Mohon tunggu...
Ajeng Arainikasih
Ajeng Arainikasih Mohon Tunggu... Sejarawan - Scholar | Museum Expert | World Traveller

Blogger - Writer - Podcaster www.museumtravelogue.com www.ajengarainikasih.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perang Dunia 2 dan Tiga Versi Narasi di Museum Thailand

15 Februari 2021   10:00 Diperbarui: 15 Februari 2021   10:17 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kondisi kehidupan pekerja juga diceritakan. Termasuk kondisi layanan medis saat itu, serta jumlah dan asal korban yang tewas saat pembangunan jalur kereta. Lalu, diceritakan pula bagaimana jalur tersebut digunakan Jepang untuk memobilisasi orang dan barang dari dan ke Burma, dan nasib "akhir" dari rel tersebut: yakni ada bagian-bagian yang di bom oleh Sekutu. 

Sebagai penutup, diceritakan pula proses pembebasan para tawanan dan para pekerja paksa, serta repatriasi mereka ke daerah asalnya. Juga proses pencarian jasad para korban dan pendirian makam perang di Kanchanaburi (Thailand)  dan Thanbyuzayat (Burma/Myanmar). Terakhir, dijelaskan mengenai penyerahan jalur kereta ke pemerintah Thailand tahun 1947.

Selain itu, ada pula Hellfire Pass Interpretive Centre and Memorial Walking Tour di Kanchanaburi yang didirikan dan disponsori oleh pemerintah Australia. Museum didirikan tahun 1998 atas "prakarsa" Tom Morris, salah seorang "survival" tawanan perang Australia. Museum didirikan untuk komemorasi dan menghormati para korban tawanan perang Australia dan kebangsaan lainnya serta para pekerja paksa. Museum dibuka oleh PM Australia saat itu, John Howard. Sebagai bagian dari museum, ada pula program walking tour melewati Hellfire Pass itu sendiri yang dipandu dengan audio tour berisi memori oral history dari para survivor tawanan perang. 

Bahkan, atas permintaan Kerajaan Belanda, di Baan Hollanda di Ayutthaya diceritakan pula mengenai penderitaan orang-orang Belanda yang menjadi tawanan perang dan ikut membangun death railway. Baan Hollanda adalah semacam open air museum berupa heritage village di tepi Sungai Chao Phraya (yang merekonstruksi pemukiman zaman dulu). Museum ini menceritakan tentang 400 tahun hubungan baik antara Belanda (sejak zaman VOC) dan Thailand (sejak zaman Kerajaan Ayutthaya).  Secara finansial, museum didanai oleh pihak swasta dan Kerajaan Belanda. 

Japanese Village Museum, Ayutthaya dan Thai-Japan Friendship Memorial, Khun Yuam

Seperti Baan Hollanda, ada juga museum serupa yang narasinya menceritakan persahabatan antara Thailand dan Jepang. Yakni, Japanese Village Museum (open air museum) yang berlokasi di tepi Sungai Chao Phraya, Ayutthaya. Museum ini adalah museum swasta yang di dukung secara finansial oleh Pemerintah Jepang. 

Tahun 1935   Thai-Japanese Association didirikan di Bangkok. Dari dokumen tua VOC, lokasi pemukiman Jepang di zaman Kerajaan Ayutthaya (abad 17) dapat diketahui. Pemukiman tersebut berukuran 1 km x 0,5 km dan berlokasi di dekat pemukiman komunitas orang asing lainnya saat itu seperti Belanda, Portugis dan Inggris. Daerah tersebut kemudian dikembangkan menjadi memorial site. 

Tahun 1987 dibangun sebuah gedung utama untuk museum. Kini, museum terdiri atas 2 bangunan (untuk tata pamer dan fasilitas museum lainnya), taman terbuka, serta dermaga di tepi sungai dan patung Yamada Nagamasa. Yamada Nagamasa adalah orang Jepang yang berperan penting di Kerajaan Ayutthaya. Kini di salah 1 gedung museum dipamerkan mengenai kisah Yamada Nagamasa tersebut (berserta peran Thao Thong Kib Ma) di Kerajaan Ayutthaya. 

Tata pamer museum tentu saja menggunakan new media technology. Sedangkan secara umum di lokasi taman museum ada virtual reality street museum sehingga pengunjung bisa melihat situasi di pemukiman tersebut di masa lalu secara digital. 

Selain itu, ada pula museum yang menceritakan persahabatan Thailand - Jepang di masa Perang Dunia 2, yakni Thai-Japan Friendship Memorial di Khun Yuam. Museum ini dulunya bermama Khun Yuam World War II Japanese War Museum. Museum  didirikan tahun 1996 atas prakarsa Deputi Polisi setempat. Saat itu, beliau menemukan bahwa setiap rumah di daerah tersebut pasti memiliki benda memorabilia terkait tentara Jepang. 

Ternyata, ribuan tentara Jepang yang habis kalah berperang di (Battle of) Imphal, India, kembali ke Thailand dan sempat bermukim selama beberapa tahun di Khun Yuam di Utara Thailand. Hubungan tentara Jepang dan rakyat setempat pun sangat baik. Beberapa bahkan menikahi wanita lokal. Kini museum tersebut didanai oleh Pemerintah Jepang. Pamerannya dalam bahasa Inggris, Thai dan Jepang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun