Di bidang pendidikan, AI dapat digunakan untuk menciptakan pengalaman belajar yang dipersonalisasi, membantu siswa belajar dengan cara yang paling efektif bagi mereka.
Namun, seperti halnya keluarga Targaryen yang menghadapi kejatuhan karena penggunaan kekuatan naga, ada tantangan yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan AI di dunia akademisi.Â
Salah satu kekhawatiran utama adalah bahwa penggunaan AI yang tidak terkendali dapat mengarah pada dehumanisasi pendidikan dan penelitian. Penggunaan AI untuk menilai dan mengukur kinerja siswa, misalnya, dapat mengabaikan aspek-aspek humanis dari pendidikan yang tidak dapat diukur secara kuantitatif, seperti kreativitas, empati, dan pemikiran kritis.
Selain itu, ada risiko bahwa AI dapat memperkuat ketidaksetaraan dalam akses terhadap pendidikan dan penelitian. Siswa dari latar belakang yang kurang beruntung mungkin tidak memiliki akses yang sama terhadap teknologi AI yang canggih, yang dapat menyebabkan kesenjangan dalam hasil pendidikan.Â
Demikian pula, dalam penelitian, ketergantungan pada AI dapat mengabaikan pendekatan penelitian yang lebih humanis dan interdisipliner, yang penting untuk memahami masalah sosial yang kompleks.
Kejatuhan Targaryen: Pelajaran untuk Pemanfaatan AI
Kisah kejatuhan keluarga Targaryen menawarkan pelajaran berharga dalam pemanfaatan AI. Meskipun naga memberikan kekuatan yang luar biasa, ketergantungan pada kekuatan tersebut tanpa mempertimbangkan implikasi jangka panjang dan potensi konflik internal akhirnya menyebabkan kejatuhan mereka.Â
Dalam konteks AI, ini berarti bahwa meskipun teknologi ini memiliki potensi besar untuk memberikan manfaat, kita harus berhati-hati dalam menggunakannya.
Pertama, penting untuk mempertimbangkan implikasi etis dari penggunaan AI. Ini termasuk memastikan bahwa AI digunakan dengan cara yang adil, transparan, dan tidak memperkuat bias yang ada.Â
Misalnya, dalam dunia akademisi, penting untuk memastikan bahwa AI tidak digunakan untuk menggantikan penilaian manusia dalam aspek-aspek yang membutuhkan pemahaman mendalam tentang konteks dan nuansa. Selain itu, harus ada regulasi yang ketat untuk mengontrol penggunaan AI, memastikan bahwa teknologi ini tidak digunakan untuk tujuan yang melanggar hak asasi manusia atau menimbulkan bahaya bagi masyarakat.
Kedua, penting untuk menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dan pendekatan humanis dalam pendidikan dan penelitian. Sementara AI dapat memberikan alat yang berharga untuk menganalisis data dan mengotomatiskan tugas-tugas tertentu, pendidikan dan penelitian harus tetap berfokus pada pengembangan keterampilan manusia, seperti pemikiran kritis, kreativitas, dan empati.Â