Mohon tunggu...
Fauzi Arifah
Fauzi Arifah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mencoba menuliskan apa yang dirasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

“Dia Kembali dan Kemudian Pergi”

17 November 2011   02:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:34 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika aku tak pernah merasakan cinta kembali, itu karenanya. Karena ia yang sudah menutup rapat-rapat semua pintu dalam hatiku dan tak pernah rela berbagi dengan yang lain tanpa pernah mau menyelipkan sedikit kertas cinta di antara buku hubungan kita yang akupun tak tahu apa tujuannya, yang kami tahu itu adalah kebahagiaan bila kita bersama.

Ya aku bahagia, kurasa iapun bahagia. Selalu ada senyum jika ia bersamaku, berbeda jika ia bersama perempuan lainnya. Aku merasa istimewa. Aku merasa ia mengistimewakanku, berbeda pula perlakuannya denganku. Tak mengerti dengan apa yang aku rasakan dalam hati ini, perasaan senang, tenang, sayang juga kurasakan diam-diam. Tak pernah ada yang tahu apa sebenarnya hubungan kami bahkan kami sekalipun tak pernah tahu. Dibilang pacaran bukan, karena kami memang tak ingin hubungan itu, bertemanpun kami terlalu dekat, tak bisa disimpulkan kalau kami berdua memang hanya teman.

Aku dan ia bertemu setahun lalu dalam acara sekolah. Namanya fajar, kaka kelas yang berpengaruh dalam organisasi di sekolah, ia tampan menurutku juga menurut teman-temanku tapi kata mereka fajar kurang tinggi, itu sama sekali bukan masalah untuk aku memutuskan suka dengan fajar. Fajar yang lebih dahulu memberi sinyal ingin dekat denganku,

“kamu tau kan peraturan dalam acara ini?” fajar bicara sok galak.

“emang apa ka? Aku udah tau, tapi mungkin ga semua.” Aku berusaha manis.

“semua senior harus tau nama adik kelasnya yang ikut juga dalam acara ini.” Maksud tersembunyinya terlihat jelas sekarang.

“oh, namaku citra ka.” Kemudian aku berlalu.

Itu kejadian setahun lalu, tapi masih sangat ku ingat jelas setiap detik dalam waktu itu.

Sekarang fajar meneruskan sekolah ke perguruan tinggi negeri di kota Surabaya ini. Sedangkan aku masih harus menjalankan satu tahun lagi untuk segera melanjutkan ke Universitas yang sama dengannya. Jalani hari bosanku dengan tak ada lagi wajah manisnya itu, untung ia selalu menyempatkan waktu bertemu meski aku tau ia sangat sibuk dengan rutinitas barunya itu.

****

Satu tahun berjalan, aku jauh dengannya. Itu fakta yang aku tau sekarang, fajar tak punya pacar walau aku curiga dengan alasan itu, awalnya aku mengira alasan itulah yang membuat fajar menjauh. Tapi bukan, alasan lain ternyata meski aku tidak tau itu apa. Aku sungkan untuk mencarinya, aku merasa kehilangan separuh semangat hidupku karenanya.

Tak ada lagi semangat masuk universitas yang sama dengannya, aku takut hadapi kenyataan juga alasan kenapa ia harus seperti itu padaku. Kebetulan ayahku dipindah tugaskan ke jakarta, jadi ini mungkin jalan keluar masalahku sekarang. Aku tak mau terus terpuruk seperti ini, masih banyak jalan yang harus aku tempuh untuk lanjutkan hidupku walau tak ada nama fajar, walau kami tak pernah ada status hubungan.

****

Aku berada di jakarta, di tengah hiruk pikuk kota yang kejam ini. Meninggalkan aku dan dirinya yang dulu di kota Surabaya sana. Aku siap menjadi diriku yang baru disini, aku yang ceria kembali, aku yang awal, aku yang menghilang dari semuanya.

Banyak teman baru di tempat baru ini. Semuanya barjalan sempurna, aku suka keadaan ini. Semuanya mewarnai, sampai aku tak tahu harus memulai darimana untuk mengucap syukur atas semua ini. Ada rina teman sekaligus sahabat yang siap berbagi semua cerita yang kita lewati bersama, juga geng baruku yang diberi nama RESA yaitu singkatan dari nama kami masing-masing.

Tiada hari tanpa tawa, canda juga ceria. Saat ini akupun lengkap, karena selalu ada riko di sampingku. Ia seorang yang bisa menerimaku apa adanya, juga selalu mendukung dengan apa yang aku lakukan dan apa yang aku sukai. Ku rasa aku tak perlu berbalik pada hidup yang dulu,karena ini semua sudah lebih dari apa yang aku harapkan, terimakasih tuhan.

****

13 agustus 2010

Hari ini spesial,karena pada hari ini banyak orang yang akan memberi ucapan selamat padaku, sekali dalam setahun adanya.

Namun terlampau spesial karena aku melihat seorang yang lama jauh pergi dari pikiranku, dan hari ini ia kembali, bersama kenangan yang selalu aku coba lupakan juga bersama kasih yang sudah lama terpendam untuknya. Namun hari ini semua kembali, seakan bernostalgia di depanku, memerankan lakon impian yang dulu pernah aku perankan bersamanya, bersama indahnya cerita kami.

Ia datang begitu saja, seperti mimpi. Ia mengajar di kelasku, mengajar fisika seperti impiannya. Entah apa yang ia lakukan disini. Yang bisa aku pastikan perasaanku tak karuan saat kulihat seorang yang tak ku duga. Ia mengenaliku, ia masih ingat aku, sempat ia beruaha bicara padaku walau sebisa mungkin aku menghindar dari penglihatannya karena aku tak ingin ia sadar kalau salah satu murid yang ia ajar ini adalah aku.

Tapi ia tak peduli. Tak peduli dengan perasaanku saat ini, seperti saat ia menjauh, menarik diri dari perhatian yang aku beri. Sayangnya aku tak bisa balas dendam, aku selalu peduli dengannya, selalu berusaha peduli dengan apa yang berhubungan tentangnya. Dan kali ini pun begitu.

“citra,”kata pertama ia padaku setelah entah beberapa tahun lalu aku dengar suaranya untukku. Dan aku masih diam.

“kenapaga ada salamhangat setelah bertahun-tahun lalu kita ga jumpa?” ia bicara dengan santainya. Ia tak tahu apa yang aku rasakan sekarang.

“maafin aku karena ga ada kabar.aku selalu sibuk dengan kegiatanku.” Ia melanjutkan bicara walau aku tak pernah menjawab dan hanya bisa tertunduk diam di tengah pepohonan taman belakang sekolah.

Angin terus bertiup, perlahan terasa menyentuh seluruh tubuh. Suasana sore yang baru saja menggantikan siang memenuhi semua pikiranku, hingga aku tak bisa berpikir untuk membalas sapaan pertamanya itu.

“ iya ka, maaf.kaka baik kan?” hanya itu yang bisa aku katakan.

“bukan itu yang aku mau, aku mau kamu nuntut waktu kamu yang terbuang dulu saat nunggu aku. Aku mau kamu marah sama aku, caci aku! Karena aku merasa salah sama kamu.” Nafasnya tersengal-sengal menahan emosi.

“aku ga butuh itu! Aku ikhlaskan waktu untuk kaka. Dan semuanya emang udah belalu kan? Semua udah beda sekarang.”

“tapi kita masih punya hutang.”ia melemah.

“apa? Apa lagi? Belum cukup semua dulu. Aku berharap terlalu lebih, sampai aku ga tahu siapa aku dan akhirnya aku lupa dengan semua. Kali ini aku sadar, aku tahu harus menempatkan diri, dan itu bukan kaka.”

“kamu salah, karena aku mau nagih janji kalau kita akan bersama apapun keadaanya. Kamu ingat?” kali ini aku menyerah untuk tidak mengeluarkan air mata. Satu persatu bergulir melewati pipiku. Basah, sebasah hatiku.

Akhirnya aku berasamanya. Sore ini menjadi saksi bisu aku dengannya. Kami menghilangakan rindu, mengulang saat dulu yang aku lewatkan bersama ia, hanya aku dan ia. Kita.

****

Hariku kembali dipenuhi olehnya, namun tak pernah aku tahu alasan ia pindah kuliah ke jakarta ini, banyak alasan katanya sehingga tak perlu diceritakan satu persatu. Hubungan kami makin tak jelas, seperti dulu. Ia tak pernah menyatakan ingin menjadikanku sebagai pacarnya, namun kami berlaku seperti orang yang sudah mengikat komitmen hubungan. Iapun tak tahu tentang Riko, aku putuskan tak memberi tahunya. Sahabat-sahabatkupun tak tahu tentang cinta antara guru dan muridnya ini yang dulu sempat tertunda, aku sengaja tak beri tahu mereka karena mereka pasti akan salahkan aku kalau mereka tahu aku akan menyakiti hati Riko, pria baik yang selamatkan aku dari jurang patah hati namun kini aku malah mendekati kembali jurang itu dan sialnya dengan sepenuhnya sadarku.

Riko, makin hari kelakuannya selalu salah di mataku. Apa yang ia kerjakan dan ia bicarakan selalu saja salah menurutku. Aku sepenuhnya sadar kalau akulah orang yang salah, tapi sayangnya aku terlalu gengsi. Ya, aku merasa jenuh. Mungkin karena kehadiran fajar kembali yang bisa menawarkan kebahagiaan lebih bersamanya, karena sejatinya aku hanya akan bahagia jika bersamanya.

15 oktober 2010

Hari ini aku memutuskan untuk menyudahi hubunganku dengan Riko. Sebenarnya apa yang akan ku sampaikan padanya tanpa alasan yang masuk akal, karena tak mungkin aku bicara apa yang sebenarnya terjadi padaku juga pada pak fajar, guru fisika kami.

“aku,,,aku,,. Aku jenuh sama yang kita jalani sekarang ini. Boleh aku pergi?” aku bicara hati-hati.

“kamu bicara, gampang..tapi ga segampang aku lupain kamu kan? Tapi demi kebaikan kamu aku ga mau terus-terusan batasin kamu. Karena aku mau kamu bahagia.sekarangjalani apa yang buat kamu senang, aku , masih bisa jadi teman kamu yang siap buat ada di amping kamu.” Aku terharu dengan perkataanya, aku merasa bersalah karena sudah permainkan hatinya. Maafkan aku Riko, kamu terbaik yang pernah aku punya.

****

Kami semakin dekat, kembali seperti suasana dalam Surabaya dulu, hanya yang beda aku harus memanggilnya pak guru jika dalam kelas. Kami sering jalan bersama, bahkan hampir ketahuan oleh salah satu temanku, untungnya fajar bisa mengarang cerita yang logis sehingga temankupun percaya begitu saja tanpa sempat berpikir macam-macam soal kita.

Namun hari ini beda, tak ada ia di handphoneku pagi ini. Semalampun hanya sempat mengobrol sekedarnya, sedikit aneh memang. Namun aku berusaha percaya sekali lagi padanya, toh ia telah mengejarku sampai sini, untuk apa jika hanya untuk ditinggal kembali.

“pak fajar koga ga ngajar ya hari ini?” aku menanyakan pada salah satu sahabatku.

“iya, katanya dia ada urusan di Surabaya, jadi dua minggu ke depan kita di ajar sama bu Tari, huuuh...”sahabatku mendengus kesal, wajar karena kami memang tak suka dengan cara bu Tari mengajar.

“ada urusan apa ya?” aku berusaha cari tahu.

“eh, kamu kan yang justru dekat sama pak fajar, kenapa ga tanya langsung aja.”ia bicara dengan polosnya. Akupun tak akan bertanya pada kalian jika pagi tadi fajar beri kabar padaku, gerutuku dalam hati.

Ada apa dengannya? Harusnya aku orang pertama yang ia beri tahu tentang masalahnya. Apa ibunya sakit? Sampai ia terburu-buru dan tak ingat aku.

****

Ada apa dengannya? Ia kembali seperti dulu. Menghilang dan menjauh, kali ini aku ingin berpikir poistif tentang situasi yang berulang ini. Namun sudah lebih dari dua minggu ia hilang, katanya ia hanya akan pergi selama dua minggu? Malah besok genap tiga minggu ia pergi. Aku selalu mengharap kembali hadirnya.

Karena aku tak sanggup, tak akan kuat jika ia pergi lagi dan aku harus menunggu kembali tanpa semua yang tak pasti.apa aku harus pergi meninggalkan tempat ini lagi? Seperti saat dulu.

17 januari 2011

Minggu ini aku punya rencana, berusaha menyiapkan hati jika fajar harus pergi lagi untuk ke dua kalinya. Aku ingin menuangkan waktuku pada hobi dan apa saja yang membuatku senang, kurasa itu akan buat aku lupa sejenak dengan satu nama yang akhir-akhir ini selalu aku tangisi.

Namun sepertinya rencananya akan berbeda, karena pagi ini aku menemukan nomor yang sangat familiar memanggilku lewat telpon entah di tempat mana ia berada sekarang. Tertulis nama Lovely Fajar di handphoneku, segara kusambar hp dan terima telpon dengan tanggan gemetaran.

“halo, ini Citra?” ia berbicara, namun berbeda walau aku tahu jelas kalau benar suara ini adalah suara fajar.

“kak, iya ini Citra. Kaka keilangan nomor citra ya? Atau ada apa? Kenapa ga pernah kabarin citra sih kak? Citra khawatir disini.” Aku menangis, namun sepertinya fajar tidak peduli.

“kamu bisa ga ketemu aku sekarang? Ada banyak banget yang aku ingin omongin sama kamu. Bisa?”

“ya tentu kak. Dimana?”

“di taman, kaka tunggu ya..” ia mengakhiri pembicaraan.

17 janurari 2011
pukul 09.00 WIB

Sengaja aku pakai baju spesial yang aku punya. Karena menurutku hari ini spesial untuk kita, pertama kembali kita bertemu setelah aku berusaha memutuskan untuk tidak mengingatnya dan ia kembali, kembali setelah aku berusaha mengawalali hari tanpa mengingatnya. Mungkin ia memang tak pernah rela jika aku melupakannya.

Namun sepertinya aku salah. Aku melihat wajahnya berbeda, ia sungguh berbeda. Senyum kecil ku lihat sempat tersungging dari bibirnya, namun tetap tak bisa menyembunyikan aura yang tak biasa di wajahnya.

“hai, baik kan?”ia berusaha mencairkan suasana.

“ada apa ka? Aku tentu baik. Harusnya aku yang tanya itu ke kaka.”

“aku mau minta maaf, entah keberapa kalinya.” Lalu iapun menangis, membuatku bingung ada apa sebenarnya yang terjadi.

“kamu pasti bertanya-tanya kemana aku beberapa hari ini, aku punya penjelasannya.Kamu mau dengar kan?”ia bicara tanpa memandang wajahku, tak seperti biasanya.

“jangan beri alasan yang buat aku menangis lagi ka. Cukup sekali, aku ga mau lagi rasain sakit itu lagi.”

“maaf, tapi kamu harus tahu. Aku ke Jakarta ini bukan tanpa alasan, aku cari kamu ke sini dan tebus kesalahan aku, menghilang tanpa kabar dulu. Aku mau buat kamu ceria, aku mau bawa kamu yang dulu lagi ke tempat ini. Dan sekarang waktunya aku balik lagi.

“balik kemana? Kaka mau kemana? Jangan pergi lagi...” aku menangis.

“ada fakta yang harus aku kasih tahu ke kamu. Selama ini semuanya tersimpan rapih. Kemarin aku bukan punya urusan yang harus aku urusi. Aku melaksanakan pesta pertungangan dengan gadis di Surabaya sana, ga lama lagi kami akan segera menikah.” Aku semakin menangis, menangisi keadaanku.

“ dan fakta itu sangat buat aku sakit! Melebihi dari di tinggal tak ada kabar kamu untuk selamanya.!”

“tapi ini keadaanya, maaf aku ga bisa penuhi janji kita. yang perlu kamu tahu Citra, aku cinta kamu untuk selamanya, siapapun yang ada di samping aku.”

Ia pun berlalu,langkah demi langkah ia tinggalkan aku. Menyisakan semakin banyak goresan luka pada hatiku. Aku telah terlalu dalam mencintainya, dan aku malah terjebak jatuh dalam jurang patah hati yang semakin jauh. Riko,seketika aku mengingatnya, orang yang aku lukai karena fajar. Karena cinta dan obsesiku untuk bersamanya.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun