Mohon tunggu...
Ahmad Rouf
Ahmad Rouf Mohon Tunggu... Human Resources - Pengembang milepedia; ensiklopedia milenial

Pemilik MANTRA MILENIAL, pengembang milepedia; ensiklopedia milenial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Paradigma Lintas Generasi Soal Fashion Newborn

11 Agustus 2021   16:55 Diperbarui: 11 Agustus 2021   17:04 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

02 Agustus 2021, kira-kira pukul 07.00 Waktu Indonesia Blora (WIB). Menjadi peristiwa bersejarah dalam hidup saya. Pasalnya, selama ini (30th) saya hidup, tidak pernah diperbolehkan bersentuhan dengan hal yang disebut bayi.

Iya, pada tanggal tersebut. Saya dianugerahi amanah, berupa lahirnya putra pertama. Setelah melewati situasi mencekam (begitu saya bercerita kepada istri setelah melahirkan). Saya merasakan situasi mencekam pada detik-detik persalinan. Bahkan beberapa jam sebelum persalinan.

Peristiwa bersejarah yang saya maksud adalah menggendong bayi. Kegiatan menggendong bayi, menjadi pengalaman pertama. Karena di lingkungan saya tinggal, orang amatir seperti saya diperbolehkan menggendong setelah usia bayi 3-4 bulan kelahiran.

Gemetar, ndredek kalau istilah jawanya. Hinggap. Meski saat itu hanya sebentar menggendong. Selama durasi adzan. Tapi, situasi batin yang saya rasakan, sepertinya baru kali pertama. Tidak bisa digambarkan.

Suasana menjadi beda, saat ibu bayi pindah ruangan. Ruangan yang tenang, private karena satu kamar sendirian. Dan akhirnya bisa menghirup nafas lega. Plong.

Suasana batin saya berubah. Saat bayi diantar ke ruangan. Membersamai kami. Ada gugup, panik, asssyyy mboh. Psikis saya tidak stabil. Kondisi ini dipicu saat bayi, pipis atau ek-ek. Ya, karena harus angkat bayi dari tempat tidurnya, lalu ada instruksi ambilin popok, tisu basah, air hangat. Di sini ketangkasan dan kelincahan gerak diuji.

Belum lagi saya yang terkadang masih salah membedakan kaos kaki dan kaos tangan; Grito (gurita bayi untuk membebat perut) dan popok. Menjadi catatan penting, ternyata pengetahuan demikian harus dipersiapkan secara kaffah. Buat bapak bayi.

Kira-kira semalam, bermalam di RS. Kurang lebih 3-4 kali ganti popok. Cukup membuat saya hafal letak dan pernak-pernik pakaian bayi. Siangnya, kami pulang.

Sesampainya di rumah, sore 03 Agustus 2021, mandi kali pertama sang bayi. Di rumah. Gerak sat-set diperlukan kembali. Ambil ini-itu laksana helper (pembantu chef).

Peristiwa ini terjadi. Menimpa saya. Soal peristiwa ini sebelumnya saya membaca story WA teman yang, baru melahirkan, "Uti-nya yang makein grito, saya yang melepas" Kira-kira begitu bunyinya.

Pada posisi kami juga ada yang berkata "Dipakein grito, gpp, Masih bayi" Tapi sama ibunya tidak dipakai itu barang bernama grito. 

Melihat peristiwa ini saya jadi bertanya pada rumput kepanasan, "Ada apa dengan grito; mesti ada sesuatu ini dengan grito" Hanya persoalan grito, kok, ada perbedaan lintas generasi: tua-muda.

Sebagai penikmat era euforia empat titik nol, saya berselancar mengetik Grito di google. Eee, ternyata gurita bayi bukan grito. Pada web kesehatan, ternyata makhluk bernama gurita bayi, kalau saya melafalkan: grito. Tidak direkomendasikan. Dengan berbagai alasan medis. Cari sendiri, ya.

Setelah saya melakukan observasi mendalam tanpa bantuan detektif. Ternyata generasi old menyarankan memakai grito karena meyakini bisa mengecilkan perut dan terhindar dari pusar bodong pada bayi. Okay, cukup mendapatkan kesimpulan. Saya akhiri observasi.

Selain urusan per-GRITO-an, ternyata masih ada perbedaan antara generasi tua-muda. Konteks ini, yang saya alami. Bukan ngejust siapa-siapa.

Hasil perselancaran di google, saya menarik kesimpulan, "mitos seputar perawatan bayi seharusnya tidak bertentangan dengan dunia medis, apalagi sampai membahayakan bayi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun