Mohon tunggu...
akhmad syaiho
akhmad syaiho Mohon Tunggu... Guru - Talk Less Do More

seorang guru sejarah yang sedang mengabdi di sebuah sekolah di kaki pegunungan Argopuro

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sumbangsih Santri kepada Dunia

13 Maret 2020   12:00 Diperbarui: 13 Maret 2020   12:03 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Santri, kata yang disandangkan kepada orang yang menuntut ilmu agama dipondok pesantren, atau belajar dimadrasah. Penamaan ini disebutkan sejak dahulu bahkan telah disandangkan sejak pesantren pertama di Indonesia didirikan yaitu di Ampel Denta. Karena usianya yang sama tuanya dengan pendidikan pesantren maka nama “santri” telah mengukir sejarah yang sangat panjang baik dalam sejarah, baik sejarah Nusantara, Indonesia bahkan sejarah Dunia.

Sepak terjangnya yang begitu gigih tidak akan dapat dilupakan begitu saja, seperti yang telah dilakukan oleh para “santri senior” pada saat jatuhnya khilafah terakhir yaitu Dinasti Utsmaniyah yang menjadikannya sebagai negara Turki modern dan terjadi perdebatan tentang khalifah, maka dari kalangan pesantren mengirim delegasi Mesir yang diwakili oleh KH Abdul Wahab Hasbullah, walau kongres ditunda karena beberapa alasan dari pihak Mesir.

Perjuangan selanjutnya diteruskan disaat paham Wahabisme yang melakukan pembersihan terhadap praktek-praktek yang dianggap mereka bid’ah, pembersihan yang dilakukan oleh kalangan Wahabi banyak merugikan banyak pihak sehingga banyak protes yang dilancarkan oleh tokoh-tokoh dari kalangan dunia Islam, baru pada tahun 1926 diadakanlah pertemuan yang diadakan di Saudi Arabia untuk menjebatani pendapat dari kalangan dunia Islam.

Di indonesia juga mengadakan musyawarah tentang siapa saja dan apa yang akan dibicarakan pada pertemuan tersebut, akan tetapi karena pendapatnya tak begitu ditanggapi maka kalangan pesantren membuat musyawarah sendiri yang dinamakan Komite Hijaz, yang juga mempelopori lahirnya organisasi Nahdlatul Oelama (NO). Dari musyawarah tersebut diputuskan bahwa kalangan pesantren akan mengirimkan delegasi sendiri ke pertemuan raja Ibnu Su'ud, akan tetapi terjadi keterlambatan pembelian tiket sehingga dari pihak pesantren hanya mengirimkan surat kepada Raja Arab Saudi, baru pada 2 tahun berikutnya perwakilan dari pesantren dapat berjumpa dengan raja, pertemuan tersebut memiliki maksud untuk menyampaikan keberatan tentang keputusan kaum Wahabi tentang beberapa hal. Dari pertemuan tersebut diputuskan maka hanya 2 tuntutan yang dapat diterima menghapus paham imam madzhab dan pembongkaran makam Nabi Muhammad.

Dari sini kita dapat mengambil 2 hikmah, pertama, santri telah mengambil peranan penting dalam sejarah dunia, khususnya dunia Islam. Kedua, kalangan santri telah terbukti bahwa mereka "tahan banting" menghadapi hal yang tak sesuai dengan pemahamannya dan mencegah terjadinya peristiwa besar. Bayangkan saja bagaimana kalau disaat itu makam Nabi Muhammad yang begitu mulia dibongkar atau saat paham imam madzhab dihapuskan, kemanakah kita akan bersandar terhadap hukum Islam. Masih banyak lagi yang membuktikan bahwa santri begitu gemilang dalam tatanan sejarah perjalanannya.

Tak hanya dengan sejarahnya yang gemilang, tetapi santri dididik dalam sistem pendidikan yang menakjubkan, bagaimana tidak, pendidikan yang kita kenal dengan sebutan pesantren telah ada sejak dahulu kala dengan kurikulum dan cara mendidik yang begitu tradisional, hal ini menjadi jaminan bahwa pendidikan pesantren masih orisinil dan terjaga, tidak ada ceritanya kurikulum pesantren terus diubah-ubah seperti kurikulum pendidikan formal di Indonesia sehingga membuat bingung pengajar dan muridnya, hal ini membuktikan bahwa kurikulum dan pembelajaran di pesantren sangatlah efektif dalam membangun generasi penerus dan tidaklah lekang oleh zaman.

Dengan pembelajaran yang tradisional tidak membuat pendidikan pesantren tertinggal, tentu banyak juga inovasi-inovasi yang memberikan perbaikan pada pendidikan pesantren, namun inovasi tersebut tidaklah merusak dan menghilangkan Citra dan ciri khas pesantren yang begitu tawadu' dan rendah hati.

Salah satu hal yang sangat menakjubkan dalam dunia santri adalah ketawadu'annya kepada kyai/gurunya, sikap yang telah diterapkan dalam pesantren jauh sebelum pendidikan karakter yang sekarang sedang gencar dipromosikan oleh pemerintah kita, disaat santri disuruh sesuatu oleh seorang kyai maka akan dilakukannya tanpa bertanya alasannya, tidak banyak orang yang dapat melakukan hal tersebut, hanya orang yang memiliki kesetiaan tinggi yang dapat melakukannya, dan orang itu adalah para santri.

Dari kesetiaan itu maka apapun yang diperintahkan oleh kyai sebagian besar akan dipatuhi oleh santrinya, hal ini telah terbukti dalam sejarah yang dilakukan oleh guru besar kita yaitu KH Hasyim Asy'ari, saat perang melawan penjajah, KH Hasyim Asy'ari menfatwakan perang melawan Belanda termasuk dari hubbul Wathon yang juga termasuk dalam perang jihad. Setelah fatwa tersebut dikeluarkan tak lama setelahnya muncul pasukan yang berani mati, meskipun dengan senjata seadanya, dengan strategi yang tak cukup, namun, keberanian mereka adalah hal yang paling mengerikan bagi penjajah.

Tragedi tersebut hampir terulang kembali pada tahun 2000an, saat kyai Abdurrahman Wahid yang menjabat sebagai presiden terdzolimi dan diturunkan dari jabatannya, hanya karena Gus Dur mencegah datangnya pasukan jihad dari Jawa timur tersebut sehingga terhindar dari tragedi pertumpahan darah, dan sekali lagi peristiwa ini terjadi lagi, saat umat Islam merasa dihina oleh Ahok dengan kampanyenya yang dianggap telah melecehkan salah satu ayat dalam Alquran, dengan semangat yang membara para "santri" (definisi santri pada peristiwa ini bersifat global, yaitu orang yang taat dan mengikuti ulama) meminta penista agama di adili, penyampaian pendapat dilakukan dengan aksi damai, dengan jumlah yang fantastis andai saja ulama mengumandangkan api jihad pada kala itu, bisa saja reformasi kedua di Indonesia dapat terulang kembali, tetapi para ulama lebih memilih menghormati demokrasi yang berlandaskan Pancasila.

Seiring berjalannya waktu, dunia santri berpapasan dengan banyak zaman dan peradaban, mulai dari zaman Sunan yang mengembangkan pendidikan Islam di Jawa, zaman penjajahan yang kadang berusaha menggoyahkan keteguhan pesantren, zaman kemerdekaan yang serat dengan perjuangan, zaman orde baru yang penuh dengan kebisuan, zaman reformasi yang bergejolak hingga zaman pembangunan sekarang ini yang penuh dengan tantangan.

Dunia terus berubah, yang membuat kehidupan pesantren terus berkembang, memperbarui sistem pembelajaran tanpa meninggalkan kultur dan kearifan tradisional. Kitapnya tetap sama, hanya perangkat pembelajarannya yang berbeda, tempatnya tetap masa hanya fasilitasnya yang semakin berkembang, julukannya tetap sama, santri, hanya intelektualitasnya yang semakin meningkat.

Sekarang arti santri tidak hanya untuk mereka yang memakai sarung dan kopyah yang belajar kitab kuning, dan tidak mengetahui apa-apa tentang dunia luar, jangan salah, para santri telah berkembang pesat dalam banyak lini kehidupan, contohnya saja pesantren Sidogiri, yang telah mengembangkan para alumninya untuk dapat menjadi ahli ekonom terkemuka dengan membangun beberapa usaha dengan skala nasional baik dari industri tekstil, perbankan maupun minimarket, tidak hanya itu, pesantren ini juga  menampung para santri yang berbakat dalam hal jurnalis dengan meningkatkan buletin dan buku-buku. Begitu juga dengan pesantren Nurul Islam Jember, dengan bangga memamerkan mobil yang dirakit sendiri oleh para santri dan siswanya saat kunjungan bapak presiden Joko Widodo. Belum lagi dengan ust Yusuf Mansyur dengan paytrennya dan banyak lagi prestasi yang diperoleh oleh para santri dalam dunia ekonomi dan sebagainya.

Kelebihan dari seorang santri adalah mereka telah dididik untuk memiliki prinsip yang kuat dalam dirinya, sehingga sesulit apapun masalah yang dihadapi, seberat apapun beban yang dipikul, sebanyak apapun rintangan yang menghadang ia akan terus melangkah. Didukung oleh kesederhanaan dan disiplin yang ketat dalam kehidupan pesantren  akan menjadikan seorang santri dapat bertahan disituasi dan kondisi apapun, hal tersebut yang dibutuhkan oleh orang sukses, daya tahan yang kuat, semangat yang membara dan keteguhan hati yang tak tergoyahkan.

Bila semua orang di ibaratkan sebagai daratan dan globalisasi adalah lautan, maka seorang santri adalah gunungnya. Disaat daerah pantai mengalami abrasi gelombang laut maka gunung akan bertahan, karena telah memiliki benteng batu yang kokoh dan memiliki pondasi kuat yang menghujam ke tanah, saat para santri bersatu mungkin mereka laksana pegunungan Himalaya, yang menjadikan mereka kokoh tak terkalahkan. Seorang santri yang baik tidak akan tergerus oleh gelombang globalisasi karena Benteng seorang santri adalah keteguhan hati sedangkan pondasinya adalah Alquran, assunnah dan ulama.

Masih ingatkah dengan pribahasa dari Ir Soekarno? "Beri aku 1000 orang tua maka akan aku cabut Semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda maka akan aku goncangkan dunia", kandidat pemuda yang dimaksud Ir Soekarno bisa jadi adalah seorang santri, bagaimana tidak? Untuk dapat "menggoncangkan dunia" dibutuhkan pemuda yang kuat fisiknya dan memiliki jiwa Pancasila. Dan seorang  santri memiliki itu semua. Selain telah terbiasa dengan hidup dengan perjuangan juga bertaqwa dan taat beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa, memiliki rasa keadilan yang tinggi serta berakhlak mulia, menjaga keutuhan kedaulatan negara Indonesia, menampung aspirasi dan selalu berpartisipasi dalam permasalahan di masyarakat, menjunjung tinggi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Semoga kita menjadi salah satu yang disebutkan oleh Ir Soekarno sebagai "10 pemuda yang akan mengguncang dunia".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun