disampaikan, namun anehnya ritual serupa tetap bisa bertahan.

Pelestariannya luar biasa kompak. Ada yang dengan menawarkan produk khusus menyambut hari itu, ada yang menyediakan layanan penginapan berpotongan harga, ada yang menawarkan tayangan dengan tema terkait. Intinya semuanya turut menyemarakkan moment "cinta" yang hanya setahun sekali ini.

Memang diperlukan sudut pandang dari berbagai sisi ketika akan menyikapi fenomena ini. Bukan karena cinta itu dilarang, melainkan harus mendudukkan bagaimana cinta bisa disalurkan dengan cara yang benar. Dan untuk menemukan standar sudut padang, maka harus dibuat versi yang paling adil. Yang pas untuk semua tanpa merasa ada yang dilebihkan.

Lantas sudut pandang mana yang sebaiknya diambil? Sebagai manusia yang sebenarnya hanya ciptaan Allah, maka pandangan terbaik adalah yang berasal dari zat pembuat manusia bisa hidup dan beraktivitas. Yang mana apa yang diberikan Allah sejatinya berupa perangkat aturan yang diterangkan oleh Rasul-Nya. Dan dalam keyakinan Islam, semuanya terangkum dalam syariat Islam, aturan lengkap tanpa terkecuali, termasuk membahas problematika cinta.

Islam memandang cinta itu fitrah. Setiap orang punya, dapat satu paket sejak dilahirkan. Rasa cinta ini merupakan salah satu naluri yang memang tidak bisa dibuang, sehingga diberikanlah aturan bagaimana cinta itu diekspresikan. Agar naluri ini tetap dapat dipenuhi, namun pada saat yang sama tidak asal tersalurkan dengan kemaksiatan.

Ketika masih kecil, naluri mencintai ditumbuhkan dengan bagaimana memunculkan kenikmatan beribadah kepada Allah. Diajari mencintai Sangat Pencipta dan juga utusannya sebelum cinta pada selainnya. Pada saat yang sama, mencintai kedua orang tua juga ditanamkan dengan umpan perlakuan orang tua yang lembut selama mengasuh buah hatinya.

Beranjak besar, ketika mulai bisa berinteraksi dengan lingkungan secara mandiri, rasa cinta diperluas kepada sesama ciptaan Allah. Kepada penjagaan lingkungan, kepedulian sosial, dan juga toleransi. Namun disaat itu juga diberikan penjelasan mengenai cinta pada lawan jenis (yang masuk pada ruang melestarikan jenis).

Pada bahasan terakhir ini pandangan Islam khas, sangat berbeda dengan liberal yang serba bebas. Sejak awal keluar rumah, Islam sudah mengenalkan aturan menutup aurat, menjaga dari hal yang tidak seharusnya dipandang orang. Penjagaan dilengkapi dengan ajaran menundukkan pandangan (segera mengalihkan pandangan dari hal yang tak boleh dilihat), larangan khalwat, dan larangan ikhtilat. 

Bila sudah saatnya, siapapun yang mampu boleh untuk menikah, dengan maksud melestarikan keturunan. Di sinilah tempat yang tepat untuk merayakan cinta, bukan dengan jalan pacaran dan bukan dengan jalan berduaan pasangan bukan halal tapi kebablasan. Dengan jalan pernikahan ini, maka aktivitas khalwat suami istri, pacaran sesudah pernikahan menjadi halal. Boleh dilakukan dan bahkan bisa kalau mau dirayakan setiap saat.

Hanya saja perjalanan menjemput cinta dengan benar itu sekarang kalah opini. Serangan arus liberal dan hedonis tidak melepaskan bidikannya pada generasi muda agar mengikuti jalan mereka. Menjadikan masa muda seolah masa bebas tanpa perlu terikat aturanNya. Dengan gencar keduanya menawarkan pacaran, lalu memopulerkannya dengan branding yang seolah-olah keren. Media cetak hingga media elektronik, dunia maya hingga dunia nyata pun diajak bekerjasama.

Maka, bagi siapapun yang terlena, akan masuk dalam buaian arus kehidupan yang sejatinya tidak sesuai dengan sudut pandang pencipta. Dari sinilah sebenarnya masing-masing kita, terutama generasi muda perlu sadar. Bahwa kita punya cinta, itu adalah pemberian dariNya, sehingga jangan sampai lepas dari selain aruranNya. Dan inilah alasan, mengapa penting sekali untuk terus menerus menuntut ilmu agama. 

Selain sebagai bagian kewajiban, belajar agama juga akan mengantarkan pada pemahaman. Sehingga sebelum ikut-ikutan sesuatu yang dipromosikan jalan liberal, kita sudah tahu benar tidaknya. Termasuk dalam urusan cinta, ilmu agama akan membimbing bagaimana agar ianya tetap bisa dipenuhi. Bukan dengan cara yang populer tapi salah, melainkan dengan cara benar sesuai panduan agama. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun