Mohon tunggu...
Achmad Room Fitrianto
Achmad Room Fitrianto Mohon Tunggu... Dosen - Seorang ayah, suami, dan pendidik

Achmad Room adalah seorang suami, bapak, dan pendidik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel. Alumni Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Airlangga Surabaya ini juga aktif beberapa kegiatan pemberdayaan diantaranya pernah aktif di Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil. Penyandang gelar Master Ekonomi Islam dari Pascasarjana IAIN Sunan Ampel dan Master of Arts dalam Kebijakan Publik Murdoch University Perth Australia ini juga aktif sebagai pegiat dan penggerak UMKM yang terhimpun dalam Himma Perkumpulan Pengusaha Santri Indonesia (HIPPSI). Bapak satu anak ini menyelesaikan PhD di Department of Social Sciences and Security Studies dan Department of Planning and Geography, Curtin University dengan menekuni Ekonomi Geografi. Selama menempuh studi doktoral di Australia Room pernah menjadi Presiden Postgraduate student Association di Curtin University pada tahun 2015 dan aktif ikut program dakwah di PCI NU Cabang Istimewa Australia- New Zealand di Western Australia serta menjadi motor penggerak di Curtin Indonesian Muslim Student Association (CIMSA). Setelah dipercaya sebagai Ketua Program studi S1 Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel dan Koordinator Lembaga Pengembangan Kewirausahan dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel serta sebagai anggota tim Pengembang Kerja Sama UIN Sunan Ampel, Saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. Achmad Room juga menjadi pengamat di isu isu reformasi pemerintahan, pengembangan masyarakat, pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Ekonomi Islam. Fokus Penelitian yang ditekuni saat ini adalah pemberdayaan masyarakat dan pengembangan desa wisata

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Crowdfunding for Rural Development and its Problems- A Community Based Tourism Model to Foster Rural Economics Independence

18 Desember 2024   22:25 Diperbarui: 18 Desember 2024   22:44 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Pribadi Penulis

Lessons for Other CBT Initiatives

Sekapuk's experiences offer valuable lessons for other CBT initiatives, particularly in managing governance challenges and ensuring sustainability. The integration of crowdfunding into tourism development demonstrates the potential of innovative financing mechanisms to empower communities and mobilize resources. However, these models must be accompanied by robust governance frameworks to ensure transparency, accountability, and equitable benefit distribution.

The village's efforts to reclaim marginalized resources for tourism also highlight the importance of aligning development initiatives with local cultural and environmental values. By prioritizing community participation and sustainability, CBT can serve as a powerful tool for rural development and economic independence.

Policy Implications and Future Directions

To sustain CBT initiatives in Sekapuk and similar contexts, policymakers must prioritize governance reforms that promote transparency, accountability, and inclusivity. Strengthening community participation in decision-making processes can enhance trust and ensure that tourism activities align with local needs and values. Additionally, investing in capacity-building programs and technical assistance can empower communities to manage their resources effectively and sustainably.

Cross-regional collaborations and knowledge-sharing platforms can also facilitate the exchange of best practices and innovative solutions. By learning from Sekapuk's successes and challenges, other CBT initiatives can develop more effective strategies for promoting sustainable tourism and rural development.

This writing highlights the transformative potential of CBT as a model for rural development and economic self-reliance. Sekapuk's experiences demonstrate how community-driven tourism initiatives can address pressing social, economic, and environmental challenges while fostering resilience and sustainability. However, the village's recent governance disputes underscore the importance of transparent and participatory governance mechanisms in ensuring the long-term success of CBT initiatives.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun