Setelah mendapatkan audio guide, kami harus naik ke lantai dua dan berjalan di semacam lorong temaram. Jalan cerita storyline museum dimulai dari foto-foto berukuran besar yang dipajang di dinding lorong tersebut.
Foto-fotonya menggambarkan bubungan asap yang berbentuk seperti jamur raksasa dengan berbagai ukuran. “Jamur” tersebut ternyata merupakan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945. Perbedaan besar-kecil nya “jamur” menunjukkan perbedaan waktu saat foto diambil.
Lorong tersebut menuju ke sebuah ruangan yang terlihat gelap. Oleh karena banyaknya pengunjung, kami harus mengantri dan agak berdesakan untuk dapat masuk ke ruangan tersebut. Ditambah foto-foto peristiwa dijatuhkannya bom atom yang dicetak dalam ukuran besar, suasana museum memang jadi terasa agak sedikit mencekam.
Di dalam ruangan, ditampilkan official history mengenai peristiwa bom atom Hiroshima. Ada maket yang menjelaskan kapan dan dimana tepatnya bom jatuh, dan sejauh radius berapa kilometer efeknya.
Ternyata, bom atom ini menewaskan sekitar 200.000 penduduk Hiroshima. Bom atom juga membuat Kota Hiroshima rata dengan tanah sejauh radius 2 km dari pusat dijatuhkannya bom, kecuali beberapa bangunan (seperti A-Bomb Dome) yang masih tegak berdiri.
Namun, selain official history, museum juga lebih banyak menampilkan personal story para korban melalui benda-benda peninggalan mereka yang tersisa.
Museum menceritakan secara gamblang mengenai apa yang terjadi dengan para korban: mata, kulit dan daging mereka meleleh karena panasnya bom atom! Mereka yang tidak langsung meninggal di tempat juga banyak yang harus berjalan kaki dalam kondisi yang sangat mengenaskan demi mencari pertolongan, atau demi pulang kerumah masing-masing. Hal mengerikan ini diilustrasikan dalam bentuk diorama.
Banyak pula anak-anak yang menjadi korban. Cerita mengenai korban bom atom dijadikan sebagai label narasi yang menyertai display benda. Benda-bendanya bervariasi, ada yang berupa sepeda roda tiga, sandal, seragam sekolah, hingga kotak bekal makan siang anak sekolah.
Cerita mengenai sepeda roda tiga adalah cerita yang paling saya ingat. Ketika bom atom dijatuhkan, ada seorang anak laki-laki kecil bernama Shinichi Tetsutani (3 tahun 11 bulan) yang sedang bermain sepeda roda tiga di halaman rumahnya. Shinichi pun lantas terkena luka bakar parah dan meninggal di malam harinya.