Indonesia, sebagai negara berkembang dengan populasi terbesar di Asia Tenggara, tengah menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang kompleks. Salah satu tantangan signifikan adalah penurunan pendapatan kelas menengah yang diakibatkan oleh berbagai faktor ekonomi, baik domestik maupun global. Kelas menengah, yang selama ini menjadi penggerak utama konsumsi domestik, mengalami penurunan daya beli, sehingga mempengaruhi berbagai sektor ekonomi, termasuk penerimaan pajak negara.
Dalam konteks ini, kepala daerah yang terpilih memiliki peran penting dalam mengatasi masalah ekonomi di tingkat lokal, termasuk dalam upaya meningkatkan penerimaan daerah dan menjaga daya beli masyarakat. Mereka diharapkan mampu menerapkan kebijakan yang dapat mengatasi masalah pendapatan kelas menengah sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Modal maju bagi kepala daerah terpilih mencakup pemahaman mendalam tentang kondisi ekonomi makro dan mikro, kemampuan mengelola potensi lokal, serta keberanian untuk melakukan reformasi struktural.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi kepala daerah saat ini adalah penurunan daya beli masyarakat kelas menengah. Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk inflasi yang tinggi, stagnasi ekonomi, dan ketidakpastian global. Dalam APBN 2024, penerimaan negara dipatok sebesar Rp2.997 triliun, sebagian besar berasal dari pajak yang ditargetkan sebesar Rp2.490 triliun.Â
Target ini tampaknya sulit dicapai mengingat kondisi ekonomi yang masih stagnan, dengan pertumbuhan di sekitar 5 persen. Padahal, untuk mencapai target penerimaan pajak yang optimal, diperlukan pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen.
Tantangan lain yang dihadapi adalah tingginya ketergantungan pada utang pemerintah pusat. Defisit anggaran yang terus meningkat selama 10 tahun terakhir telah menyebabkan peningkatan beban bunga utang, yang mencapai Rp497 triliun pada 2024. Hal ini membuat ruang fiskal semakin sempit, sehingga mempengaruhi alokasi dana untuk pembangunan daerah dan program-program peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Di tengah tantangan tersebut, terdapat beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan oleh kepala daerah untuk memperbaiki kondisi ekonomi daerah. Pertama, investasi dan ekspor dapat menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi jika didukung oleh kebijakan makro struktural yang tepat. Kepala daerah perlu mendorong masuknya investasi asing dan domestik ke sektor-sektor strategis di daerah, seperti industri manufaktur, pariwisata, dan ekonomi kreatif.
Kedua, kepala daerah dapat memanfaatkan potensi ekonomi digital yang semakin berkembang di Indonesia. E-commerce, fintech, dan layanan berbasis digital menawarkan peluang besar untuk meningkatkan penerimaan daerah melalui pengenaan pajak pada platform digital dan transaksi daring. Selain itu, ekonomi kreatif, termasuk sektor pariwisata yang sempat terabaikan, dapat dioptimalkan untuk mendongkrak perekonomian lokal dan menciptakan lapangan kerja baru.
Ketiga, kolaborasi antara pemerintah daerah dengan sektor swasta, lembaga keuangan, dan institusi pendidikan dapat menciptakan ekosistem yang mendukung kewirausahaan dan inovasi. Dengan demikian, daerah dapat menjadi pusat pengembangan bisnis baru yang berdaya saing tinggi di tingkat nasional dan global.
Berbagai praktik baik telah diterapkan oleh sejumlah kepala daerah dalam mengatasi tantangan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa contoh sukses dapat dijadikan inspirasi bagi kepala daerah lainnya dalam menerapkan kebijakan yang efektif dan inovatif.
Salah satu contoh praktik baik adalah pengembangan konsep Entrepreneur Spirit dalam pengembangan aset daerah yang melibatkan perguruan tinggi  bisa dilakukan. Konsep ini bukan hanya mendukung perguruan tinggi dalam mengajarkan kewirausahaan dalam kurikulum, tetapi juga membangun ekosistem yang mendukung pengembangan bisnis dan inovasi di di daerah berbasis akademisi.Â
Dengan mengintegrasikan kewirausahaan dalam pengembangan aset daerah dengan melibatkan  perguruan tinggi dapat menjadi tonggak penting dalam mengembangkan kewirausahaan nasional dan usaha usaha kreatif dan inovatif berkelanjutan.
Perguruan tinggi yang sukses dalam menciptakan lingkungan kewirausahaan telah menunjukkan dampak positif bagi ekonomi lokal. Misalnya, mereka berhasil menciptakan generasi lulusan yang tidak hanya mencari pekerjaan tetapi juga menciptakan pekerjaan. Selain itu, perguruan tinggi yang berhasil menciptakan lingkungan yang mendukung kewirausahaan juga dapat menarik minat investor dan membangun jaringan dengan dunia industri, sehingga memperkuat ekosistem startup di dalam kampus.
Praktik baik lainnya adalah upaya digitalisasi dalam pengelolaan pajak daerah dan layanan publik. Beberapa daerah telah berhasil mengimplementasikan sistem pajak berbasis digital yang memudahkan warga untuk melakukan pembayaran pajak secara online. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi pengumpulan pajak, tetapi juga mengurangi potensi kebocoran penerimaan daerah.
Selain itu, kepala daerah yang cerdas juga telah memanfaatkan potensi lokal, seperti sektor pariwisata dan industri kreatif, untuk meningkatkan pendapatan daerah. Di beberapa daerah, pengembangan destinasi wisata berbasis kearifan lokal telah berhasil menarik wisatawan domestik dan internasional, yang pada gilirannya meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata.
Dalam menghadapi tantangan defisit anggaran, beberapa kepala daerah telah menunjukkan praktik pengelolaan utang yang bijak. Mereka berhasil mengurangi ketergantungan pada utang melalui optimalisasi penerimaan daerah dan efisiensi pengeluaran. Dengan demikian, mereka dapat menjaga stabilitas fiskal daerah sekaligus mendukung program pembangunan yang berkelanjutan.
Modal maju bagi kepala daerah  dalam menghadapi tantangan ekonomi dan menurunnya pendapatan kelas menengah Indonesia sangat bergantung pada kemampuan mereka untuk mengelola potensi lokal dan menerapkan kebijakan yang inovatif. Penurunan daya beli masyarakat kelas menengah memerlukan perhatian serius, karena kelas ini merupakan penggerak utama konsumsi domestik yang menjadi pilar pertumbuhan ekonomi nasional.
Untuk mengatasi tantangan ini, kepala daerah perlu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui investasi, ekspor, dan pengembangan sektor-sektor strategis seperti ekonomi digital, pariwisata, dan industri kreatif. Selain itu, reformasi struktural di tingkat daerah, termasuk digitalisasi layanan publik dan pengelolaan pajak, juga menjadi kunci dalam meningkatkan penerimaan daerah dan menjaga stabilitas fiskal.
Praktik baik yang telah diterapkan oleh beberapa kepala daerah, seperti pengembangan Entrepreneur Spirit dalam pengelolaan aset daerah dan pengelolaan utang yang bijak, dapat dijadikan inspirasi bagi kepala daerah lainnya dalam menghadapi tantangan ekonomi yang semakin kompleks.
Dengan modal maju yang tepat, kepala daerah dapat menjadi agen perubahan yang signifikan dalam memperkuat perekonomian lokal dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI