[caption caption="Sumber media sosial"][/caption]
“Kapan kita berhenti diam soal asap ini...?” Tulis sebuah akun Instagram berbasis komunitas di Pekanbaru ini. Scroll media sosial saya terhenti, pertanyaan yang nyelekit. Saya sadar kebanyakan kita adalah silent majority dari bencana tahunan ini. Yang teriak teriak ada, tapi sulit didengar lantaran sepi dan misteri seperti keberadaan asap itu sendiri.
Pergunjingan soal asap memang panas belakangan ini, ada yang serius membahas di headline koran koran, ada juga yang sekedar mempost gambar gambar satire soal asap ini. Tapi seperti tahun kemarin, saya khawatir saat musim hujan tiba dan memadamkan api api di rimba dan ladang ladang itu, semuanya akan lupa kembali kalau tahun depan asap akan datang lagi.
Jika asumsi saya diatas boleh diterima, maka kita juga harus mahfum dengan anggaran dana penanggulangan asap tahun 2015 yang mencapai Rp.385Milliar sudah disiapkan, #cie disiapkan.
Besarkah anggaran itu..? jawabnya pasti relatif. Cuma, sekedar perbandingan nih ya, rilis BNPB tahun 2014, bencana asap tahun lalu merugikan Sekitar Rp.50Triliun. Jadi Rp.395Milliar itu sedikit kalau dibandingkan dengan potensi kerugian yang mencapai Rp.50Triliun.
Tapi kalau saya, Rp.395 Milliar itu banyak banget. Sangat memadai jika digunakan untuk memproduksi 400 doktor baru, untuk mengisi komposisi Dosen berpendidikan S3 di Sumatera yang sulit untuk dibilang banyak.
Asap oh Asap, tahun ini bencana asap ini agak lebih pahit. Bukan karna lebih tebal dan kandungan racunnya yang semakin bertambah, tapi lantaran asap datang tak tau diri. Asap datang saat harga harga sedang mencekik, sedang harga sawit tidak sampai sekoin receh seribuan, sebelum asap saja sebenarnya nafas kami sudah “sesak”.
Bayangkanlah bila rasa “sesak” harga sawit, ditambah “sesak” harga dipasar becek, dan “Sesak” sungguhan dari asap ini digabungkan..!, Perih jendral perih...!!
Pagi ini sebaran Titik api menurut Pencitraan Terra/Aqua (NASA) – confidence level 80%, mencapai 431 Titik, terbanyak di Jambi (118 titik), Sumatera Selatan (104 Titik), dan Riau (88 Titik). Dapat di cek mandiri di Web kementrian lingkungan Hidup. http://sipongi.menlhk.go.id/home/main.