Fatimah Azzahroh
Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta
Pendahuluan
Pada awal tahun 2020 terjadi penyebaran Virus Covid-19 di beberapa bagian dunia salah satunya Indonesia. Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan sebagai antisipasi dalam penularan virus Covid-19 yang merujuk pada Undang-Undang No. 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan, yaitu dengan diumukannya kebijakan PSBB serta Karantina Wilayah. Hal tersebut menyebabkan seluruh kegiatan yang berkerumun seperti kegiatan keagamaan, kegiatan moda transportasi, dan kegiatan proses ajar mengajar dibatasi. Dalam menyikapi permasalahan pendidikan di masa pandemik, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud mengeluarkan kebijakan sebagai bentuk pengadaptasian proses belajar dan mengajar yaitu dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh berbasis IT. Penyelenggaraan PJJ mulai diberlakukan pada pertengahan bulan Maret 2020 di seluruh bagian Indonesia yang menjadi wilayah zona merah, dan tak dapat pungkiri dalam pelaksanaan kebijakan tersebut diiringi pula tantangan-tantangan baru didalamnya. Pembelajaran Dialogis merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh para pendidik, sehingga peneliti memutuskan untuk menganalisis tantangan tersebut dalam perspektif Paulo Freire.
Pemikiran Paulo Freire
Paulo Freire merupakan salah satu tokoh pendidikan aliran humanis, pada salah satu karyanya yang berjudul pedagogic of the oppressed, freire membahas mengenai pendidikan dialogis yang berangkat dari kritiknya terhadap metode belajar dalam kelas yang umum ditemuinya yaitu konsep pembelajaran gaya bank. Menurut Freire (2005: 72), Pendidikan seperti melakukan deposit, dengan murid sebagai tempat penyimpanan deposit dan guru sebagai pelaku deposit. Alih-alih berkomunikasi, guru hanya membuat simpanan yang nantinya diterima, dihafal, dan diulang oleh siswa. Ini adalah konsep pendidikan “bank”, yang di mana tindakan siswa hanya diperbolehkan sekedar menerima, mengajukan, dan menyimpan deposit.
Konsep Tersebut menyebabkan guru sebagai sumber utama ilmu pengetahuan, yang berdampak pada ilmu pengetahuan yang sulit untuk berkembang karena adanya pembatas. Konsep pendidikan gaya bank tergambarkan pada metode belajar tradisional seperti ceramah dengan guru sebagai pusat pembelajaran yang memiliki komunikasi satu arah yang anti-kritik. Singkatnya pada konsep pendidikan gaya bank, Siswa menjadi pihak pasif yang menerima seluruh ilmu pengetahuan dari Guru, yang nantinya akan berdampak pada daya kritis siswa sehingga munculnya konsep budaya bisu, maka dari itu Freire membahas mengenai Pembelajaran Dialogis.
Freire menyatakan bahwa Dialog merupakan salah satu upaya praktik pembebesan dengan penyadaran pemikiran kritis, yang mampu menyelesaikan kontradiksi antara guru dan siswa ke arah tindakan kognisi. Ika Rizqi Meilya, Fakhruddin, dan Rasdi Ekosiswoyo (2014: 8-9) menegaskan, “Pembelajaran dialogis adalah konsep pembelajaran yang mempertegas posisi atau peran pendidik dan warga belajar tidak berada dalam posisi bawah, melainkan setara atau sederajat dalam proses saling belajar. Tidak ada saling dominasi antara kedua belah pihak, namun saling mengisi dan melengkapi.” Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan dialogis ini adalah menjadikan siswa untuk lebih aktif dan kritis dalam menerima sebuah ilmu pengetahuan, agar tidak terjadi pendidikan yang menindas.
Analisis
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan kebijakan yang diputuskan pemerintah sebagai pengadaptasian proses belajar dan mengajar dimasa pandemi dengan bantuan teknologi atau pendekatan E-learning. Menurut Soekartawi (dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2010: 103), Pendekatan E-Learning atau Electronic learning merupakan salah satu pendekatan pembelajarann dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronik, khususnya perangkat Komputer. Karena itu maka e-learning sering disebut juga ‘Online course’. Berdasarkan literatur di atas dapat katakan bahwa E-Learning atau Pembelajaran daring ini merupakan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi seperti komputer dan internet tanpa perlu kontak fisik secara langsung. Tak terbiasa dengan kondisi ini, pelaksanaan pembelajaran daring menjadi sebuah tantangan baru bagi para pendidik maupun peserta didik dalam proses ajar mengajar.
Menurut Soekartawi (dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2010: 104) ada sejumlah kelemahan juga ditemukan, antara lain:
- Kurangnya interaksi antara guru dengan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri.
- Adanya kecenderungan mengutamakan aspek bisnis dan mengabaikan aspek sosial
- Proses pembelajaran lebih cenderung ke arah pelatihan
- Siswa yang tidak mempunyai motivasi yang tinggi cenderung gagal
- Tidak semua tempat dan siswa memiliki internet.
Mengacu pada pengindentifikasian masalah diatas yang relevan pada kondisi sekarang yaitu kurangnya interaksi antara guru dengan siswa sehingga menyebabkan keadaan pasif didalam kelas yang berdampak pula pada motivasi belajar siswa yang rendah. Artinya Pelaksanaan pembelajaran dialogis rasanya semakin jauh di masa pandemi ini. Selama pelaksanaan proses belajar mengajar secara daring (dalam jaringan), kebanyakan Guru menggunakan beberapa metode pembelajaran yang monoton seperti metode ceramah dan motode tugas, seperti yang kita ketahui bahwa Metode Ceramah merupakan pemberian ilmu pengetahuan secara satu arah tanpa adanya timbal balik dari siswa sehingga menyebabkan siswa semakin pasif didalam kelas.
Sesuai dengan kondisi pembalajaran saat ini dapat digolongkan sebagai pendidikan gaya bank menurut freire. Hal tersebut diperkuat oleh Susanto (dalam Ika Rizqi Meilya, Fakhruddin, dan Rasdi Ekosiswoyo, 2014: 8) Pendidikan masih dipandang sebagai ajang transfer of knowledge dimana masih menggunakan sistem ceramah, anti-dialog, hafalan serta dikte yang cenderung bersifat teoritik, proses penjinakan, pewarisan pengetahuan, dan tidak bersumber pada suatu realitas masyarakat di tempat warga belajar itu berada.
Kesimpulan dan Saran
Dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan Pendidikan dialogis dimasa pandemi rasanya semakin jauh karena dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya penggunaan metode pembelajaran yang berorientasi pada guru atau Teacher-Central. Hal tersebut memberikan otoritas sepenuhnya kepada pendidik untuk menyetir ilmu pengetahuan dan proses pembelajaran, biasanya dilaksanakan melalui metode pembelajaran ceramah yang satu arah mengakibatkan kelas yang pasif, kondisi di atas menggambarkan pendidikan gaya bank menurut Paulo Freire yang jauh dari Pembelajaran Dialogis.
Dalam menyikapi permasalah pandemic Covid-19, Guru harus mampu dalam pembangunan suasana belajar di dalam kelas yang berdampak besar pada motivasi belajar siswa. Guru dapat mengaplikasikan metode pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa untuk lebih aktif didalam kelas seperti metode problem-solving, metode tanya-jawab, dan metode diskusi dengan group learning. Selain menjaga interaksi antar guru dan siswa, group learning cukup efektif dalam situasi seperti ini untuk mempertahankan interaksi sesama peserta didik, dan mempermudah dalam pengawasan pendidik dalam proses pembelajaran.
Daftar Pusataka
Freire, P. (2005). Pedagogy of the oppressed. New York: The Continuum International Publishing Group Inc.
Hartini, N., & Siregar, E. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Meilya, I. R., Fakhruddin, & Ekosiswoyo, R. (2014). Pengelolaan Pembelajaran Dialogis Paulo Freire Pada Program Paket B Di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah Desa Kalibening Salatiga Jawa Tengah. Journal of Non Formal Education and, 7-16.
Surachman, E., & Septiandini, D. (2017). Manajamen Pendidikan. Jakarta: Laboratorium Sosiologi UNJ.
Suriani. (2016). Bahan Ajar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H