Mohon tunggu...
AR Prasetyo
AR Prasetyo Mohon Tunggu... -

There is a pleasure in the pathless woods There is a rapture in the lonely shore; There is society, where none intrudes, By the deep sea, and music in its roar: I love not man the less, but Nature more... - Lord Byron -

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengapa Menulis

27 Oktober 2012   16:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:19 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah pertanyaan yang saya ajukan pada diri sendiri ketika mencoba menulis di blog ataupun berpartisipasi dalam forum seperti kompasiana ini.

Menulis berkaitan dengan membaca. Saya sangat suka membaca dan membaca bukanlah sekedar menjadi hobi melainkan menjadi kebutuhan. Bukan pula untuk menjadi ajang pamer ataupun menunjukkan intelektualitas. Terkadang saya sebal apabila setelah membeli buku buku, ada teman yang beranggapan bahwa saya pandai karena suka membaca. Saya membaca karena saya butuh dan ingin membaca. Saya ingin tahu mengenai banyak hal dan mengetahui pemikiran, pengalaman, ataupun imajinasi dari penulis buku tersebut. Membuka wawasan dan bukan soal menjadi pandai. Bagaimana dengan menulis?

Bagi saya menulis adalah hal yang cukup sulit dan saya cukup “berantakan” dalam hal ini. Saya kagum pada mereka yang dikarunia bakat untuk menulis sehingga tulisannya enak untuk dibaca, dapat berguna maupun menginspirasi orang lain. Melihat banyaknya tulisan yang masuk tiap menit di kompasiana ini, saya ikut bergembira karena ternyata gairah untuk menulis cukup besar di Indonesia.

Kembali pada pertanyaan awal, mengapa menulis? Mungkin banyak orang menulis untuk mengekspresikan dirinya maupun menunjukkan eksistensi diri. Dengan menulis, seseorang akan dikenal akan ide, gagasan, pemikiran ataupun pengalamannya. Suatu hal yang lumrah dan memang demikian adanya.

Dari buku “Between A Rock And A Hard Place” yang ditulis oleh Aron Ralston, saya mendapatkan sebuah alasan yang bagus mengapa orang menulis. Buku yang bercerita mengenai kisah nyata dirinya yang terjepit batu dalam sebuah ngarai terpencil tanpa seorang pun mengetahui hingga akhirnya ia harus mengamputasi lengan agar bisa melepaskan diri ini, saya belajar satu hal. Bahwa menulis adalah cara seseorang memberikan kembali apa yang dia terima dalam hidup untuk dibagikan pada orang lain. Dalam menulis tidak menjadi soal apakah nantinya dia akan mendapatkan untung material ataupun immaterial.

Memberikan kembali apa yang kita terima. Suatu hal yang sederhana namun berguna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun