Mohon tunggu...
Achmad Room Fitrianto
Achmad Room Fitrianto Mohon Tunggu... Dosen - Seorang ayah, suami, dan pendidik

Achmad Room adalah seorang suami, bapak, dan pendidik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel. Alumni Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Airlangga Surabaya ini juga aktif beberapa kegiatan pemberdayaan diantaranya pernah aktif di Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil. Penyandang gelar Master Ekonomi Islam dari Pascasarjana IAIN Sunan Ampel dan Master of Arts dalam Kebijakan Publik Murdoch University Perth Australia ini juga aktif sebagai pegiat dan penggerak UMKM yang terhimpun dalam Himma Perkumpulan Pengusaha Santri Indonesia (HIPPSI). Bapak satu anak ini menyelesaikan PhD di Department of Social Sciences and Security Studies dan Department of Planning and Geography, Curtin University dengan menekuni Ekonomi Geografi. Selama menempuh studi doktoral di Australia Room pernah menjadi Presiden Postgraduate student Association di Curtin University pada tahun 2015 dan aktif ikut program dakwah di PCI NU Cabang Istimewa Australia- New Zealand di Western Australia serta menjadi motor penggerak di Curtin Indonesian Muslim Student Association (CIMSA). Setelah dipercaya sebagai Ketua Program studi S1 Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel dan Koordinator Lembaga Pengembangan Kewirausahan dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel serta sebagai anggota tim Pengembang Kerja Sama UIN Sunan Ampel, Saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. Achmad Room juga menjadi pengamat di isu isu reformasi pemerintahan, pengembangan masyarakat, pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Ekonomi Islam. Fokus Penelitian yang ditekuni saat ini adalah pemberdayaan masyarakat dan pengembangan desa wisata

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Fenomena Pemanfaatan AI dalam Kehidupan Sehari-hari: Analogi antara Keluarga Targaryen dan Naganya serta Tantangan Dunia Akademisi

11 Agustus 2024   14:19 Diperbarui: 11 Agustus 2024   14:24 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di bidang pendidikan, AI dapat digunakan untuk menciptakan pengalaman belajar yang dipersonalisasi, membantu siswa belajar dengan cara yang paling efektif bagi mereka.

Namun, seperti halnya keluarga Targaryen yang menghadapi kejatuhan karena penggunaan kekuatan naga, ada tantangan yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan AI di dunia akademisi. 

Salah satu kekhawatiran utama adalah bahwa penggunaan AI yang tidak terkendali dapat mengarah pada dehumanisasi pendidikan dan penelitian. Penggunaan AI untuk menilai dan mengukur kinerja siswa, misalnya, dapat mengabaikan aspek-aspek humanis dari pendidikan yang tidak dapat diukur secara kuantitatif, seperti kreativitas, empati, dan pemikiran kritis.

Selain itu, ada risiko bahwa AI dapat memperkuat ketidaksetaraan dalam akses terhadap pendidikan dan penelitian. Siswa dari latar belakang yang kurang beruntung mungkin tidak memiliki akses yang sama terhadap teknologi AI yang canggih, yang dapat menyebabkan kesenjangan dalam hasil pendidikan. 

Demikian pula, dalam penelitian, ketergantungan pada AI dapat mengabaikan pendekatan penelitian yang lebih humanis dan interdisipliner, yang penting untuk memahami masalah sosial yang kompleks.

Kejatuhan Targaryen: Pelajaran untuk Pemanfaatan AI

Kisah kejatuhan keluarga Targaryen menawarkan pelajaran berharga dalam pemanfaatan AI. Meskipun naga memberikan kekuatan yang luar biasa, ketergantungan pada kekuatan tersebut tanpa mempertimbangkan implikasi jangka panjang dan potensi konflik internal akhirnya menyebabkan kejatuhan mereka. 

Dalam konteks AI, ini berarti bahwa meskipun teknologi ini memiliki potensi besar untuk memberikan manfaat, kita harus berhati-hati dalam menggunakannya.

Pertama, penting untuk mempertimbangkan implikasi etis dari penggunaan AI. Ini termasuk memastikan bahwa AI digunakan dengan cara yang adil, transparan, dan tidak memperkuat bias yang ada. 

Misalnya, dalam dunia akademisi, penting untuk memastikan bahwa AI tidak digunakan untuk menggantikan penilaian manusia dalam aspek-aspek yang membutuhkan pemahaman mendalam tentang konteks dan nuansa. Selain itu, harus ada regulasi yang ketat untuk mengontrol penggunaan AI, memastikan bahwa teknologi ini tidak digunakan untuk tujuan yang melanggar hak asasi manusia atau menimbulkan bahaya bagi masyarakat.

Kedua, penting untuk menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dan pendekatan humanis dalam pendidikan dan penelitian. Sementara AI dapat memberikan alat yang berharga untuk menganalisis data dan mengotomatiskan tugas-tugas tertentu, pendidikan dan penelitian harus tetap berfokus pada pengembangan keterampilan manusia, seperti pemikiran kritis, kreativitas, dan empati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun