Dan, Airlangga—yang waktu terjadinya Mahapralaya—sedang dalam perjalanan ke Medang hendak menghadiri pesta perkawinan Sepupunya. Sesampainya di Medang hanya mendapati puing-puing kerajaan Medang yang sudah hancur dan bangkai-bangkai berserakan termasuk mayat Darmawangsa Teguh sendiri yang ikut terbunuh dalam peristiwa itu.
Kemudian. Oleh sisa-sisa punggawa dan rakyat Medang yang masih hidup Airlangga diminta untuk melanjutkan tahta Medang. Tercatat dalam prasasti Pucangan Airlangga mendirikan Kerajaan Medang kembali pada tahun 1009m sebagai penerus kerajaan Wangsa Isyana.
Dengan mengganti kota Watan menjadi Watan Mas di sekitar gunung Pananggungan sebagai ibukota baru. Namun karena sering mendapat itervensi dari Sriwijaya maka kerajaan pun berpindah-pinah. Dari gunung pananggungan ke Sidoarjo
Sampai pada tahun 1023 ketika Sriwijaya ditaklukkan oleh RAJA colamandala dari India maka Airlangga pun memindahkan kerajaan yang semula ada di Watan Mas—menurut prasasti Pamwatan—justru pindahnya ke daerah Daha atau Panjalu yang tepatnya sekarang kota Kediri. Sedangkan kata "Kahuripan" adalah merujuk dari makna yang artinya "Penghidupan" atau menghidupkan kembali wangsa-nya Isyana.
Kerajaan Kahuripan di daha tercatat sebagai Kerajaan yang mampu berkuasa penuh seluruh Jawa dan Bali.
(Bersambung ke: Kerajaan Kedir dan Epik Kesusastraan(3))
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H