Pak Amin, Â dulu aku kenal beliau karena beliau adalah sosok "penjaga" pintu ruang Rektor. Setiap kali ingin bertemu dan menghadap rektor tidak luput dari screening beliau. Saat ini beliau sudah purna. Dalam kesempatan ini saya ingin menulis tentang sosok yang patut menjadi teladan dalam keteguhan, dedikasi, dan pekerja keras ini.Â
Di usia senjanya, Pak Amin memilih untuk mengabdikan diri sebagai marbot di Masjid Ulul Albab UIN Sunan Ampel Surabaya, sebuah keputusan yang mencerminkan komitmennya untuk tetap berkontribusi pada komunitas dan agama yang dicintainya. Tugas ini bukan hanya sekedar pekerjaan baginya, tetapi bentuk pengabdian yang tulus dari hati.
Sebagai marbot, Pak Amin memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga ketertiban dan kenyamanan masjid. Salah satu tugas yang diembannya dengan penuh tanggung jawab adalah mengontrol jamaah setiap hari Jumat.Â
Hari Jumat adalah hari yang istimewa bagi umat Islam, di mana mereka berkumpul untuk melaksanakan salat Jumat dan mendengarkan khutbah. Namun, seringkali jamaah tidak sadar bahwa tindakan mereka bisa mengganggu kekhusyukan ibadah. Di sinilah peran Pak Amin menjadi sangat vital.
Setiap Jumat, dengan penuh semangat, Pak Amin mengontrol jamaah agar tidak berkerumun di masjid ketika khatib berkhutbah. Ia berjalan berkeliling, memastikan bahwa jamaah tidak berdiri di lorong-lorong atau menghalangi jalan. Dengan tegas namun tetap sopan, Pak Amin menegur jamaah yang masih sibuk dengan gawai mereka.Â
Baginya, masjid adalah tempat untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, bukan tempat untuk bermain dengan teknologi. Beliau tidak bosan bosannya mengingatkan jamaah yang masih sibuk dengan gadget nya ketika khotib berkutbah.
Pak Amin selalu mengingatkan jamaah untuk merapatkan barisan dan duduk rapi. Menurutnya, barisan yang rapi bukan hanya mencerminkan kedisiplinan, tetapi juga meningkatkan rasa kebersamaan dan persatuan di antara jamaah. Ia memahami bahwa dalam Islam, salat berjamaah memiliki nilai yang sangat tinggi, dan salah satu cara untuk menghargai nilai tersebut adalah dengan menjaga ketertiban dan kerapian barisan salat.
Keteguhan dan kesabaran Pak Amin dalam menjalankan tugasnya sebagai marbot tidak bisa dilepaskan dari latar belakangnya sebagai staf di UIN Sunan Ampel. Selama bertahun-tahun, ia telah terbiasa dengan disiplin dan tanggung jawab yang tinggi. Pengalaman ini membentuknya menjadi sosok yang teguh dan berdedikasi. Meskipun sudah pensiun, semangat kerjanya tidak pernah surut. Pak Amin selalu datang lebih awal ke masjid untuk memastikan segala sesuatu dalam keadaan siap sebelum jamaah datang.
Pak Amin juga dikenal sebagai sosok yang pekerja keras. Tidak hanya tugas-tugas rutin seperti menjaga kebersihan masjid, ia juga selalu siap membantu jamaah yang membutuhkan.Â
Ketika ada acara besar di masjid, seperti pengajian atau acara keagamaan lainnya, Pak Amin selalu menjadi orang yang paling sibuk. Ia memastikan semua persiapan berjalan lancar dan jamaah merasa nyaman selama acara berlangsung. Sikapnya yang selalu siap membantu ini membuatnya sangat dihormati dan disayangi oleh jamaah.
Namun, pekerjaan sebagai marbot tidak selalu mudah. Ada kalanya Pak Amin harus menghadapi jamaah yang tidak kooperatif atau bahkan marah ketika ditegur.Â
Tetapi, dengan kesabaran dan kebijaksanaannya, Pak Amin mampu mengatasi semua tantangan ini. Ia selalu mencoba untuk memahami sudut pandang orang lain dan memberikan teguran dengan cara yang sehalus mungkin. Prinsipnya adalah bahwa semua orang bisa berubah menjadi lebih baik dengan pendekatan yang tepat.
Di luar tugasnya sebagai marbot, Pak Amin juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial di lingkungannya. Ia seringkali terlibat dalam kegiatan gotong royong, membantu tetangga yang membutuhkan, dan menjadi penasehat bagi anak-anak muda di sekitarnya. Baginya, pengabdian kepada masyarakat adalah bagian dari ibadah yang harus dijalani dengan sepenuh hati.
Ketika ditanya apa yang memotivasi dirinya untuk terus bekerja keras dan mengabdi, Pak Amin selalu menjawab bahwa hidup ini adalah perjalanan untuk mencari ridha Allah. Baginya, setiap tindakan baik yang dilakukan di dunia ini akan mendapatkan balasan yang setimpal di akhirat. Inilah yang membuatnya terus bersemangat meskipun usianya sudah tidak muda lagi.
Pak Amin juga merupakan sosok yang sangat peduli terhadap pendidikan agama bagi generasi muda. Ia seringkali memberikan ceramah dan bimbingan kepada anak-anak di masjid, mengajarkan mereka tentang pentingnya salat, mengaji, dan berakhlak mulia. Baginya, pendidikan agama adalah fondasi yang sangat penting dalam membentuk karakter generasi penerus bangsa. Ia berharap bahwa melalui bimbingannya, anak-anak ini bisa tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Sebagai seorang marbot, Pak Amin mungkin tidak mendapatkan penghargaan atau pengakuan secara formal. Namun, bagi jamaah Masjid Ulul Albab dan masyarakat sekitarnya, ia adalah pahlawan yang sesungguhnya.Â
Sosoknya yang sederhana, tetapi penuh dedikasi, mengajarkan kita semua tentang arti sebenarnya dari pengabdian dan keteguhan hati. Ia menunjukkan bahwa pekerjaan apapun, sekecil apapun, jika dilakukan dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab, akan membawa keberkahan dan kebahagiaan.
Pak Amin adalah contoh nyata bahwa pengabdian tidak mengenal usia. Meskipun telah pensiun, semangatnya untuk terus berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain tidak pernah padam. Ia adalah inspirasi bagi kita semua untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dan terus berkontribusi positif bagi masyarakat.Â
Semoga teladan yang diberikan oleh Pak Amin dapat terus menginspirasi generasi berikutnya untuk selalu bekerja keras, teguh dalam prinsip, dan mengabdikan diri demi kebaikan bersama.
21 Juni 2024
setelah beberapa waktu, ternyata nama beliau bukan Pak Amin tapi pak Zaini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H