Mohon tunggu...
Arachis Verania Ve
Arachis Verania Ve Mohon Tunggu... Author -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Resensi Buku "Ve, Pada Hujan Terakhir"

16 Desember 2018   14:25 Diperbarui: 16 Desember 2018   18:55 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

img-20181212-195015-462-5c1613a0bde5755f211ab8b5.jpg
img-20181212-195015-462-5c1613a0bde5755f211ab8b5.jpg
Judul.                             :   Ve, Pada Hujan Terakhir

Penulis                          :  Arachis Verania Ve

Penerbit.                       :  UjwartMedia Publisher

Tahun Terbit.             :  2018

Jumlah Halamam.    :  230 halaman

Novel romantis ini berkisah tentang perjalanan cinta  seorang remaja delapan belas tahun, bernama Asmara Khansa pada bosnya  yang jauh lebih dewasa darinya. Awalnya interaksi berjalan normal saja layaknya bos dan karyawan

Alur cerita mengalir seiring waktu. Pada satu malam Asmara yang hendak pulang dari bekerja terjebak hujan, jalanan menjadi sangat macet karena tergenang banjir di beberapa titik. Naas dia tak kebagian angkot dan terpaksa berjalan kaki. Nasib baik SiBos yang dia panggil Pak Ve  sedang melintas  dan mengantarnya pulang.  Dalam perjalanan itu tiba-tiba dia  mendapati reaksi ganjil saat  Pak  Ve tersenyum dan menatap matanya. Dia merasa ada getaran indah yang sulit di jelaskan dengan kata-kata dan detik itu, sadarlah dia bahwa ia sudah jatuh cinta pada lelaki itu.

Tapi dia cukup tahu diri, perasaanya pada laki-laki itu sebatas rasa kagum saja. Dan tidak pernah berani menceritakan apa yang terselip di hatinya pada siapa pun termasuk pada teman seprosfesinya, Mbak Ika. Hanya menuliskannya di lembar-lembar buku harian. Setiap hari, setiap waktu.

Sebab kecerobohannya suatu ketika buku hariannya tertinggal di tempat dia bekerja. Sial baginya yang menemukannya malah bosnya---Pak Ve. Untuk menjaga perasaan Asmara, Pak  Ve tidak memberitahukan hal itu. Tetapi tak pelak sikap Pak Ve berubah drastis pada Asmara.

Hari-hari  selanjutnya banyak kejutan tak terduga bermunculan,  mengenai Pak Ve terkuak satu per satu. Ternyata orang yang telah membuatnya jatuh cinta itu sudah beristri. Luruh hatinya menerima kenyataan pahit itu. Bahkan ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya sebagai pramuniaga, dengan maksudnya agar cintanya pada Pak Ve tak semakin berkembang. Tapi nasihat seorang sahabat dekatnya membuat dia mengurungkan tindakan itu.

Kejutan berikutnya kembali menghampiri dirinya saat ia tidak sengaja mencuri dengar percakapan Mbak Ika dan Bu Sri, wanita paruh baya yang sudah puluhan tahun bekerja sebagai asisten rumah tangga bosnya, mengatakan bahwa Pak Ve selama ini sudah pisah ranjang dengan istrinya dan akan segera bercerai. Mendengar kabar itu, hati Asmara yang sempat remuk redam kembali meruak bahagia.

Perlahan Pak Ve mulai menyadari keberadaan gadis itu dan menunjukkan perhatian khusus sekalipun Asmara tak berani menyimpulkan sikap bosnya padanya. Kedekatan mereka semakin kentara ketika Pak Ve mengajak Asmara menikmati indahnya suasana malam di kawasan Kota Tua. Kelak tempat inilah yang menjadi situs paling bersejarah bagi Asmara Khansa. Tetapi kedekatannya dengan Sang Bos tidak serta merta berjalan mulus. Kehadiran Bu Riska seorang teman lama dan menurut kabar burung adalah  calon istri  Pak Ve membuat Asmara Khansa harus meradang.

Waktu berjalan cepat. Tentang jalan hidup tak seorang pun bisa memprediksi. Bahkan satu detik ke depan. Mendadak Pak Ve memutuskan untuk menetap di Jepang beserta Bu Riska, yang memang sudah memiliki kewarganegaraan di sana, sekalipun mereka belum ada rencana menikah.  Menyerahkan semua urusan beberapa cabang butik pada adik bungsunya. Tak mengatakan apa pun  pada Asmara. Apalagi berpamitan. Sejak itu Asmara Khansa merasa tak ada lagi yang bisa ia harapkan dari seorang, Ve. Bahwa cinta yang mendalam selama ini hanya sia-sia belaka. Ia mengundurkan diri dan mendapat pekerjaan di sebuah kios sepatu di Pasar Induk. Asmara kembali menata hari-harinya tanpa lelaki itu.

Sejak saat itu komunikasi mereka terputus begitu saja. Asmara, tidak pernah tahu bahwa ada rahasia besar yang disembunyikan Pak Ve padanya dan   hanya diketahui oleh Bu Sri. Bahwa sebenarnya lelaki yang ia puja itu sedang berjuang melawan kanker darah stadium dua yang menggerogoti tubuhnya. Dan sedang menjalani pengobatan intensif di negeri matahari terbit.

Untuk mengobati rasa rindunya, setiap ada kesempatan  Asmara selalu pergi ke kawasan Kota Tua. Mengumpulkan kenangan tentang dia yang tercecer berharap suatu hari kelak, entah kapan Pak Ve benar-benar muncul di hadapannya.

Dan dua tahun kemudian. Masa penatian  berakhir juga  tepat di saat Asmara Khansa memutuskan untuk pulang ke kampungnya dan merelekan kepergian lelaki itu. Dia pergi ke Kota Tua seorang diri. Malam itu hujan turun deras, dia bermaksud mengucapkan salam perpisahan pada situs bersejarah yang menyimpan kenangan tentang dia dan Pak Ve. Tapi siapa sangka saat paling dramatis di bawah gerimis Pak Ve muncul dengan tiba-tiba di hadapan Asmara dengan wajah yang masih terlihat pasi. Tapi sayang, kedatangannnya juga bersama wanita yang setengah mati Asmara benci---Bu Riska.
Meski demikian sesungguhnya kedatangan Ve benar-benar untuk membuktikan cintanya pada Asmara Khansa.

Novel ini cocok sekali dibaca untuk yang sedang jatuh cinta. Disertai quote-quote cinta yang sangat romantis di setiap babnya. Selama membaca kisah ini saya sarankan untuk fokus sejenak, berhenti dari melakukan aktivitas apapun. Dikhawatirkan jantung anda akan berdebar-debar dan merasakan angan menari-nari di udara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun